Pengobatan

149 12 0
                                    

Suara ketukan speaker yang keras dan yang telah terhubung di penjuru rumah mewah di daerah kawasan perumahan elite di Jakarta itu,  berhasil membuat Dimas terbangun dari tidurnya. Setelah menggeliat dan berhasil menimbulkan bunyi "krek" akibat kelelahan bermain basket semalam. Setelah itu ia langsung menuju ke jendela dan membuka gorden di kamarnya yang super luas.

Dimas mulai melakukan aktifitas-aktifitas kecilnya dengan merapikan puluhan kaset-kaset film laga favoritnya itu yaa dia penggemar film laga dia memang tak merasakan dunia luar tapi dia tidak bisa ketinggalan zaman, dengan internet lah ia bisa tau bagaimna perkembangan zaman.

Suara dentingan bel terdengar pertanda ada seseorang yang ada di depan kamarnya dan benar dia adalah salah satu pembantunya yang ingin mengantarkan sarapan pagi untuk Dimas.

"Selamat pagi den, sudah bangun kan, ini bibi bawa sarapan, mau di taruh di depan atau di bawa ke dalam den?"

Memang khusus untuk ruang kamanya tidak bisa sembarangan orang memasukinya tanpa persetujuan dari Dimas.

"Selamat pagi juga bi. Taroh depan aja nanti saya ambil"

"Oh.. ya udah kalo gitu. bibi pergi dulu"

Terdengar suara ketukan sepatu pertanda bahwa pembantu itu telah pergi.

Setelah selesai membereskan kaset-kaset nya. ia langsung menuju ke kamar mandinya yang sudah satu ruang dengan kamarnya. sekitar 3 menitan ia telah selesai mandi dan hanya melilitkan handuk di pinggangnya dan memperlihatkan dada bidang miliknya. jangan salah walau dia jarang sekali keluar ia tidak bisa tampil keren. dia mempunyai guru private tersendiri dan di bidang tersendiri. Termasuk di bidang olah raga.

Dimas menuju ke sebuah papan kecil yang tertempel jadwal-jadwal kesehariannya dan hari ini jadwalnya adalah cek kesehatan/pengobatan yang di lakukan nya 2 kali dalam seminggu. yaa hanya 2kali ia keluar dari rumah itupun di jaga ketat oleh ayahnya dan bodyguard nya yang super galak. setelah melihat jadwal ia pun mengganti pakaiannya dengan kaos warna hitam dan celana panjang warna hitam.

Setelah itu ia mengambil makanannya dan di makan olehnya. suara decitan pintu kamarnya terbuka secara spontan Dimas menoleh dan ternyata ayahnya.

"Pagi. Anak kesayangan nya ayah gimana udah siap?"

"Pagi yah. bentar lagi belum habis."

"Oke. Ayah tunggu" Setelah beberapa saat kemudian dimas sudah selesai makan.

"Sudah yah yuk berangkat"

"Emmm kamu gak pake sepatu? masak cuma pakek sendal jepit doang"

"gak papa ah enakan pakek sendal Udah ayo"

"iya. piringnya jangan lupa di bawa".

Setelah itu ia pun keluar dari kamarnya Dimas. Dalam perjalanan keluar mereka bertemu dengan salah satu pembantunya

"Ini bi piringnya. makasih ya" kata Dimas sambil menyodorkan piring yang ada di tangannya

"Iya den sama-sama"

Setelah itu mereka menuju ke mobil yang sudah terparkir di depan rumahnya. Dalam perjalanan ayahnya sibuk dengan ponselnya. sedangkan Dimas fokus melihat dunia luar dari jendela mobilnya.

"Oh ya! Ayah lupa. besok kamu masuk kuliah"

"Kuliah?!" kata Dimas yang terkejut.

"Iya ayah sudah daftarin kamu di salah satu Universitas di Jakarta dan kamu ke teri, mulai besok kamu berangkat kuliah"

"Ayah nggak salahkan. dulu ayah tidak memperbolehkan Dimas sekolah. tapi sekarang malah tanpa sepengetahuan Dimas. ayah daftarin Dimas ke universitas? Apa itu gak salah yah!!" Ayah menghela nafas sejenak.

HIV(Hari Indah bersama Verra)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang