Senin, 9 Desember 2019
Pagi cerah disambut sinar surya yang memancarkan cahaya tepat di wajahku, hingga terasa silau namun terlihat indah untuk diabadikan. Sedikit ku buka kamera handphone sebelum menghabiskan seteguk susu sisa yang mulai mendingin. Sesegara mengambil posisi menyimpan potret diri di dalam selfie.
"Zahra cepat udah mau setengah tujuh, abisin dulu susu nya kebiasaan deh kamu"
"iya ma bentar view nya lagi bagus nii kapan lagi foto bareng surya hee"
"dasar anak jaman"Setelah cukup puas segera aku menghabiskan susu dan memberi salam pada orang rumah sebagai tanda pamit pergi ke sekolah.
"semuanya zia pamit yaa assalamualaikum "
Tanpa mendengar jawaban aku pergi ke pinggir jalan menunggu angkutan umum.**
Upacara selesai memasuki jam pertama. Ibu Siska masuk kelas kemudian duduk dan Fadly sebagai ketua kelas meminta kami duduk rapi untuk berdoa.
~~
Entah mengapa bayangan dia yang ada di toko menghantui pikiranku. Serasa ingin mengenal dirinya walaupun sekedar mengetahui nama saja.Namun sial aku tertangkap sedang melamun oleh bu Siska hingga dia menegurku di tengah pelajaran Sastra indonesia.
"Hey kamu, udah selesai tugasnya? Melamun aja "tanya bu Siska
"tu... tugas?" jawabku kurang paham
"iya, ibu kan suruh kalian bikin sebuah puisi bertemakan bebas, berati kamu dari tadi gak merhatiin ibu"
"ohh gitu bu, maaf bu gak usah marah marah bu ini bentar lagi jadi nih mau di kerjain dulu" aku balas dengan nada panik sambil membuka lembaran buku dan mengambil sebuah pulpen dari tempat pensil.
"cepat kerjakan, yang lain juga tugasnya dikumpulin nanti besok pas pelajaran ibu catat ya gak boleh men-copy paste karya orang lain harus bener bener karya sendiri" tegas bu Siska
"iyaa bu" serentak kami membalas"Zia sii jadikan tugasnya dikumpulin"
"Iya ni zia nyebelin deh"
"dasar zia malah gue lagi males ngarang ngarang lagi ahh"
Teman sekelas tiba tiba semuanya menyalahkanku.
Aku terdiam bingung harus gimana dan segera minta maaf.Tunggu next part
KAMU SEDANG MEMBACA
Bantu Aku Melupakan
Teen Fictionaku pecandu rindu ketika surya tak ku dapat namun temu menyadarkan qalbu saat langit menjadi penyatu