Iya iya ini aku update.
Awas aja gak pada vote dan komen,
Aku hiatus sebulan. 🤣⚠️Note : Jomblo harap hati" atas part ini, apalagi anak di bawah umur 17 ⚠️💃
Tangan Fania ikut melambai ke atas begitu mobil Althaf dan Alya yang membawa Hafiz meninggalkan halaman rumah keluarga Rama. Fania juga melambaikan tangannya sambil mengerucutkan bibirnya. Ia sedih dan tak tega melihat Hafiz pergi dalam keadaan menangis.
Saat Althaf dan Alya datang untuk membawanya pulang, Hafiz menolak dengan keras. Katanya, ia masih ingin bermain bersama Om Palel dan juga Ante Nania kesayangannya. Tapi apa boleh buat, Althaf tak mungkin membiarkan putranya jauh darinya lebih dari 3 hari. Hanya 3 hari saja, ia sudah rindu cerewetnya celotehan Hafiz juga senyum putranya itu. Apalagi ia juga tak ingin merepotkan kedua mertuanya untuk menjaga Hafiz.
"Fan, Farel masih di kamar?"
"Masih, Yah." Fania menoleh seraya menjawab pertanyaan ayah mertuanya.
Rama menguatkan rahangnya. "Anak itu bener-bener deh. Kakaknya pada ke sini bukannya disamperin, dianya malah ngurung diri di kamar."
Fania hanya bisa membasahi bibirnya gugup karena mendengar ayah mertuanya yang terdengar geram. Ia sendiri juga bingung karena Farel hanya diam saja saat ia memaksa Farel untuk turun ke bawah menemui Althaf dan Alya. Bahkan saat Fania mengatakan Hafiz menangis sambil memanggil namanya, Farel tetap menunjukkan kepeduliannya.
"Mungkin Farel lagi nggak enak badan, Yah," kata Fania. "Nggak enak hati maksudnya, Yah." lanjut Fania di dalam hati.
"Sakit apa emangnya? Perasaan dia baik-baik aja? makan malamnya aja tadi banyak banget sampe nambah dua kali," ujar Kartika seraya menertawakan putranya sendiri. Memang sih, wajah Farel terlihat bete setelah kembali dari kampus bersama Fania dan Hafiz, tapi ia bisa tahu kalau putranya itu sedang tidak sakit.
"Haduh anak itu...." ringis Rama. "Tolong ya Fania, bantu rubah watak kerasnya itu. Ayah bingung mau bagaimana menasehatinya lagi."
Fania memperlihatkan cengiran canggungnya sambil mengangguk. Ia membuang napas lega begitu ayah dan ibu mertuanya masuk ke dalam rumah lebih dulu. Setelah mengekori kepergian kedua mertuanya hingga hilang ke kamarnya, Fania juga ikut bergegas masuk ke dalam. Tak lupa juga ia mengunci pintu rumah mereka.
"Rel?" Fania mengetuk pintu kamarnya dengan suara pelan lalu membukanya perlahan. Ia melongokkan kepalanya terlebih dahulu, takut-takut jika Farel akan kesal dan melemparnya dengan sebuah buku tebal. Bukannya suudzon, hanya saja Fania ingin berjaga-jaga.
Fania mengembuskan napas kecil. Farel rupanya sedang mendengarkan musik dengan memakai headphone berwarna putih. Tatapan lelaki itu terlihat begitu fokus menatap layar laptop. Fania duduk tepat di sebelah Farel yang sedang ada di meja belajar. Sejak mereka menikah, Farel memang mengganti meja belajar dan kursi belajar mereka berdua. Mejanya menjadi lebih panjang sedikit dan kursinya juga ada 2. Kata Farel, ia akan senang jika Fania mau belajar bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You 2 [After Married] | SUDAH TERBIT ✅
Espiritual[ SUDAH TERBIT ] Benci itu memang beda tipis dengan cinta. Yang dulunya sering debat dan adu mulut, sekarang malah saling jatuh cinta dan akhirnya menikah. Ini juga berlaku dalam hidup Farel dan Fania. Tapi terntata, setelah menikah, hal yang membaw...