Satu

56 6 1
                                    

Hari ini adalah hari dimana Princess masuk ke sekolah barunya. Princess gugup, takut dan bingung. Keringat dingin sudah mulai bercucuran, ia terus meremas-remas tangannya yang dingin untuk mengalihkan semua kegelisahannya.

Bahkan Princess tidak menyadari bahwa ia sudah sampai di depan gerbang sekolahnya. Galang bingung dan segera membuyarkan lamunan Princess. Wajahnya terlihat pucat pasi membuat Galang panik dengan kondisinya. Galang menggenggam tangan Princess untuk menenangkannya.

"Kamu gak papa?" tanya Galang pelan.

Princess menghembuskan napas pelan kemudian menggeleng.

"Kalo ada apa-apa telfon aku, ya. Kampusku tidak jauh dari sini kok, cuma beberapa meter saja." ujar Galang sambil mengelus rambut panjang Princess.

Princess mengangguk dan membuka pintu mobil karena jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Ia berdiri melihat siswa berlalu lalang masuk ke dalam saat bel sudah terdengar di indera pendengaran. Princess memegang tali tas ranselnya sebelum ia memberanikan diri untuk melangkah masuk melewati gerbang yang bertuliskan SMA Galesha.

Semua yang terlihat di sekitarnya berbeda sekali dengan sekolah lamanya di Bandung. Gedung tiga lantai dan fasilitas-fasilitas lengkap dengan lapangan utama yang luasnya lebih dari lapangan-lapangan yang lainnya. Tempat parkirnya pun dikhususkan, sehingga semua kendaraan siswa tampak terlihat rapi. Jika di sekolahnya dulu, semua kendaraan yang dipakai siswa terparkir berantakan dan terpisah-pisah mencari tempat teduh atau pohon untuk melindungi kendaraannya dari sinar matahari.

Namun, terkadang kemewahan sekolah tidak digunakan sebaik-baiknya oleh para murid yang hanya memanfaatkan nama sekolah demi ketenaran mereka untuk lebih famous dan mulai pilih-pilih saat berteman. Yang tidak sederajat dengan mereka hanya akan menjadi babu atau objek bullyan saja. Kejam memang.

"CUPU LO BANGSAT!"

Bukan hanya itu, siswa nakal di SMA Galesha lebih banyak dibanding sekolahnya dulu. Contohnya seperti apa yang Princess lihat sekarang. Langkahnya terhenti saat ia mendengar umpatan kasar dari dalam sebuah ruangan.

Princess melihat empat orang siswa. Namun, salah satu dari mereka tampak berantakan dan terus merunduk, sisanya hanya asik tertawa. Entah menertawakan apa Princess tidak tahu. Ia terus melihat apa yang terjadi, sebelum akhirnya tatapannya jatuh pada orang yang mungkin ketua dari mereka yang juga sedang menatapnya. Tidak lama kemudian, siswa berkacamata itu diseret keluar oleh dua siswa yang seperti berandal.

Princess tidak mau memperdulikan itu. Ia hendak melanjutkan langkahnya yang tertunda. Namun, seseorang menarik tangannya dan menyeretnya masuk ke dalam ruangan yang tadi. Ia berusaha melepaskan cekalan di tangannya yang akhirnya terlepas.

Princess melihat seseorang di hadapannya sambil memegangi pergelangan tangannya yang terasa sakit.

"Lo ... Liat semuanya?" tanya cowok itu berkacak pinggang.

Princess tidak menjawab.

"JAWAB!"

Princess tersentak saat cowok itu membentaknya.

"Bisu, lo?" lanjutnya sambil berdecih.

"Kalo gue liat kenapa?" Princess memberanikan diri menatap mata cowok dihadapannya.

"Oh. Nantang gue, lo!"

Diem salah, di jawab malah dikira nantang. Waras gak sih ini orang.

"Lo tau siapa gue gak? Kalo gak, biar gue kenalin. Pangeran Elden Anggara. Pangerannya SMA Galesha. Orang paling tampan di sini." jelasnya sambil merapikan rambutnya agar terlihat keren.

PRINCESS DON'T CRY! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang