Rio's side
Ceklek
"Pagi Mi!" Sapaku berjalan kearah Mami yang sedang menyiapkan sarapan."Aduh bungsu Mami pagi-pagi dah ganteng...! Bikin Mami baper dech!" Puji Mami menatapku yang menyapanya.
"Apa sich Mi! Tiap hari juga aku ganteng." Ucapku pede menarik kursi makan dihadapan Mami untuk kududuki.
"Iya kamu emang ganteng selalu. La wong kemarin kamu kucel cuma karna lagi kusut aja sama pacar ya?!"
"Papi enggak ikut sarapan Mi?" Tanyaku mengabaikan ejekan Mami.
"Papi sama Ryan dah berangkat. Kamu mau sarapan apa?" Tanya Mami setelah aku duduk di kursi ruang makan.
"Nasi goreng aja." Jawabku.
Kulirik jam dinding diruang makan "Berangkat jam berapa? Sekarang aja baru jam 7!" tanyaku heran. Karna papi biasanya akan berangkat jam 8 pagi meski ada hal penting yang mengharuskannya berangkat pagi ke kantor sekalipun.
"Penerbangan Papi jam 9 jadi Papi sama Ryan dah berangkat dari jam 6 tadi." Jelas Mami sambil memberikan sepiring nasi goreng kepadaku.
"Penerbangan! Penerbangan kemana?" Tanyaku bingung yang tidak tau kepergian Papi.
"Ya ampun Yo...! Makanya kalau diajak ngomong sama orangtua jangan ngelamun aja!" Ucap Mami menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Maksudnya... Papi dah ngomong sama aku! Kapan?" Bingungku yang tak ingat.
"Kemarin Papi-mu ngajak kamu ke Jakarta, tapi respon kamu cuma 'o' 'mm' sambil memandangi handphone! Karna respon kamu cuma begitu aja jadi Papi ajak Ryan buat nemenin di Jakarta."
"Ooo... ada apa di Jakarta?" Responku cuek yang menyantap nasi goreng.
"Mami kurang tau! Papi cuma bilang ada teman lama yang ngajak ketemuan, mungkin mau ngomongin bisnis juga."
Aku mengunyah sarapan ku sambil menganggukan kepala merespon ucapan Mami.
"Terus kamu sendiri mau kemana dah rapi kayak gini?" Tanya Mami memperhatikan penampilan ku.
"Aku mau cek restoran Mi!"
"Lho bukannya mau ke Jakarta?"
"Enggak. Mau ngapain aku ke Jakarta!" Jawabku yang mengerti maksud pertanyaan Mami.
"Ya nemuin bojo lah!"
"Yuki cuma pacar bukan bojoku." Tegasku.
"Emang pacarnya enggak mau dijadiin bojomu?"
"Belum waktunya." Jawabku malas.
Mami memandangiku penuh tanya. "Masih dilanjut berantemnya?"
"Aku cuma ikutin maunya Yuki."
Semalam setelah shalat aku memang sempat memikirkan pertengkaran ku dengan Yuki sebentar sebelum akhirnya aku terlelap tidur.
Saat bangun subuh tadi aku sempatkan memeriksa handphoneku, berharap ada notifikasi dari Yuki yang mencoba menghubungiku atau sekedar mengirim pesan.
'Sepertinya ini yang diinginkan Yuki, gimmik promo filmnya lebih utama buat dia saat ini. Buktinya Yuki tidak menghubungiku sama sekali.' Batinku berbicara.
Aku tidak meminta atau menginginkan Yuki meminta maaf padaku atas kekecewaanku tentang gimmik itu. Tapi setidaknya dia berusaha membujukku atau berusaha memperbaiki keadaan hubungan kita yang sedang renggang.
"Dasar anak muda jaman sekarang." Ucap Mami menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku berangkat Mi." Pamitku selesai sarapan, tidak lupa mencium tangan dan kedua belah pipi Mami.
"Iya, hati-hati di jalan. Jangan ngelamun bawa mobilnya!" Jawab Mami mencium keningku.
🕸🕸🕸
3 bulan kemudian
"Asalammualaikum." Salamku masuk kedalam rumah.
"Waalaikumsalam." Jawab Mami dari ruang keluarga. Kuhampiri Mami yang sedang bersantai dengan Papi, kucium tangan kedua orangtuaku.
"Koq baru pulang Yo?" Tanya Mami.
Kulihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 11 malam lewat. "Iya, tadi ketemu teman waktu mau pulang terus diajak nongkrong dulu bentar." Ini memang bukan jam biasanya aku pulang dari restoran, biasanya aku pulang kerumah jam 9.
"Mami sama Papi ngapain disini? Belum tidur?" Tanyaku basa-basi yang melihat Mami sedang memeluk Papi ketakutan karna film horor yang sedang ditontonnya.
Mami sebenarnya takut menonton film horor tapi penasaran sama ceritanya katanya, makanya Mami selalu minta ditemani saat nonton.
"Ni biasa... Mami mu minta ditemenin nonton film horor." Ucap Papi malas.
"Kamu dah makan?" Tanya Mami mengabaikan ucapan Papi.
"Udah bareng teman tadi." Jawabku menatap layar tv.
"Ya udah istirahat sana. Udah shalat belum? Shalat dulu sebelum tidur!" Ingat Mami.
"Udah Mi. Kalau gitu aku ke kamar duluan ya Mi... Pi!" Pamitku beranjak dari sofa.
"Hm..." jawab Papi.
"Aaa..." jerit Mami kudengar tidak lama setelah 5 kali aku melangkahkan kaki mendekati kamarku.
Ceklek
Kututup rapat pintu kamar lalu aku menghempaskan tubuh lelahku ke ranjang. Aku pandangi langit-langit kamar menerawang merindukan Yuki.Aku benar-benar kehilangan kabar tentang Yuki. Ego ku membuatku tidak mau memulai komunikasi dengan Yuki, bukan hanya itu aku juga tidak stalking apapun tentang dia baik dari akun sosial media pribadi Yuki atau akun sosial media berita lainnya.
Biar aku tunggu saja sampai Yuki menghubungiku lebih dulu atau sampai keadaan membaik hingga aku punya alasan untuk menghubunginya.
Aku bukan pria pengecut yang tidak mau memulai lebih dulu, aku hanya takut bertambah kecewa hingga terbawa emosi lagi seperti kemarin.
'Tapi apa kabarnya Yuki?' Pikirku yang sangat merindukannya. 'Ngintip dikit enggak pa-pa kali ya!' Ujarku dalam hati sambil meraih handphone dari saku celanaku.
Ee... apa ini!
Apa ini tanda-tandanya?
👉🏻Bersambung👈🏻
Curhat:
Maaf ya untuk readers yang sudah komen di karya ku yang lain kemarin🙏.
Kemarin aku fokus sama lanjutan cerita ini jadi aku enggak balas komen kalian, tapi terimakasih untuk semua apresiasinya.Karna aku dapat kabar kalau Marcell mau nikah di Januari 2020 jadi aku percepat ceritanya, setidaknya sampai gosip tentang prewed Marcell.
Note:
Kalau mau cepat update lanjutannya, beri saya 100 vote dulu untuk part yang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIO #lengkap#
Krótkie OpowiadaniaIni bukan cerita yang spesial, ini hanya cerita seorang pria tampan kelahiran Solo yang memiliki nama lengkap Rio Haryanto. Note: Saya beri judul Rio karena disini hanya bercerita dari sisi atau sudut pandang Rio saja. Peringatan: Chapter terakhir b...