SATU

1.2K 78 6
                                    

Waktu silih berganti, namun rasa tetaplah sama

kukira rasa sakit yang kualami akan berakhir ditempat ini, ternyata hanya menambah siksa batin yang sudah lama terluka

Hai...

Aku Aurelia Anastasya Putri, gadis lemah yang selalu menjadi mainan orang-orang sekitar

Dibilang bodoh, sepertinya tidak juga
Tapi, mungkin juga iya

Beberapa minggu yang lalu aku baru saja pindah ke desa ini, salah satu desa di Pulau Sumatera, tempat kelahiran kedua orangtuaku dan aku

Keluargaku hanyalah perantau di kota Bandung. Kami merantau ke Bandung sejak aku masih berusia dua minggu. Seperti itulah yang diceritakan mamah padaku

Alasan kami merantau, karena sempat terjadi perselisihan saat itu antara keluarga ku dengan nenek. Kemungkinan, mamah ayah tidak ingin aku terluka akibat daripada adanya perselisihan
itu

Apa aku sebegitu tidak disukai nenek?
Itulah yang ada dipikiranku saat itu

Tidak! Bukan!

Bukan karena aku anak haram, bukan karena aku anak yang jadi akibat daripada diluar perkawinan yang sah

Sudahlah, terlalu rumit jika kuceritakan keseluruhannya pada kalian

Kota kelahiran kedua adikku berbeda denganku tentunya, mereka asli kelahiran kota kembang, Bandung

Adik perempuanku bernama Syaqeela Gabriana Irawan dan adik laki-lakiku Ardhan Maulana Irawan

Kenapa nama akhirku tidak ada Irawan-nya?

Entahlah, omku yang mengurus akta kelahiranku saat dikampung dulu

Sebenarnya aku belum bisa menerima kepindahan ku ditempat ini, walaupun tidak sama sekali berbeda keadaannya seperti diBandung. Tapi, entah kenapa aku merasa lebih sesak ditempat ini

Aku tahu,

Aku bukanlah orang yang paling tersakiti hanya karena perihal pindah rumah

Walaupun hari demi hari hanya ku habiskan didalam kamar tidur seorang diri, semua kulakukan
dikamar ini, menulis setiap kisah yang kualami

Hari ini sudah sore, matahari sudah mulai meredupkan cahayanya dan aku masih tetap saja duduk dibawah pohon rindang dengan buku diary ini dan terus menatap indahnya senja dengan semilir angin yang terus berhembus meniup-niup rambutku.

TUK!

Kali ini sudah kulit mangga yang mengenai kepalaku
"Tuh, orang Jakarta! Oi bego! Ga punya temen ya? Hahahah"lagi dan lagi pria-pria ini selalu saja lewat dan mulai melempariku, entah apa salahku pada mereka

Dan mereka memanggilku dengan sebutan orang Jakarta, jelas-jelas aku dari Bandung. Dasar orang-orang bodoh

Aku tidak menggubris mereka yang mulai tertawa, mengoceh membicarakan diriku

TUK!

"Woi, budek ya? Kalo ditanya tu jawab. Gausah sok kota lah, sok jual mahal. Orang kota kan cuma bisa jual diri, buat nyari duit. Hahaa"Aku mulai berdiri, dan berniat untuk pulang. Sepertinya aku sudah mengambil waktu yang salah untuk keluar

"Maaf, aku mau pulang. Bisa minggir?"

Salah satu pria mulai menyelinapkan jari tangannya diantara jariku, dan aku langsung membuangnya "Maaf, gak sopan ya"

Aku mulai melewati mereka dan berjalan membelakangi mereka dengan debaran jantung yang
tidak terkendali. Aku takut, aku benar-benar takut

Kenapa kehidupanku yang menyedihkan ini masih saja berlanjut?

SENDU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang