WD : 1

11 2 0
                                    

••••

Vallentin Crytia Smits, sebagai anak dari seorang nyonya Lauryn Vitalita Smith yang sangat diandalkan dalam sebuah perusahaan terkenal tidak perlu heran jika sifatnya yang tidak baik. Namun, bisa dikatakan sifatnya sangat bertolak belakang dengan kondisi ekonominya. Mungkin kebanyakan orang di luar sana akan menganggap dia sombong, centil, liar, hingga entah apa lagi yang membuat dia harus menulikan pendengarannya saat kemanapun. Ck! Itulah yang membuat dirinya enggan keluar rumah kecuali saat pergi sekolah atau acara yang tidak memungkinkan untuk ditinggalkan.

Gadis nanis-semanis kapas gulali-itu tercatatat sebagai salah satu seorang murid SMA favorit yang terletak di sekitar pertengahan kota tempatnya menjalani kehidupan.

Vallen, mempunyai tiga orang teman yang sangat akrab dengannya. Seperti seorang sahabat. Memang sangat akrab namun diantara mereka semua tidak ada yang mau untuk menganggap lebih dari teman, walaupun mereka selalu kemana mana bersama. Aneh bukan?! Kenapa mereka tidak mau dikatakan sahabatan oleh orang lain. Apa susahnya juga punya sahabat? Toh, kata mereka itu sama sekali tidak penting.

Banyak orang diluar sana yang menginkan seorang sahabat, tapi malah empat gadia ini tidak menginkan hal itu.

Sejauh ini jalinan pertemanan mereka berjalan dengan biasa saja dan seperti pada umumnya.

Vallen mendengus kesal saat mengetahui ada seseorang yang membuyarkan lamunanya. Dia menatap kearah kakinya yang tidak mengunakan alas kaki. Lalu detik kemudian dia mendongok menatap seorang wanita cantik yang tengah menginjak umur akhir empat puluhan yang berdiri dibelakangnya. Wanita itu memegang kedua bahunya. Hingga beberapa saat kemudian berubah menjadi rangkuman dan posisinya kini ada disampingnya. Dia adalah wanita yang sangat hebat bagi Vallen. Siapa lagi kalau bukan Mamanya seorang.

"Ngalamun lagi?."  Lauryn tiba-tiba saja bertanya. 

"Engga kok, Mah." jawab Vallen bohong. Bahkan sangat bohong jika dirinya mengatakan itu.

"Terus ngapain di sini?." tanya wanita itu kembali.

"Pengin aja. Vallen bosen di kamar mulu," memaninkan jari tangannya sendiri. Kebiasaan sejak ciliknya jika dirinya sedang merasakan sesuatu tidak menentu-seperti saat ini-.

"Ya udah. Kamukan bisa ajak sahabat-sahabat kamu jalan jalan, sayang. Kebetulan kan hari ini libur" tersenyum hangat dengan tatapan mata tidak teralih barang sedikitpun dari buah hatinya

"Emang siapa sahabat Vallen, Mah?," Vallen berdiri dari duduknya dan berbalik menatap Lauryn, kesal. "Untuk apa Vallen anggap mereka sahabat, tapi ujung ujungnya nanti ngilang saat Vallen butuh kaya temen Vallen waktu SMP dulu. Nga lucu kan?"

Lauryn hanya bisa menghela nafas. Dia menganggap apa yang telah dilakukan anaknya selama ini sangat salah. Bagaimanapun juga Lauryn sangat mengenal dengan sifat ketiga teman Vallen. Toh, mereka juga anak dari teman dekatnya.

"Mau jalan jalan sama Mama?," kata Lauryn menghilangkan keheningan.

"Kemana?" Valen mengernyit heran. Tidak seperti biasanya Mamanya mengajak jalan-jalan.

"Kemana ya?" bukannya menjawab wanita itu malah balik bertanya? "Mall?," lanjutnya beberapa detik kemudian.

"Wouw! Mau mau!," gadis itu terseyum riang dengan mata binarnya. Vallen ya tetap saja Vallen. Kadang gadis itu bisa barbar tapi kadang juga bisa manja.

Why DeploreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang