11. Ampas

81 15 0
                                    

Jangan lupa senyum

•••


"hidup emang kadang gak adil Jun"
Ucap Esa sambil menyesap Es di tangan kanan nya.
Juna mengangguk membenarkan. Es rasa anggur di tangannya sudah habis, jadi dia hanya melamun sambil memandang jalan.

Juna menghela nafas,
"kadang gue bingung, gue kan pinter? Iya, wangi? So pasti, ganteng? Jangan di tanyakan, tapi kenapa kak Miya lebih milih bang Hilman?"

Esa terlihat berfikir, wajahnya mengkerut. Sebenarnya kata2 Juna tadi membuatnya ingin menabok wajah pria songong itu. Tapi kan emang bener,
"lo miskin sih jun."

Juna kembali menghela nafas, lalu melempar bungkus plastik sisa Es ke pinggir jalan.
"bukan miskin, tapi belum kaya"
Ralat Juna setelah memikirkan kata yang tepat untuk menggambarkan dirinya.

"BANG BELIII"
Teriak Esa ketika melihat penjual Jasuke lewat di depan mereka berdua.

"beli berapa dek?"

"beli dua ya bang, keju nya banyakin, yang satu baladonya dikit."

"oke, kalian gak sekolah to? Kok tamba duduk-duduk di pinggir jalan?"

Esa nyengir,
"kata guru saya, sekolah hanya untuk orang yang gak percaya diri bang."

Abang penjual jasuke itu memandang esa bingung. Emang ada ya guru yang bilang kaya gitu?
"masa sih guru lu bilang kaya gitu? Emang siapa guru lu?"

"Dilan bang"

Jawaban Esa membuat abang yang jualan itu ingin mengumpat di tempat

Esa melirik Juna yang sibuk dengan ponselnya. Esa jadi bingung, Juna itu manusia jenis apasih?
Kemarin galau gegara diputusin Oliv, terus cuma di komen kakel SD udah baper. Sekarang tau kakelnya ternyata Doi nya bang Hilman, galau lagi.

"liat Hp lo"
Esa merebut ponsel Juna, lalu melihat apa yang dari tadi Juna lihat.
Ternyata fotonya dia dan Oliv gaiss
Belum mupon ternyata.

Esa memencet tombol back, melihat lihat galeri foto Juna yang isinya 70% foto selfi dengan wajah zoom Juna.
Mana hampir semua foto posenya sama lagi.

"ternyata lo suka moto sampah ya jun"
Ucap Esa sambil menggeser foto-foto selfi Juna

Juna mendecih lalu merebut ponselnya dari tangan Esa,
Ia berganti mencari foto gadis komplek sebelah, yang ia foto diam-diam pas ada rapat ibu2 penganjian.

"galau terus lo nyet, mana lo kayak pensil inul kalo lagi galau, letoy. Makasih bang ini duitnya, kembaliannya ambil aja" ucap Esa sambil menerima dua cup jasuke

"kembalian tai badak? Kurang ini duitnya!"

"dihh gitu aja marah,"
Esa merogoh uang di sakunya Juna, ya masa dia semua yang bayar, Juna kan ikut makan.

Juna melirik tajam Esa yang sembarangan mengambil uang dari saku sragamnya, mana kembalian nya gak di balikin.
Karena lagi males ngomong, Juna lebih memilih memakan Jasuke nya yang masih panas.

"terus ya Jun, lo kalo di bandingin ama bang Hilman..."

Esa memotong ucapannya, kemudian memandang Juna lekat.

"apaan?" tanya Juna bingung sekaligus penasaran



"kayak Kubah masjid ama Ampas goreng, jauhh beda, lo ampas nya btw."



"BANGSAT.. Lagian siapa yang goreng ampas sat, kurang kerjaan baget"

"adaa.. banyakk... Ampas tahu?"


"lahh.. iya ya"




.

.




Esa membuka pintu pelan, memastikan jika ayah dan bundanya belum pulang. Esa menghembuskan nafas lega melihat keadaan rumah sepi, hanya ada Bang Yoyo lesehan sambil nonton televisi di ruang tengah.

Bang Yoyo melihat Esa heran.
"tumben pulang telat?"

Esa melepas sepatu dan kaus kakinya, lalu melempar benda itu asal. Tanpa melepas seragam, Esa membaringkan tubuhnya di samping abangnya.

"bang napa gue gapunya pacar ya?" tanya Esa random.
Bang Yoyo mengernyit bingung
"la emang lo ama Juna udah putus?"

"Amit-amit"

"amit-amit putus?"

Esa melirik abangnya tajam
"amit-amit kalo sampai pacaran ama tu kutil anoa"

Yoyo hanya tertawa, kenapa menggoda adeknya sangat menyenangkan.
"ya lo aja gak cari pacar, mana bisa dapet pacar nyed"

Setelah dipikir-pikir ucapan abangnya ada benarnya. Gimana dia bisa punya pacar, kalo dia nempel terus ama Juna.
Maksutnya, kalo dia ama Juna, ciwi ciwi pasti lebih milih sama tu cowo. Kan Esa jadi suudzon,
Juna pake pelet apa ya?

"hehh ngelamun teross, gak semua tentang pacaran sa, lo tau gak kenapa gue lebih milih gak pacaran?"
Yoyo mencoba bijak, ia ingin menjadi abang yang memberi contoh baik untuk adek nya.

"karena gak laku?"

"sialan!!, kagak lah, ya karena gue gak mau, gila aja gegara gue gak laku. Ngrepotin, apa lagi semua cewe itu ribet."

"ngripitin, simiwi ciwi iti ribit, helehh bilang aja kagak laku"
Esa memutar bola matanya malas, lalu bangun, tubuhnya terasa sangat lengket. Ia butuh mandi sekarang.





"gue buang juga lo daki buaya! Lagian gue juga masih nunggu Alin"




•••



Annyeong gaiss ^^

Tau banget kalian sedih sama beritanya

Tapi tetep semangat ya, terus tersenyum.

Dukung kesebelasan kita, gimanapun kedepannya.

Semangat!!

Really Best FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang