WD : 5

0 1 0
                                    

Yeyy Up Lagih""v

________

••••

"Mobil, Metta kehabisan bahan bakar, Mah." jawab Vallen mewakili ketiga teman nya yang sejak tadi hanya terdiam.

"Lah gimana? Emang sebelumnya nga dicek dulu!" Lauryn mengernyitkan dahi, menatap dengan tatapan heran.

"Engak, Tan." suara Metta terdengar sangat lirih, kemudian dilanjutkan dengan seringai lebar.

"Ya elah, Metta!" suara cempreng ala Anin terdengar.

"Ya sudahlah! Tinggal saja mobil kamu di sini. Nanti kalian, Tante antar ke sekolah kalian!" putus Lauryn, mengalah.

"Yah, jadi ngrepotin deh, Tan." ucap Anin kembali, namun suaranya kini sangat lembut. Gadis itu tampak lucu, mengerucutkan bibirnya dengan tatapan yang susah diartikan.

"Engga." jawab Lauryn singkat kemudian menuju dalam rumah mengbil kunci mobil.

Lauryn tidak menimpali ucapan Anin. Ia sudah melangkah menuju garasi. Dugaan Lauryn, tentang Vallen yang ingin mengirit bahan bakar mobil sangat salah.

***

Kririringg....

Bel istirahat berbunyi dengan nyaring. Suara nakalnya berhasil membuat siswa bersorak-sorak. Seluruh siswa berhamburan keluar kelas mereka masing-masing. Tidak terkecuali dengan ke-empat gadis dewasa ini. Siapa lagi kalau bukan Vallen dan tiga teman nya yang kini sama-sama sudah pergi dari dalam kelas.

Kantin yang padat seakan membuat beberapa orang mangurungkan niatnya untuk menjajan kesana. Namun, tidak bagi mereka berempat. Kini dapat dengan mudahnya untuk memesan makanan, karena meraka membelinya pada penjual langganan mereka.

Setelah itu mereka memutuskan untuk berjalan kearah bangku kantin. Sempit, hanya itu yang dapat didefinisikan oleh Vallen. Sangat ketera tidak ada yang bisa untuk duduk berempat. Jumlah bangku yang minim tak jarang banyak siswa uang membawa makanan dari rumah. Ditambah lagi waktu istirahatnya hanya sekitar empat puluh lima menit.

Brugh...

Prank...

Begitulah kira-kira suara tubtukan dan benda semacam kaca terjatuh hingga pecah. Vallen, gadis itu membelo saat mengetahui dirinya yang sudah tidak memang nampan yang berisi makanan.

"Sialan!" umpat Vallen, mengeram. Bersamaan dengan itu , beberapa pasang mata terarah pada nya, cukup menyita tatapan banyak orang. Tak kecuali dengan orang menubruk Vallen tadi dia tampak terdiam disana, tanpa menoleh. "Kutu badak. Lo kalo jalan liat-liat, sialan!" ucap Vallen kembali sehingga laki-laki itu kini benar-benar membalikan badannya namun tatapan yang laki-laki itu keluarkan dari sorot mata nya hanya tatapan datar, tak berekspresi.

"Gua punya nama-."

"Bodo amat! Gua nga pikir nama lo siapa!" perkataan Vallen sukses membuat semua penghuni kantin kompak membengo. Namun, gadis itu mengabaikannya. "Lo punya matakan!?" lanjut Vallen.

Laki-laki itu tampak mengeram. Sorot matanya berubah tajam seperti belati yang akan menyayat-nyayat kulit Vallen saat ini juga. "Nga liat yang natap tajam kearah lo ini benda apaan. Vallentin Crytia!" kata lelaki itu sambil menunjuk kuda matanya dengan kedua jari tangannya.

Why DeploreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang