7. Jumat Berkah

76 14 0
                                    

Adegan tidak untuk di tiru - Jia

.

.

.

"yang mana sih?" gumam Juna sambil meneliti setiap sandal di depan Masjid Besar.

Esa menatap Juna gemas,
"ayo jun cepetan elah, nanti ketinggalan acaranya."

Juna berdecak, ya enak Esa kalo ke masjid gapernah pake sandal,
Lah Juna, hari ini kebetulan pake sandal swallow ijo, sandal setiap umat.
Kalo pas Jum'at an setiap sudut, setiap mata memandang pasti ada tu sendal legend.

"nahhh good.." setelah Juna selesai memakai sandalnya ia berlari menyusul Esa yang sudah berjalan duluan.

"wiihhh, kok sandal lo bagus?" Esa menatap sandal yang di pakai juna, sandal warna coklat. 11 12 kaya sandal nya bapak2 pas hari raya.

"sandal lo juga bagus!" gantian Juna yang memuji sandal Esa, hampir mirip kaya sandal Juna cuma warna nya biru dongker.



Kok saling puji sandal

Padahal Juna tadi pake sandal Swallow ijo

Terus Esa ke masjid gapake sandal

Hmmmmm sebuwah konspirasi wahyudi.

Gak sadar aja tuh Esa sama Juna di ikuti dedemit.
"tapi bagusan punya gue lah" Yoyo menunduk melihat sepatu barunya.



Pas di rumah Juna

"wihhhh bang yoyo mah pro kalo masalah berburu." Juna dan Esa menatap takjub hasil buruan Yoyo.

"yaya dong, makanya kalo jumatan itu do'a yang bener." Yoyo sudah besar kepala aja tuh, sambil benerin krah baju koko-nya

"ajari kami sensei.."





"WONG EDAN" - Jia

.

.

.

"Bang Yoyo..." Esa berlari dari kamarnya menuju kamar kakak nya itu.

Yoyo menatap Esa sebentar lalu kembali meng scroll beranda ig nya.

"bang tupperware nya bunda yang oren ilang."
Esa berucap heboh, seolah sekarang hari terkhirnya hidup.

"wahh, apa gue pesenin batu nisan duluan Sa" Yoyo menatap Esa dalam

"Bangg..." mata Esa sudah berkaca-kaca.

Yoyo hanya tertawa sambil mengedikan bahu.
Merasa Yoyo tidak membantunya samsek, Esa langsung kembali ke kamarnya.

"hehh kemana?" Yoyo menatap Esa yang sudah membawa koper.

"mau menyelamatkan diri bang, jangan bilang bunda ya"
Yoyo tertawa keras mengiringi kepergian adik tercinta.

"Assalamualaikum." Teriak Esa di depan pintu rumah Juna, tanpa menunggu jawaban Esa langsung nyelonong masuk ke dalam.
Sambil menenteng koper nya, Esa menaiki tangga menuju kamar Juna.

"halo friend." Esa nyengir menatap Juna yang juga sedang menatapnya

"lo mecahin vas lagi?" tanya juna
Esa menggeleng

"matahin lipstik?"
Esa kembali menggeleng

"stttt ceritanya panjang bujank, dah lah gue cape bawa koper, mau tidur."

Juna memandang Esa datar, pria itu sudah berbaring di atas kasur miliknya.

"Jun nanti lo tidur di sofa aja ya."

"Gundul mu!"


.

.

.

Pak Jaka menatap Esa dan Juna bergantian
"kenapa lagi sa?" tanya Pak Jaka

Esa hanya cengengesan sambil ngambil sop ayam buatan Jia.
Jia sama bang Iwan mah bodo amat, orang Esa aja hampir setiap minggu nginep.

Setelah kegiatan makan malam Juna dan Esa kembali ke kamar Juna.







"njirrr wkwkwk, lo harus baca yang ini." Juna tertawa keras sambil menunjukkan buku komik yang ia bawa.
"kan gantian nyed!"

Mereka lagi goleran di karepet sambil baca komik Crayon Sinchan

Ceklek


"sa kok gelapn"

"apa jun?"

"kayaknya lampu mati deh."

"hahh apaan jun?"

"Sa...?"

"apa jun?, gak kedengeran, gelap di sini."




Krik krik...


Baru tau kalo gelap bisa bikin orang budek



"ampuni dosa teman hamba."



.

.

.

Pojok penulis

Apaan..

Udah gak ada yang mau aing omongin sih

Dah lah

Really Best FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang