Aku pernah menegur seseorang yang bercandanya menurutku sudah tak wajar.
"Kamu boleh mengataiku dengan sebutan apa pun, tapi kalau sudah fisik aku tidak bisa, karena sama saja kamu menghina Tuhanku yang mana adalah Tuhanmu juga." Kataku
"Dasar baper! Tuhan juga gaseneng nyiptain kamu" timpalnya
___
Entah aku yang memang baper atau memang benar bahan bercanda yang dia lontarkan itu tak pantas, karena menurutku memang tak patut fisik seseorang dijadikan bahan guyonan, apa pun alasannya.
Aku berhenti menegur dan memilih untuk diam, bukan karena takut. Tapi lelah karena yang ditegur enggan untuk merubah setiap candaannya, setiap fisik orang lain dia komentari seolah dirinya diciptakan dengan berbagai kesempurnaan oleh Tuhan.
Aku tidak marah, cuma aku adalah pribadi dimana kalau seseorang sudah menyakitiku dengan terus-terusan, lebih baik aku mundur dari perkumpulan teman temanku. Aku begini karena aku menghargai diriku sendiri. Aku sayang pada diriku.
Salam hangat,
Seorang gadis yang sering dipanggil paus dan gorila :')
*aku akan jadikan itu sebagai cambuk motivasi untuk kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Kata
PoetryKumpulan dari sebagian perasaan bahagia, sedih, patah, merasa hina, bucin, tersingkir dari kehidupan dll. Ini rasaku, mungkin akan jadi rasamu juga kalau berminat baca :)