Dua

43 5 0
                                    

Aku berusaha menerobos kerumunan orang-orang yang berada di kantin. Mereka menatapku seperti sebuah pertunjukan yang sangat menghibur. Aku berlari sambil menahan cairan di pelupuk mataku agar tidak jatuh. Tiga kata selalu terngiang di kepalaku.

"AKU BENCI PANGERAN!"

Aku tidak tahu mau kemana. Kakiku terus melangkah cepat tanpa memperhatikan sekitar hingga aku menabrak seseorang dan terjatuh.

"Princess lo gak papa?" tanya Raja berusaha membantu aku berdiri namun dengan cepat aku menepisnya.

"Gak! Jangan panggil gue Princess. Kalian bukan siapa-siapa gue. Gue mohon." Aku menangis sambil menutupi kedua telingaku.

Raja tertegun dan mulai mengerti apa yang terjadi padaku.

"Melodi ini gue, Raja." ucapnya lembut sambil merapikan rambut yang menutupi wajahku.

"Raja?" Aku menatap orang di depanku memastikan.

Raja mengangguk. "Ikut gue."

Raja meraih tanganku dan membawaku menaiki satu persatu anak tangga. Aku tidak bertanya kemana dia akan membawaku, aku hanya diam mengikutinya. Dia terus memegang pergelangan tanganku. Entah sudah berapa banyak anak tangga yang sudah dilewati, aku sudah merasa lelah untuk melangkah tapi Raja terus membawaku ke atas.

Aku menarik tanganku dari genggaman Raja dan berhenti. Raja menoleh ke arahku dengan mengangkat satu alisnya.

"Gue capek!" ucapku sarkas.

"Nanggung, bentar lagi sampe. Istirahatnya di atas aja." ucapnya santai. "Apa mau gue gendong?"

Aku menghela napas panjang dan bersiap untuk melangkah lagi. Raja tersenyum sambil mengacak rambutku.

"Ayo." Raja meraih tanganku lagi.

Aku mengerutkan kening saat Raja mengeluarkan sebuah kunci dari saku celananya. Dia membuka gembok yang terpasang di sebuah pintu di depanku. Setelah pintu itu terbuka, aku merasakan sejuknya hembusan angin yang menerpa wajahku. Aku baru menyadari Raja membawaku ke rooftop sekolah.

Sebuah bangku panjang di sebelah kanan mengalihkan perhatianku. Aku menuju ke sana dan duduk meluruskan otot kakiku yang kencang. Padahal cuaca hari ini agak mendung, tapi seragamku sudah basah oleh keringat. Aku mengambil ikat rambut yang selalu aku bawa dan mengikat rambutku. Setelah terikat, Raja dengan santainya melepasnya lagi. Aku menatapnya kesal.

"Gak usah diikat, disini banyak angin. Bentar lagi juga paling udah gak gerah lagi." ucapnya sedikit gugup.

"Capek banget?" tanya Raja.

Aku menurunkan kakiku agar Raja bisa duduk di sampingku.

"Lo sendiri?" tanyaku heran karena raut wajanya tidak menampilkan rasa lelah.

"Enggak."

Aku menatapnya tidak percaya.

"Gue hampir setiap hari kesini, jadi udah terbiasa." jelasnya. "Tatapan lo meragukan gue banget. Makanya sering-sering olahraga!"

"Ngapain lo bawa gue kesini?" Aku mengalihkan pembicaraan.

"Gue yakin lo butuh tempat sepi. Just my feeling aja sih."

Tidak lama kemudian, suara bel menandakan waktu istirahat telah habis sudah berbunyi. Aku merapikan seragam dan penampilanku hendak turun. Namun, Raja menghentikanku dan membuatku terduduk kembali di bangku itu.

"Lo disini aja biar nanti gue yang kasih ijin ke ketua kelas lo." ucapnya sambil memberikan kunci lalu pergi.

Aku bernapas lega saat Raja meninggalkanku sendirian. Aku bisa meluapkan semua yang sejak tadi mengganjal di hatiku. Aku bisa berteriak sekeras mungkin sekarang. Terima kasih Raja, kamu membawaku ke tempat yang tepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRINCESS DON'T CRY! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang