Back to stranger

562 68 18
                                    

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, semuanya berubah. Xiaozhan yang kembali sibuk dengan tugas dan proposalnya, dan Yibo dengan praktikum dan beberapa tugas jurnalnya. Hubungan keduanya memang sedikit merenggang, Wang Yibo benar-benar menjauhi Xiaozhan. Ia tidak ingin menyeret Xiaozhan lebih jauh kedalam kehidupannya. Tapi tidak ada yang pernah tahu isi hati seseorang, begitupula dengan keduanya. 

Siang menjelang, setelah berjalan melalui koridor fakultasnya, kini Wang Yibo berada di lobby kampus yang luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siang menjelang, setelah berjalan melalui koridor fakultasnya, kini Wang Yibo berada di lobby kampus yang luas.

Mahasiswa dan mahasiswi yang duduk disana mulai berbisik, sesekali memperhatikan Wang Yibo yang kini sedang duduk di salah satu bangku di ujung counter sedang menunggu kopinya, sendirian. Yibo memang merasa jika dirinya menjadi bahan obrolan, meskipun dia memakai topi dan masker putih, tetap saja mereka dapat mengenali dirinya. 

Ia lantas menyamankan duduknya dan bermain dengan ponselnya, mencoba bersikap tidak perduli dengan sekitar.

Tunggu,

peduli?

memangnya sejak kapan dia peduli dengan orang-orang?

sejak kapan dia peduli dengan apa obrolan orang lain?

sejak kapan?

Dia tersenyum getir, menatap kembali ponselnya dan menyibukkan diri.
Hingga, suara yang ingin ia dengar itu terdengar olehnya.

Suara yang beberapa hari ini ia rindukan. 

Darahnya berdesir saat ia mendengar tawa renyah yang keluar dari bibir Xiaozhan.
Wang Yibo tidak bisa untuk tidak menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat Xiaozhan sedang bersenda gurau dan tertawa dengan teman-temannya yang lain. Mereka kini duduk di salah satu kursi panjang yang berada di tengah lobby.

Ah, dia terlihat bahagia. 

Ia juga harusnya merasa bahagia bukan? seperti pepatah yang ia pernah baca. Saat melihat orang yang kau sayangi tertawa bahagia, saat itulah kita merasa bahagia juga. Entah karena pepatah bodoh atau memang perasaannya sendiri yang terkadang tidak ia mengerti? 
Ia merasa sedikit sedih saat melihat Xiaozhan lebih bahagia dengan teman-temannya, tertawa lepas seolah tidak ada beban di pundaknya. 

Tidak seperti saat Xiaozhan bersama dengan dirinya yang membosankan, Xiaozhan menjadi lebih pendiam dan terlihat membatasi diri. 

Ayolah, dia sadar dia menyukai Xiaozhan lebih dari teman, dan tidak seharusnya dia memiliki perasaan ini, baginya ini salah, karena Xiaozhan adalah pria yang normal yang masih tertarik dengan wanita elegan dibandingkan dengan dirinya, walau bagaimana pun hendaknya ia harus sadar diri. 

Ia sudah memantapkan hatinya, ia tidak akan menyeret Xiaozhan lebih jauh kedalam kehidupannya, hanya sebatas teman, itupun jika Xiaozhan masih mau berteman dengan manusia menjijikan semacam dirinya. 

"Sean, bukan kah dia Wang Yibo? kau tidak bersamanya? biasanya kalian lengket sekali." 

"Apa yang kau bicarakan, kami hanya teman." 

"Kukira kau akan menjadi sepertinya juga, bukankah dia terlihat sangat tampan?" 

Keras, perkataan mereka terlalu keras hingga ia yang berjarak tiga meter darinya saja mampu mendengar percakapan mereka dengan jelas. Ia mendengus lelah, sungguh, berada di dunia luar itu memang sangat melelahkan. 

Ia patut bersyukur barista di depannya baru saja menyajikan Americano pesanannya, tanpa menunggu lama, Wang Yibo mengabil satu gelas plastik kopi yang masih baru itu dan berjalan menjauh. Ia melewati kerumunan teman Xiaozhan, dan melihat sekejap wajah Xiaozhan yang tidak dapat dia artikan. Dengan cepat ia menatap kearah lain, berjalan dengan cepat melewatinya. 

Apa itu? 

Tatapan macam apa itu? 

Iba? 

Jijik? 

Atau apa? 

Sungguh dia tidak mengerti dengan semua yang Xiaozhan lakukan. Dia menjauhi Wang Yibo tapi tatapannya terlihat sangat terluka. Yibo tidak mengerti.

.

.

.

Senja itu dia kembali ke-apartmentnya setelah menyelesaikan semua praktikum yang sempat tertunda. Baru saja ia keluar dari lift, dua orang pemuda jangkung berdiri di depa pintu apartmennya.

"Kuan-Ge? Kenapa tidak masuk?" Yibo menatap Xiaozhan yang terdiam di sebelah kakaknya, tanpa kata. Ia mendengus, memencet beberapa password yang baru tadi dia ganti. "Kalau kalian hanya akan diam, lebih baik tidak usah menggangguku."

Haikuan menatap nanar sang adik, sedikit memelas agar dirinya dan Xiaozhan bisa masuk kedalam. Haikuan tahu dia tidak akan sampai hati untuk membiarkan Xiaozhan menunggunya diluar ditengah dinginnya musim dingin ini.

"Yibo, Xiaozhan ingin berbicara padamu."

"Kenapa harus melalui dirimu? apa dia tidak mau berbicara padaku sekarang?"

"Yibo dengarkan dulu."

"Baiklah. Bilang padanya jika dia kemari hanya karena kasihan atas apa yang terjadi hari ini, lebih baik dia pulang. " Wang Yibo menaiki tangga, menatap tajam Xiaozhan dan masuk ke kamarnya.

Haikuan memijat pelipisnya yang sedikit berdenyut sakit. "Apa yang terjadi tadi siang?" ia menatap Xiaozhan sembari mempersilahkannya duduk.

"Teman-temanku mengejeknya, aku tidak tahu dari mana mereka mendengar hal itu. Dan aku ada di sana, memperhatikan Yibo tanpa menolongnya." sesal Xiaozhan.

Haikuan tahu Xiaozhan merasa tidak enak hati mendengar orang-orang mulai membicarakan tentang Wang Yibo yang berbeda dari laki-laki lain. Tapi itu tidak bisa membuat Yibo serta merta ingin berbicara kepadanya, yang Yibo lakukan justru menganggap Xiaozhan berada di pihak mereka, dan semakin menjauhinya.

Haikuan menepuk bahu Xiaozhan, memberikan sedikit dukungan. "Kurasa, saat ini Yibo tidak bisa diajak berdiskusi, pulanglah dan beristirahat, biar aku yang berbicara padanya." Haikuan menepuk bahu itu beberapa kali, menenangkannya. Xiaozhan hanya mengangguk pasrah dan keluar dari apartment Yibo, berjalan gontai menuju apartmentnya sendiri.


ANTOLOGI RASA  || (YI-ZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang