Pukul 22.00 Wib, dan rombongan sampai di basecamp pendakian Gunung Raung via Kalibaru. Basecamp ini bernama basecamp Pak Soetta.
Basecamp Pak Soetta ini adalah sebuah rumah yang sederhana. Seperti rumah-rumah pada umumnya yang dijadikan basecamp pendakian di gunung-gunung yang pernah gue daki.
Lampu halaman rumah menyala temaram. Cahaya putih remang-remang tidak cukup untuk bisa membuat gue melihat pemandangan seluruh rumah. Gue hanya bisa melihat halaman depan rumah saja yang tampak sederhana. Terlihat banyak stiker yang menempel di jendela dan tembok rumah. Khas sekali basecamp pendakian. Gue juga lihat di halaman rumah ada beberapa pot bunga. Sesimple itu saja yang bisa gue gambarkan malam ini.
Gue dan rombongan turun dari ojek lalu kami berkumpul di teras rumah yang tidak begitu luas tapi cukup untuk menampung sekitar 9 orang. Kami taruh tas carrier kemudian duduk menunggu arahan Fajar selanjutnya. Sedangkan si Fajar pergi masuk ke dalam basecamp, mungkin untuk menemui pemilik basecamp. Gue dan yang lain menunggu saja, toh kami ini tamu yang harus dilayani.
Beberapa menit kemudian Fajar kembali dan memerintahkan kami untuk bongkar muatan.“Kita nggak kebagian tempat. Di dalam udah penuh banget. Diisi sama rombongan pendaki dari Malaysia.” Ucap Fajar.
“Jadi gimana Jar?” tanya Adit. Gue dan yang lainnya jadi ikut bingung.
“Terpaksa kita semua tidur di teras.” Fajar seperti terpaksa mengatakan hal tersebut.
Tapi mau bagaimana lagi memang begini kondisinya.
“Yaudah deh.” Adit tampak terpaksa menerima kenyataan harus tidur di luar rumah.
“Pakai SB deh. Enggak papa Dit itung-itung pemanasan sebelum mendaki besok” hibur Okka ke Adit.
Kesepakatan sudah diambil, kami menerima untuk tidur di teras basecamp. Lalu Fajar masuk kembali ke dalam rumah.
Di bawah temaram lampu teras dan angin malam yang mulai berhembus kencang, gue dan yang lainnya memasang posisi tidur dengan Sleeping Bag masing-masing. Jujur buat gue jam segini sebenarnya belum terlalu malam. Namun apa daya seharian di dalam kereta membuat badan pegal-pegal, gue harus rebahan supaya otot-otot tidak tegang. Enggak kebagian tempat buat tidur bukan masalah sih, yang penting malam ini gue bisa tidur secara normal.
**Fajar terdengar sedang mengobrol dengan beberapa orang. Mungkin orang-orang dari basecamp atau barang kali guide-guide lain.
Bukan maksud untuk menguping tapi memang obrolan mereka terdengar sampai ke teras.
“Ada berapa kelompok?” itu suara Fajar.
“Dua. Orang Malaysia semua.” kali ini suara ibu-ibu.
“Sampai penuh di dalam” mungkin Fajar juga heran kenapa basecamp sampai kepenuhan
“Ada 28 orang yang naik” ucap ibu itu lagi.
“Pantes aja”
“Mas Fajar bawa berapa?” kali ini suara laki-laki
“Saya cuma bawa 8 orang. Pada di teras mereka”
“Maaf ya Mas Fajar jadi tidak kebagian tempat” ucap Ibu-ibu tadi meminta maaf.
“Enggak apa-apa bu. Mereka oke-oke saja kok.”
Obrolan berhenti sesaat. Gue lihat yang lain sudah di posisi tidur masing-masing. Sepertinya mereka tidak mendengarkan percakapan si Fajar di dalam sana. Lagi pula gue memang tidur di dekat pintu sih. Jadi kedengaran.
Malam sudah larut tapi tetap saja gue masih belum bisa tidur kalau enggak ngantuk duluan.
Di dalam sana Fajar mulai melanjutkan pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTERI GUNUNG RAUNG: Novel Horror Seri #1
HorrorNovel adapted from true story. Pendakian menuju puncak Sejati Gunung Raung yang penuh misteri. mulai dari sosok porter yang misterius, penampakkan babi jadi-jadian di Camp 4, hingga sosok hitam tinggi besar yang mengintip ke dalam tenda kami di Camp...