Ketika itu kita sebagai kekasih pada umumnya, saling bercanda dan membahas segala hal di ruangan tengah rumahmu. Aku berfikir beruntung sekali aku dijadikan milikmu, di miliki oleh laki-laki baik yang sangat menerimaku juga keluargaku
Kamu memelukku dengan erat dan tentu aku senang mendapat pelukan yang sangat hangat dari pria yang kucintai sampai aku menyadari ada sesuatu yang aneh, kamu mengunciku dengan pelukan erat dan menciumi leher dengan kasar
Kudorong dan kutanya dengan perasaan takut, karena sebelumnya aku sama sekali tidak pernah mendapati situasi seperti ini, "Kamu kenapa?"
Kamu menjawab, "Aku tidak kenapa-kenapa, cuma memelukmu" sambil mengelus rambutku
Tak sampai disitu, kamu menyerangku dengan tiba-tiba menciumku secara kasar sampai bibirku merasakan perih karena darah dan aku tentu saja kaget mendapatinya
Kudorong lagi dan kutanya, "Kamu sebenarnya kenapa?"
Kamu tidak menjawab tetapi malah melanjutkan, tanganmu juga ikut bermain. Tak sadar air mataku telah jatuh karena aku sedang di lecehkan oleh pria yang kupercaya akan menjagaku
Kudorong tubuhmu sekuat tenaga dan kutonjok sampai terdapat memar di sudut pipimu, impas
"Kamu nggak pantes lakukan itu sama aku!" marahku padanya.
"Tahu apa tentang pantes dan nggak pantes, kamu itu cuma cewek polos," jawabmu santai
"Aku mau pulang!"
Tidak menuruti ucapanku, kamu malah menarikku ke soffa dan menciumku lagi dengan sangat kasar
"Kamu fikir selama ini barang dan uang yang ku kasih itu gratis, semua ada bayaran!" Kamu berteriak tepat di mukaku
"Kamu tinggal nurut aja, sama apa yang kulakukan, ikuti aja!" Perintahmu
"Aku nggak mau!" Balasku teriak di mukamu
Dia mengunci kedua pipiku, "Denger ya cewek polos. Sahabat kamu aja santai melakukan hal ini sama aku, jadi kamu nggak usah jual mahal untuk nolak!"
Seperti ditusuk besi panas lalu jantungku mencelos ke bawah perut, begitu dia mengucapkan pengakuan.
Dua orang yang kupercayai telah mengkhianati
"Silahkan pulang! Aku sudah tidak berminat menikmati tubuh kamu."
"Bajingan!" tandasku sebelum pergi
Bagaimana bisa mereka berdua melakukan hal menjijikan di belakangku
Bagaimana bisa sahabat yang kuanggap saudara tega bermain dengan pacar dari sahabatnya sendiri
Bagaimana bisa mereka melakukannya tanpa berfikir kalau hukum alam itu ada
Aku menghapus air mataku dan bergegas pergi, tapi sebelum itu aku berkata sesuatu padanya.
"Kita sampai disini, terima kasih,"
Sesampainya dirumah, aku tidak mempunyai keberanian untuk menyapa Ibu dan juga Ayah, aku merasa telah gagal menjadi anak.
Aku telah gagal menjaga amanat dari mereka
Aku telah gagal menjaga diriku sendiri
Aku tidak tahu harus memulihkan yang sebelah mana dulu untuk lukakuLuka yang lahir dari dua orang yang kupercaya tak akan membuatnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Kata
PoetryKumpulan dari sebagian perasaan bahagia, sedih, patah, merasa hina, bucin, tersingkir dari kehidupan dll. Ini rasaku, mungkin akan jadi rasamu juga kalau berminat baca :)