bagian 1

1.7K 114 17
                                    

Rasanya lelah, sangat lelah sampai kedua mata pun enggan untuk terbuka. Namun lain hal dengan indera pendengaran yang semakin tajam menangkap suara di sekelilingku. Tak terlalu berisik memang, tapi tetap saja mengganggu. Aku hanya perlu abai agar mendapat waktu istirahat lebih.

Empat jam lebih melakukan perjalanan udara bukanlah waktu yang singkat. Aku berangkat dari rumah pukul 2 pagi, padahal jadwal penerbangan pukul 5:30. Aku hanya terlalu excited karena akan mencoba pengalaman pertama menggunakan pesawat dan pergi seorang diri.

Daegu — Busan memang tak terlalu jauh kalau ditempuh melalui jalur darat, tidak sampai satu jam. Bisa saja aku berangkat pakai kereta tapi uang yang ku dapatkan dari kampus mendesakku. Mereka memberikan cukup banyak. Percayalah, aku hanya tidak ingin pusing saat membuat laporan ke kampus setelah mengikuti acara ini. Lebih baik tak tersisa daripada lebih tapi tetap saja harus tertulis habis sesuai jumlah yang diterima.

Dari Gimhae International Airport menuju Distrik Jung pun memakan waktu lama. Aku dibonceng menggunakan motor, jadi bisa bayangkan betapa pegal kaki dan bokongku.

Sesampainya di tempat ini, aku langsung di antar menuju kamar yang katanya digunakan untuk istirahat sementara. Tanpa membuang waktu, aku segera membaringkan tubuh dan terlelap dengan cepat. Tapi kini suara-suara itu seperti tak mau berhenti membuat bola mata dalam pejamku bergerak tak tenang.

Ok, aku menyerah. Mengerjap beberapa kali dan menemukan tiga wajah asing tak jauh dari tempatku. Sepertinya mereka belum menyadari kalau aku sudah duduk sambil menyandar pada tembok. Baguslah, ini kesempatan untuk lebih memperhatikan keadaan sekitar.

Ruangan ini beralaskan karpet biasa dengan ukuran yang cukup luas, hanya diisi dengan satu buah lemari besar, satu meja dan kursi yang semuanya terbuat dari kayu. Penerangan minim, namun kerapihan dan kebersihannya patut diacungi jempol.

Aku memiringkan kepala ke arah pintu yang terbuka, terlihat lebih terang dan terdengar suara lain dari luar. Mungkin panitia atau peserta lain yang sudah sampai mengingat rangkaian acara pelatihan akan dimulai esok hari.

Tanpa diperintah tubuhku bergerak untuk melangkah keluar dari kamar tanpa mengucapkan sepatah kata apapun terhadap tiga lelaki yang tadi suaranya membangunkanku. Tapi aku bukanlah tipe yang terlalu cuek, sehingga sesaat setelah berdiri seulas senyum dan sebuah bungkukan sopan ku rasa cukup sebagai sambutan untuk saat ini.

Dua kamar dengan masing-masing pintunya yang terbuka adalah pemandangan pertama yang kulihat. Tak kosong dan perabotannya tak jauh berbeda dengan yang ku tempati. Di ruangan pertama ada empat perempuan yang tengah duduk melingkar, sepertinya itu ruang transit bagi peserta perempuan. Sedang ruang di sebelahnya, seseorang tengah duduk menyamping sambil menghadap ke arah laptop.

Setelah melihat sebentar, sepasang kakiku kembali berjalan menapak pada lantai keramik berwarna putih dengan corak garis hijau, dan membawaku ke teras depan. Hanya ada dua lelaki yang duduk saling berjauhan, tengah sibuk dengan handphone masing-masing. Nampaknya benar kalau teknologi dapat menjauhkan yang dekat. Mereka terlihat di tempat yang sama tapi seperti saling tidak acuh sebab mempunyai dunianya sendiri. Yah, aku pun tak akan menyangkal kalau dapat mengabaikan orang lain karena asyik dengan benda pipih yang masih berada di saku celana, terhitung sejak keluar dari Bandara Busan. Untungnya saat tidur tadi hanya benar-benar menghadapkan tubuh ke arah langit, kalau banyak gerak sudah pasti alat ini akan lecet atau bahkan rusak.

Ngomong-ngomong, alat komunikasi itu belum aku sentuh lagi sedari sampai. Mungkin saja Jin hyung, kakakku, sudah mengirimiku banyak pesan. Sebelum berangkat saja ia bilang sampai tiga kali kalau sudah tiba di tempat tujuan harus langsung menghubungi. Tapi belum sempat karena rasa lelah dan kantuk yang menaklukanku lebih dulu. Bahkan sekarang aku masih menunda untuk menghubunginya dan memilih berjalan mendekati salah satu dari lelaki yang masih tak menggubris lingkungannya.

Come || KookV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang