🌌
Malam itu, Luna memakai gaun merah muda redup di atas lutut dan berleher rendah. Dipadukan dengan sepatu kets putih beserta kaos kaki. Tak lupa tas kecil berwarna putih dengan les merah muda tersampir di bahunya. Dan, rambut yang disanggul sebagian di bagian atas. Terlihat santai, namun manis.Gadis itu sekarang tengah terpaku memandang tembok yang tinggi menjulang dihadapannya. "Bagaimana manjatnya?"
Ketahuilah, Luna lemah dalam hal fisik. Ia tak bisa melakukan hal-hal yang sedikit berat, kekuatannya lemah. Tapi.. ayo, coba!
Luna segera menanggalkan sepatu kets-nya lalu memulai dengan itu. Ia melemparnya ke sisi lain tembok.
Sementara, di sisi lain tembok terpakir mobil Cabriolet putih dengan atap yang tengah terbuka dan ada seorang pria muda yang tengah terlelap di kursi kemudinya.
"Aw!" Cowok itu tersentak dari tidurnya, karena sebuah benda membenturnya dengan cukup keras. Itu jatuh dari langit dan mencium wajahnya begitu saja.
"Apaan nih?" Sebuah sepatu kets putih jatuh ke pangkuannya. Nyawanya belum terkumpul sempurna, hingga ia harus fokus untuk meneliti benda itu. Setetes cairan merah yang kental jatuh dan mengotori sisi sepatu putih itu.
"Darah!" serunya.
Cowok itu menyeka kasar hidungnya. "Siapa yang lempar sepatu, woi!"
"KELUAR LO!" teriak pria itu menggelegar dan- Bugh!
Sementara itu diatas sana, gadis yang bertelanjang kaki itu fokus memikirkan bagaimana caranya untuk turun dari tembok ini. Dilihat dari atas ternyata ini lebih tinggi dan menyeramkan, itu menggoyahkannya.
Fokusnya berantakan saat suara yang begitu menggelegar mengagetkannya dan itu benar-benar membuatnya kaget. "Ah!"
Bugh!
Ia terjatuh. "Ah.. sakit," Mengelus punggungnya yang baru saja terbentur.
"Aaa!" // "Aaa!"
"Sialan, sakit!" Menolak tubuh gadis yang jatuh manis di pangkuannya ke kursi penumpang. "Berat!"
"Ah.. paha gua.. sakit banget!" Cowok itu mengelus pahanya.
"Maaf!" Luna hanya menunduk, ia belum peka dengan keadaan sekitar. Ia hanya terus meminta maaf tanpa menyadari salahnya apa. "Maaf..."
"Lo?"
Luna mengangkat sedikit wajahnya dengan ragu. Ia berdelik dan seakan membeku.
"Lo jatuh dari atas?!"
Luna masih terdiam.
"Ini sepatu lo?"
"Maaf..."
"Liat, nih! Hidung gua berdarah!" Menunjuk hidungnya "Tulang paha gua sakit banget, serius gua!"
"Maaf..." Luna kembali menundukan pandangannya dan memainkan jemarinya. Tak peka akan situasi, ia hanya merasa bersalah.
"Tanggung jawab!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luna dan Emosi
RomanceSegala hal yang terjadi di dalam hidup Luna tidak begitu istimewa, tapi cukup istimewa, yang maka dari itu, cerita ini ditulis menjadi beberapa bagian. Yang istimewa itu Luna. Kondisinya yang sulit mengekspresikan diri karena ia sulit mengenali emos...