"Lo kapan balik?" Tanyanya tegas saat melihat Deva masih merebahkan diri di sofa dengan bermain game kesayangannya, mobile legend.
"Ntar nunggu mak lo balik. Di suruh nemenin lo dulu gue!" Jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya pada ponsel dengan jarinya yang sibuk menari-nari ke kanan ke kiri ke atas ke bawah pada layar.
"Ee..eehh..ehhh." Ujar Deva saat ponsel tersebut berhasil Zeva ambil secara paksa.
"Balikin gak?!"
"Lo mau? bantuin gue dulu beresin ini semua." Ucapnya licik.
Deva mendengus pelan. Ia bangkit dan berjalan membantu Zeva membereskan gelas-gelas dan juga piring yang sudah terkumpul jadi satu untuk dibawanya ke dapur. Selanjutnya Zeva menyapu dari ruang tamu hingga depan pintu.
15 menit berlalu namun mama Zeva tak kunjung pulang. Apa mungkin saja butik mamanya sedang ramai? ah tetapi kan banyak juga karyawan yang bekerja disana.
"Mending lo balik dulu deh Dev. Gue gapapa sendirian!" Ucap Zeva tanpa sadar mengusir Deva.
"Hoammmm, hmm." Hanya deheman yang keluar dari mulut Deva, sepertinya lelaki itu mengantuk.
"Ato ayo ke rumah lo aja. Gue bosen, mau main sama Naomi." Ajak Zeva. Dia benar-benar bosen, tidak ada hal yang bisa ia lakukan untuk mengusir rasa bosennya.
Mereka bangkit dan berjalan keluar, tidak lupa Zeva mematikan televisi. Sebelum itu ia mengirimkan pesan terlebih dahulu kepada mamanya.
Yang mulia👵
Ma Zeva ke rumah bude yanti ya😘
Tidak sampai 5 menit, suara notifikasi hp-nya berbunyi. Ia kira itu pesan dari mamanya, ternyata bukan. Zeva kembali membuka roomchat nya dengan sang mama. Oh tidak, hanya dibaca saja oleh sang mama? benar-benar.
—
Seperti biasa, saat jam istirahat kantin selalu dipadati oleh para murid. Untungnya kali ini Zeva dan para kurcacinya kebagian tempat duduk.
"Uhukk.. uhukk... itu siapa dah yang duduk bareng Garvi?" Thea tersedak dan bola matanya melotot saat melihat seorang perempuan duduk di samping Garvi.
Jeylan maupun Zeva mengalihkan pandangannya. Benar saja, ada seorang perempuan yang duduk di samping Garvi dengan sepiring makanan di hadapannya.
"Kayanya itu anak ipa bukan sih?" tebak Jeylan
"Iya" jawab Zeva
Jeylan dan Thea melirik ke arah Zeva, lalu keduanya saling menatap. Seolah tahu apa yang disampaikan satu sama lain.
Tetapi jangan salah sangka, Garvi dan perempuan itu tidak berduaan. Tentu saja ada Apen. Pengikut setia Garvi.
"Alena demen sama Garvi." jelas Zeva
"Hah?"
"Lo tau darimana?"
Serbu Thea dan Jeylan bersamaan.
"Mereka satu ekskul. Gue pernah liat mereka balik bareng juga. Alena yang minta."
"Si anjirr demi? lo tau dari mana tu cewe yang minta?" tanya Jeylan
"Lo lupa mata mata dia kalo soal Garvi banyak." sahut Thea
Jeylan menepuk pelan jidatnya, selanjutnya mengangguk anggukkan kepalanya setuju. Ia lupa bahwasannya Zeva memiliki segudang informasi entah dari mana. Kalau soal Garvi, Zeva seakan akan menjadi maju paling depan.
"Btw lo besok ikut supporteran kaga? gue pengen liat sekolah kita lawan tetangga." ucap Jeylan.
"Gue ngga dulu deh, ada acara di rumah nenek." ujar Thea.
"Boleh deh daripada gabut di rumah." Zeva mananggapi.
"Asikkk yes. Lumayan cuci mata liat cogan cogan sekolah sebelah." ucap Jeylan berbinar.
Zeva menggelengkan kepalanya heran. Sedangkan Jeylan mendapat tabokan kecil dari Thea.
-
Zeva tidak langsung pulang ke rumah. Hari ini ia mampir ke butik mamanya. Rasanya ia mudah bosen belakangan ini. Ia jadi teringat saat sang papa masih ada. Ia akan bermain PS bersama papanya atau sekedar bercerita tentang hari-harinya.
"Nah ini anakku Ris, Zeva." Zeva tiba tiba ditarik halus oleh sang mama. Ia tersenyum tipis pada tamu mamanya walaupun senyum itu terlihat sangat canggung.
Mama main tarik tarik aja dah. Batin Zeva.
"Halo nak Zeva. Loh kamu satu sekolah sama anak tante juga?" Tanya tante Risa, tamu sekaligus teman mama Zeva sewaktu SMA. Mereka kenal dekat, namun Risa sempat keluar kota sehabis bercerai dengan sang suami dulu.
"Eh.. iya tan halo. Kalau boleh tau anak tante namanya siapa?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Carry The Day
Teen FictionApa jadinya jika menyukai seseorang dalam diam selama bertahun-tahun lamanya? Memendam perasaan seorang diri dengan adanya secuil harapan untuk dibalas. Dilakukan dengan tidak baik dan hanya bisa pasrah menghela nafas. Akankah perasaan ini terbalask...