'khitbah'

114 5 0
                                    

Kirrana pov

Ku awali pagi yg indah ini dengan senyuman , senyuman yg tulus setulus hati dan jiwa ku. Ucap syukur tak pernah terhenti. Bersyukur atas nikmat yg telah Allah  berikan padaku.

Seperti biasa rutinitas dipagi hari sebelum aku berangkat sekolah adalah membantu umi menyiapkan sarapan.

Kulihat pahlawan ku sedang sibuk dengan alat masaknya. Sosok yg lemah lembut itu adalah segalanya bagiku. Walau kadang sikap ku yg selalu buat umi kesal , tapi umi tak pernah marah. Tak pernah ku lihat umi mengeluh.

"Pagi umi sayang"..ucapku sambil memeluk umi dari belakang

"Pagi juga anak umi" jawabnya dengan seulas senyuman yg tak pernah luntur. Senyuman yg selalu mendamaikan hati.

"Umi kirran bantu yah" .

"Boleh , kamu susun ini di meja makan yah". Ucapnya sembari menunjuk beberapa mangkuk dan piring yg sudah terisi makanan. Memang kami sekeluarga jarang makan diluar. Lebih suka jika umi yg memasaknya. Karena bagi ku chef terbaik adalah umi. Maka tak heran jika keahlian umi dalam hal memasak juga ada pada diriku. Biarpun masakan ku tak seenak masakan umi.

  Setelah semuanya tertata rapi diatas meja , kini tinggal menunggu abi dan bang danish.

"Kiraan.." sapa umi lembut menghentikan aktifitasku.

"Iya umi ?" .

"Gimana soal perjodohan itu?". Pertanyaan umi sungguh membuat mood ku hilang seketika.

"Eeumm..itu umi eeeuhh aku ..kirran belum punya jawaban umi" . Jawab ku kikuk .

jujur saja aku masih menimbang-nimbang perihal ini. Jika aku terima lalu bagaimna dengan perjanjian dengan sahabatku , mereka akan kecewa dan bahkan aku takut jika mereka akan memusuhiku. Namun jika aku menolak lantas bagaimna dengan orang tua ku? Aku lebih takut umi dan abi kecewa. Pilihan yg sulit bukan?

"Kirran umi mohon dengan sangat , jangan kecewain abi ya sayang. Kasian abi  , dia itu anak teman abi sayang. Anak teman abi yg sudah membantu banyak pada keluarga kita" .

Jelas umi padaku , kulihat mata umi mulai berkaca-kaca. Aku tak rela cairan bening itu jatuh dipipi umi karena ulahku. Aku tak ingin Allah murka padaku.

"Iya umi ,  insya Allah kirran mau umi" . Ucap ku sedikit tak rela. Jika sudah begini mana tega aku menolak. Biarkan semuanya mengalir seprti air. Aku yakin ini semua atas rencanaNya. Semoga memang ini yg terbaik untuk ku. Sedetik itu pula kulihat senyuman umi kembali merekah , kemudian menghampiri ku dan memeluk tubuh mungilku. Hangat sekali rasanya , pelukan umi memang yg selalu membuat ku tenang dan nyaman.

"Kebiasaan peluk-pelukan ditempat umum" . Pekik seseorang yg tak lain adalah bang danish

"Sirik aja". jawab ku sinis

"Ciki , hari ini abang yg anter kamu kesekolah" . Celetuk nya membuat ku tak terima.

"Ogaahh , aku mau bawa motor" . Elak ku

"Enggak , emang kamu kira abang gak tau motor kamu kan--"

" iya aku mau" . Sela ku
Kemudian kutatap tajam mata abang ku. Dia ini manusia yg paling peka dan selalu tau apapun yg terjadi terhadap ku. Dan aku yakin jika bang danish juga pasti tau. Kalo motor ku abis nabrak.

Mr.Cool is My Husband (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang