Pos 1 Pak Sunarya berada di ketinggian 980 mdpl. Jika dibandingkan dengan gunung-gunung lain di Jawa, ini termasuk ketinggian yang rendah jika dijadikan sebagai titik start pendakian. Rata-rata gunung di Jawa biasanya dimulai dari ketinggian 1500 sampai 2000 mdpl.
Target kami adalah Camp 4. Itu artinya kami harus melewati Camp 1,2, dan 3 terlebih dahulu. Gue sempat mempelajari peta jalur pendakian yang telah dibagi-bagi waktu di basecamp. Jarak antara camp 1,2, dan 3 rata-rata sama jauhnya yakni sekitar 1 km lebih sedikit. Jika dikalkulasikan maka kurang lebih menjad 4-5 km total jarak yang harus ditempuh. Secara matematis memang cukup jauh jika kita berjalan secara normal pada trek mendatar. Sekarang masalahnya yakni kami berjalan naik-turun menyusuri hutan dengan membawa tas carrier yang beratnya naudzubillah.
**Perjalanan awal adalah perkebunan kopi. Persis seperti apa yang dikatakan oleh Pak Sunarnya. Sekitar Pos 1 adalah lahan perkebunan kopi Raung. Gue bisa melihat biji-biji kopi yang masih hijau. Dan beberapa di antaranya ada pula yang sudah berwarna merah, tanda sudah matang.
Di sisi kanan dan kiri gue sepenuhnya hijau dipenuhi pohon kopi. Pohon kopi tidak besar seperti pohon-pohon di pinggir jalan. Tingginya tidak sampai lebih dari 3 meter. Lalu bijinya berbentuk bulat-bulat kecil sebesar kelereng.
Kebun kopi di kaki Gunung Raung ini memiliki potensi yang besar. Dalam setahun kata Pak Sunarya, bisa 2 kali panen kopi. Potensinya memang besar, namun masyarakat masih merasa kurang maksimal dalam pendapatan. Atas dasar alasan tersebut maka masyarakat memilih untuk membuka kebun dengan tanaman lain, dan sebagian lagi menekuni pekerjaan yang berkaitan dengan pendakian seperti tukang ojek, porter, dan juga guide.
Kopi Gunung Raung cukup terkenal di nusantara. Potensi dari sisi ekonomi cukup baik namun tidak selalu menjanjikan. Hal ini disebabkan kurangnya dukungan dari pemerintah. Seyogianya pemerintah memberi dorongan kepada para petani di kaki Gunung Raung dengan menyuntikkan modal usaha, promosi, atau semacamnya yang akan membuat para petani lebih bersemangat sehingga berdampak pada roda ekonomi masyarakat. Jika perekonomian lebih baik maka taraf hidup masyarakat juga menjadi lebih baik. Sehingga kita tidak lagi melihat ada warga yang rumahnya masih berdinding kayu dan berlantai tanah.
Namun beginilah realita. Harapan masih belum terkabul. Mereka masyarakat di kaki Gunung Raung hanya bisa berharap dan menjalani hidup apa adanya dengan senyuman.
**Umumnya pada pendakian gunung, step awal pendakian adalah langkah yang berat. Begitu pula di Gunung Raung ini. Baru beberapa menit melangkah, keringat sudah mengucur dengan derasnya. Cuaca memang cerah, tapi gue basah kuyup seperti orang kehujanan.
Gue cukup berpengalaman mendaki gunung saat siang-siang begini. Jika mendaki siang, sebaiknya kita memakai pakaian yang tipis atau menyerap keringat. Jangan memakai jaket atau pakaian tebal. Meski awalnya memang terasa dingin, karena kita berada di kaki gunung, tapi jika dibawa jalan mendaki lama-lama suhu tubuh akan naik drastis dan tubuh dibanjiri keringat.
Gue memakai kaos hitam tipis. Ada tulisan “Lombok” di tengahnya. Gue juga memakai celana olahraga merah tua. Dan tidak lupa topi buat melindungi kepala dari sengatan matahari. Selain itu semuanya gue masukkan ke dalam tas. Termasuk jaket gunung dan helm.
Meskipun sudah gue minimalisir namun tetap saja endingnya tas carrier gue tetap membumbung tinggi seperti monas. Helm gue taruh paling atas lalu gue pakaikan coverbag sampai penuh. Tas gue menjulang tinggi dan kalau dilihat dari belakang, kepala gue tertutup tas carrier gue karena saking tingginya.
Tapi setelah gue perhatikan juga, ternyata bukan gue saja yang menggendong tas monas ini. Gue lihat Mas Sis, Adit, dan juga Okka pun demikian. Tas carrier mereka sama seperti gue. Sama-sama membumbung tinggi. Sedangkan Andri, Farid, Dodi, dan juga Imam tidak. Tas carrier mereka berukuran sedang, tidak sampai menutupi kepala. Mungkin mereka bawaannya memang sedikit. Atau memang mereka pandai memacking barang-barang mereka sehingga menjadi lebih kecil dan hemat ruang. Entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTERI GUNUNG RAUNG: Novel Horror Seri #1
HorrorNovel adapted from true story. Pendakian menuju puncak Sejati Gunung Raung yang penuh misteri. mulai dari sosok porter yang misterius, penampakkan babi jadi-jadian di Camp 4, hingga sosok hitam tinggi besar yang mengintip ke dalam tenda kami di Camp...