5. Merah

88 19 4
                                    


Rajin pangkal ganteng

.

.

"Evelyn jangan sakit lagi ya, kan babang Esa jadi sedih kalo Lyn sakit."
Ucap Esa sambil mengelap motor scoopy hitam nya.

"Woy nyed ayok berangkat, Keburu telat" teriak Juna dari halaman rumahnya.

Mendengar teriakan Juna, Esa langsung berlari masuk kedalam rumah.
"bun Esa berangkat ya, Assalamualaikum." pamit Esa sambil menyodorkan tangan kanannya.

Mira, atau Bunda Esa menatap putra sulungnya aneh. Kemudian mengeluarkan lembar berwarna hijau dari dompetnya

"hehehe bunda peka deh, jadi sayang."
Setelah salim, Esa mengambil helm lebah nya. Kenapa lebah? Karena helm nya garis-garis warna hitam kuning.

Pas Esa keluar Juna udah duduk manis di atas motor Esa.
"hehh main duduk aja lo, evelyn baru sembuh tau."
Semprot Esa. Kemudian duduk di jok depan Juna.

Emang motor sakit apaan dah

•••



"milea cita-cita kamu apa?"
Tanya Esa, menirukan adegan di film dilan.

Fokus Juna beralih dari ponselnya
"Musnahin kamu mas."
Suara Juna di kecilin dengan nada manja.

"Ihh lea kok jahat.."

"Bodo amat, gue lagi belajar sat!"
Juna kembali fokus pada ponselnya,
Nonton Anime, karena katanya nanti ada ulangan matematika.

Hahh gimana gimana?


.
.


"Sa gerbangnya masih di tutup."
Juna melongok kedalam, tangannya memegang pagar
"kok sepi ya?, jam berapa sih Sa?" tanya Juna,
Padahal dia sendiri bawa hp, kan bisa liat di hp bujank..

"udah jam setengah 6."
Aneh, padahal biasanya mereka berangkat jam segini gerbang sekolah udah buka, Udah ada pak satpam sama ob.

Rajin sekali kalian - :)

"ke warung bang Erwin aja dah yok nunggu sekolah buka."
Esa mengangguk mendengar usulan Juna
Mereka kembali menaiki motor Esa.

Jadi warung nya bang erwin itu deket
SMA Binega gaes, sekolah mereka.

"bang erwinn!" teriak Juna sambil membuka pintu warung

"kalian lagi..., enek banget gua liat kalian."
Gimana gak enek, setiap pagi mereka kesini.
Jadi bisa di bilang kejadian ini terjadi setiap hari.

"nanti kita gak dateng, bang Erwin kangen."

Cuihhh

"americano sama coffe latte ya bang." ucap Esa sambil menarik bangku kayu panjang di bawah meja.

Bang Erwin mencibir mendengar ucapan Esa
"halah kopi pait sama kopi susu ae ngomongnya pake bahasa inggris segala."

Tak berselang lama
Empat orang berseragam sama memasuki warung.
Jika Juna dan Esa berseragam rapi, pake sabuk, dasi, bed lengkap.
Lain lagi dengan orang-orang itu.
Seragam yang udah kekuningan itu di keluarkan, gak pakek dasi, sabuk, bajunya pun polosan gak ada bed nya sama sekali.

"Jun minggat sekarang apa gimana?" Ucap Esa pelan

"cuss lah." Juna dan Esa langsung berdiri hendak kembali kesekolah
"bang ngutang ya!" Kata Esa sebelum melangkah keluar. Pria itu menghabiskan kopinya dulu, mubadzir kalo gak di habisin, kata pak ustad.

"hehh cupu, sini aja sih ngerokok sama kita-kita, ehh jangan deh kalian kan anak baik, nanti di marahin mama."
Empat anak itu tertawa keras.

Baik Juna maupun Esa diam, selain gak lucu mereka tidak ingin berurusan jauh dengan bocah-bocah berwajah kusam itu.

"btw Jun, selamat bro" pria paling bongsor itu, David. tersenyum menatap juna.

Esa menyadari ada yang aneh dengan senyum pria itu. Tapi belum sempat Esa berucap, Juna sudah menarik tangan Esa keluar warung.

Juna dan Esa menaiki motor hendak kembali ke sekolah.




Di perjalanan, Esa menepuk pundak Juna
"Jun lo tadi sadar gak? Gigi nya David ada kangkungnya."

Juna tidak langsung menjawab
Tapi pria itu tertawa keras di balik helm nya
"gue tau, makanya gue langsung narik lo. Kalo gue ketawa di sana jadi makin panjang urusannya."
Ucap Juna di selingi tawa.


Esa yang awalnya gak ketawa jadi ikut ketawa denger ketawanya Juna yang 11 12 kaya suara kenalpot.



















"lah ngapain kalian sekolah? Kan tanggal merah" - bapak OB




"LAHH KAMPRET"

"ASU"




"gapapa jun penting dapet uang saku."



•••

See You

Really Best FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang