12 - Us

1K 125 26
                                    

Sojin sampai di kafe yang dijanjikan tak lama setelah Taeyong sampai. Sojin baru saja duduk saat seorang pelayan datang menyajikan dua gelas minuman.

"Mhm, aku udah pesenin kamu minum. Tapi kalo kamu mau yang lain pesen lagi aja," ucap Taeyong gugup.

Sojin melirik minumannya. Taeyong masih ingat minuman kesukaan Sojin di kafe ini, bahkan hingga ke detailnya seperti sedikit es dan tambahan saus karamel.

"Gak usah. Ini bener pesenan aku yang biasa kok," jawab Sojin sambil tersenyum ke arah Taeyong.

Sudah lama Taeyong tak melihat Sojin tersenyum tulus kepadanya. Bahkan Taeyong tak tahu bagaimana menjabarkan perasaannya saat ini. Yang jelas Taeyong senang. Sangat senang.

Taeyong penasaran tentang apa yang ingin Sojin katakan. Namun Taeyong tak tahu harus memulai pembicaraan dari mana, jadi Taeyong memilih untuk diam dan menunggu Sojin berbicara. Lagipula, duduk berdua di kafe dengan Sojin seperti ini adalah kesempatan langka.

"Mmm, aku denger Haera sempet ke kantor kamu waktu itu? Dia ngomong apa aja?"

Pertanyaan pertama Sojin sangat diluar dugaan Taeyong. Kenapa harus membicarakan Haera lagi?

"Aku...gak tau. Aku gak mau berurusan sama dia. Sojin, tolong jangan bahas masalah Haera lagi..."

Sojin tertawa.

"Dasar bodoh. Harusnya kamu dengerin dia. Dia cuma mau minta maaf," ejek Sojin dengan nada bercanda.

Taeyong terkejut. Bagaimana Sojin tahu?

"Johnny udah jelasin ke aku tentang Haera. Dia bilang dia minta maaf. Dia juga bilang kalo Haera gak akan ganggu siapapun lagi. Gak akan ganggu kamu, ataupun aku," Sojin menjawab rasa penasaran Taeyong.

"Oh... Okay?"

"Dan sekarang aku mau ngomong tentang kita,"

Kita?

Sojin tertawa kecil. Lucu sekali menyebut dirinya dan Taeyong sebagai 'kita'.

"Ayo rujuk?"

Apakah ini ajakan? Pertanyaan? Penawaran? Taeyong mengejapkan matanya berkali-kali untuk memastikan ini nyata.

"Kamu serius kan?" tanya Taeyong memastikan.

Sojin mengangguk.

"Itu juga kalo kamu masih mau," jawab Sojin enteng.

"Tapi...tapi, kenapa tiba-tiba? Jangan salah paham, aku seneng. Seneng banget. Kamu gak tau seseneng apa aku sekarang ini. Aku gak bisa jelasin dengan kata-kata. Tapi serius, aku kaget kamu tiba-tiba mau rujuk. Kali ini serius kan? Untuk selamanya kan?"

Sojin tersenyum kemudian mengangguk. Selamanya? Hanya Tuhan yang tahu bagaimana ke depannya. Tapi setidaknya Sojin berharap dan akan berusaha untuk mengembalikan keluarganya secara utuh selamanya.

"Ya serius,"

Taeyong mengacak rambutnya kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Ah, ini gak romantis! Harusnya aku yang ajak kamu rujuk duluan..." protes Taeyong yang terdengar seperti bergumam karena mulutnya tertutup tangannya.

"Emang kamu yang ajak rujuk duluan kan dari dulu? Aku cuma menyetujui ajakan kamu. Dan kamu tuh udah tua, gak usah mikirin masalah romantis. Aku mau rujuk sama kamu demi Mark sama Jeno,"

Taeyong cemberut.

Sojin tertawa. Apakah Taeyong lupa dengan usianya? Kenapa dia harus bertingkah menggemaskan seperti itu?

UNFIXEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang