4. Prasangka

366 172 13
                                    

🌌

"Gimana, nih?!" Ella berdecak khawatir dan menggaruk kepalanya yang terasa sangat gatal. "Gimana kalau Luna kenapa-kenapa?!'

Ella terus memikirkan suara cowok yang menanyakan alamat padanya beberapa saat yang lalu, melalui nomor Luna. Siapa cowok itu? Kenapa bisa menelpon dari nomor Luna? Bagaimana bisa bersama Luna? Dan menanyakan alamat yang akan didatangi Luna?

Akh.. memikirkannya membuat Ella resah setengah mati. Luna itu tidak punya teman lain. Jujur saja, Luna bodoh! Sangat bodoh, mudah sekali percaya pada orang, siapapun itu.

"Luna!!!"

Ella mempercepat langkahnya memasuki rumah Dery, tapi sebuah mobil mewah yang tak ia kenali plat nya itu menarik perhatian hingga membuatnya berhenti sesaat, sebelumnya itu tidak ada disana.

"Der!!! Itu mobil sia--" Ella terdiam dan mematung. Ia mengalihkan pandangannya pada kaca transparan yang menunjukkan pemandangan outdoor dari rumah tersebut, ada Dery dan Luna disana.

"Ah, sorry.. kenapa?"

"Lo kok bisa disini?!"

"Lo," Cowok yang duduk di sofa itu bangkit sembari menyimpan ponselnya di saku hoodienya. "Pacar cowok itu, ya?"

"Apaan sih? Jawab pertanyaan gua!"

Ax mengangguk. "Ah.. nama gua Ax. Gua lagi nunggu Luna, ada urusan sama dia." jawab Ax santai. Cara bicaranya seolah-olah ia sangat akrab dengan Luna. Jelas betul mereka tidak akrab, mustahil! Bagaimana Luna bisa akrab dengan mantan artis yang tersandung skandal narkoba ini? Pria jahat.

Ella masih bungkam. Dia bingung harus bersikap bagaimana.

"Lo jangan kesana, deh! Keknya cowok lu itu suka sama Luna. Nan--"

"Apaan sih?" potong Ella. Ia menarik tangan Ax untuk membawa cowok itu pergi dari ruangan ini. Takut-takut suara mereka akan terdengar oleh Luna dan nantinya merusak momen ulang tahun Dery.

"Lo kenapa bisa disini?! Kok lo bisa masuk--"

"Gua ada urusan sama Luna.. tadi kan udah bilang,"

"Heh! Gua tau ya lo siapa.. Luna gak mungkin temenan sama cowok kek lo!"

"Emang gua bukan temennya Luna."

"Terus urusan lo sama Luna apa?!"

"Kepo banget sih?"

"Serius, ya! Gua gak--"

Ax berdecak dengan keras, "Dia lempar sepatu ke muka gua."

Luna? Lempar sepatu ke orang?
Itu hal mustahil. Tapi bisa saja kalau ia tak sengaja, dan Luna banyak tidak sengajanya.

"Terus?"

"Tanggung jawab lah! Dia buat gua mimisan,"

"Lebay amat lo! Mimisan doang, udah berhenti kan?!" Ella memperhatikan wajah Ax, rincinya ternyata tampan. Memang Ella suka marah-marah, tapi para cowok ganteng itu tidak untuk dimarahi. "Emang.. lo minta tanggung jawab apaan sama Luna?" tanya Ella dengan nada yang tidak sekasar tadi.

Luna dan EmosiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang