1. First

305 57 27
                                    

Bau alkohol serta dentuman musik memekakkan gendang telinga memenuhi tempat hina yang di kunjungi oleh seorang idol tampan nan terkenal bernama Park Jimin.

Kelab malam mini bergaya Asia yang terletak di pojok jalanan kota Paris merupakan pilihan terbaik untuk kabur dari segala rutinitas monoton yang sudah tujuh tahun terakhir ini di gelutinya.

Benar, ia kabur dari Seoul hanya untuk menikmati suara dentuman, alkohol, serta tempat dimana tidak ada satu orangpun yang mengenal, bahkan tahu siapa dirinya.

Lelaki bersurai keabuan itu tampak menari tak tentu arah di tengah segerombolan manusia yang tak jauh berbeda dengan dirinya, sesekali ia menenggak cairan bening pembakar tubuh itu nikmat dengan raut wajah bahagia.

"Hei, bisakah kau berhenti? kau menyenggol dan menumpahkan minuman di dalam botol berhargaku." Tegur Jimin datar kepada salah satu pengunjung yang sedari tadi menyenggol dirinya saat menari.

Pria yang di tegur berhenti menari lalu tersenyum remeh kepada Jimin. "Ingin sebuah pukul–"

BUGH!

Belum sempat pria itu menyelesaikan kalimatnya, seorang pria bertubuh besar di belakang Jimin memberinya pukulan tepat di rahang membuat pria itu tersungkur di lantai.

Jimin berdecak berkali-kali sambil berjongkok di depan pria yang sudah mengeluarkan darah segar dari sudut bibirnya.

"Aku sudah memperingatkanmu." Bisik Jimin tepat di telinga kanan pria berparas layaknya orang Paris pada umumnya itu.

Jimin terkekeh, menatap botol minumannya lalu menenggak cairan itu hingga tumpah dari tiap sudut bibirnya.

Seseorang bertubuh besar menggunakan setelan baju serba hitam juga membisikkan sesuatu. "Untung saja dia dalam keadaan mabuk. Jika tidak, ia mungkin saja akan melaporkan kita ke polisi." Bisikan itu sukses membuat mata Jimin melebar.

Ia buru-buru berdiri, dengan sempoyongan membungkuk. "Maafkan–tidak, makan itu." Gelaknya lalu berjalan menjauh menuju sisi lain yang sangat ramai.

Jimin tersenyum sambil menepuk lengan berotot pria yang berjalan berdampingan dengannya, mengacungkan jari jempolnya memberi apresiasi sang bodyguard.

"Jika aku yang memukulnya, aku akan masuk penjara atas pemukulan seorang pria, benarkan? Pak Gyo?"

"Kau terbaik~" ujarnya sambil menenggak minuman.

☁️☁️☁️

Jimin tersenyum konyol menatap botolnya kini sudah terisi penuh dan tidak melupakan sopan-santun yang dimilikinya dengan mengucapkan terima kasih kepada pelayan bar.

Ia melangkah sempoyongan menuju lantai dansa, melihat ke kanan dan ke kiri sambil menyuruh beberapa orang menjauh agar ia bisa mempunyai ruangannya sendiri.

Setelah di rasa posisinya sangat pas ia mulai melekuk-lekukkan tubuh di tengah-tengah kerumunan, menari sekuat tenaga seakan-akan hari ini adalah hari terakhir baginya.

Selang beberapa menit ia bersenang-senang, seseorang tiba-tiba muncul dari balik punggung Jimin dan menepuk-nepuk bahunya.

Jimin tidak merespon, ia terus melanjutkan tariannya.

Seseorang yang tidak direspon itu akhirnya menepuk bahunya kembali, kali ini dengan sedikit keras.

Jimin yang merasa terganggu akhirnya berbalik badan, berhadapan dengan seseorang itu dengan jarak yang sangat dekat.

Ia memicingkan matanya sedikit lalu terkekeh. "He-hei....jangan sentuh aku bibi, kau pikir aku ini anakmu? hm?" tanya Jimin lembut sambil menyentuh dagu  seorang gadis pelaku penepukan bahunya.

Gadis itu mendecih sambil menepis tangan Jimin dengan sorot mata membunuh, ia maju satu langkah dan meraih kerah baju Jimin cepat.

"HEI! lepaskan aku wanita jalang!" teriak Jimin saat gadis itu mencengkram erat kerah bajunya.

PLAK!

Tamparan keras serta tolakan dari seorang gadis berkulit putih dengan rambut cokelat sebahu khas gadis Korea sukses membuat Jimin tersungkur ke salah satu meja kosong yang berada di sekeliling tepi tempat berdansa.

Gadis itu sudah naik pitam akan kelakuan temannya satu ini yang berhasil menyogoknya dengan iming-iming berlibur dan mengunjungi berbagai destinasi di kota cinta yang sesungguhnya nol besar.

Gadis itu telah membuang banyak waktu berharganya untuk keluar-masuk ke seluruh kelab malam di kota Paris hanya untuk mencari seorang idol bodoh bernama Park Jimin.

Jimin malah tertawa sambil memegangi perutnya, sedang botol minumannya sudah jatuh berserakan menjadi puing-puing kecil di lantai.

"Kau ingin pulang? ingin tidur di meja itu saja? okay! ingat, aku sudah muak Park Jimin, muak!" bentaknya keras sambil menunjuk Jimin tepat di depan wajahnya.

Jimin seketika berhenti tertawa dan tidak merespon, ia malah memandangi wajah gadis itu tanpa berani melawan atau mengeluarkan sepatah katapun.

Gadis itu tampak sangat lelah dan terselip rasa cemas yang tercetak jelas di kedua mata lentiknya.

Beberapa orang di sana mulai memperhatikan mereka, dentuman musik yang sangat keras mulai membuat kepala gadis seumuran Jeon Jungkook itu berdenyut, ia mengambil langkah pergi mengabaikan panggilan bahkan teriakan Park Jimin yang memanggil-manggil namanya.

☁️☁️☁️

"Benar-benar! seharusnya aku sadar, ada sesuatu yang tidak masuk akal dari tawaran awal." Ia mendengus menatap dirinya sendiri dari pantulan kaca pecah yang terletak di sudut pintu belakang kelab itu.

Dirinya sudah kusut, berbau alkohol, bahkan tidak mandi akibat mencari idol yang hanya sibuk mencari kebahagiaan miliknya sendiri, dirinya beruntung tidak bertemu orang jahat bahkan preman di saat waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari.

"Hyora.....kau kah itu? pulang, aku ingin mandi, ayolah..." rengek Jimin yang muncul di ambang pintu dengan langkah sempoyongan membuat Hyora tersentak dan mengambil langkah menjauh.

Belum sempat ia mengambil langkah kedua, Jimin merengkuh tubuhnya dari belakang dengan melingkarkan tangan di perut datar gadis itu.

"Hangat, aku ingin selamanya seperti ini," bisik Jimin di telinganya.

☁️☁️☁️

Haloo!!!

Apakah di sana hujan? wah di kotaku hujan terus nih dari sore sampai malam, adem...

Btw mari ramaikan YOU & kasih VOMENT kalian⭐️

AilapYOU💝

Cinkela
8 Desember'19

YOU | Park Jimin & Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang