❄Empat❄

108 10 0
                                    

"Selamat pagi, pak!"

"Hai, Angle!"

"Hey, Di! Ikat tali sepatumu dengan benar kalau tak ingin tersandung!"

"Selamat pagi, adik kelas...."

"Bu Chintya, sudah sarapan?"

"Selamat pagi, seluruh penghuni 11-C tercinta!"

"Selamat hari Kamis, Kayra!"

Yang terakhir bukan suara yang sama, lebih tepatnya bukan suara Kayra yang sejak masuk ke gedung sekolah selalu teriak-teriak menyapa siapapun yang di jumpainya.

Mendengar kata 'Kamis', senyuman lebar dari bibir gadis cantik berambut hitam pekat itu kini semakin mengembang, membuat Gladys ngeri membayangkan mulut Kayra yang bisa saja robek dan juga gadis berponi itu menyesal telah mengingatkan Kayra bahwa hari ini adalah hari Kamis.

"Hey! Mulutmu bisa sobek jika kamu tersenyum terlalu lebar seperti itu!" Gladys mengibas-ngibas tangannya ke depan wajah Kayra.

"Aku penasaran dengan wajah tampan yang kamu ceritakan waktu itu."

"Jangan pikirkan itu dulu! Pikirkan dulu siapa yang menaruh ini ke bawah laci mejamu!" Gladys menyodorkan kotak persegi berwarna biru muda kepada Kayra.

"Lagi?" Kayra mendengus. Ini bukan pertama kalinya ada kotak kado di bawah laci mejanya, tapi ini sudah yang ke sekian kalinya.

"Sepertinya pengagum rahasiamu mulai tak sabar. Dulu sebulan sekali, lalu dua minggu sekali, lalu seminggu sekali, dan sekarang tiga hari sekali." Gladys menggeleng-gelengkan kepalanya, menatap benda kotak yang saat ini sudah ada di tangan Kayra.

"Sudah ada 6 di kamarku saat ini dan belum aku buka. Mungkin juga sebuah cokelat, atau gelang, atau kalung, atau surat, atau pita rambut, atau... Ah, aku mulai bosan. Kenapa dia tak mengakui saja siapa dirinya? Ini membuatku takut. Seperti di teror." Kayra menghela nafasnya kasar.

"Kamu benar. Untung saja asrama kita di jaga ketat. Mungkin kalau tidak, pengagum rahasiamu juga akan menerormu sampai ke asrama." Gladys menaikkan bahunya sambil bergidik.

Fyi, seluruh siswa Crystal School memang di wajibkan untuk tinggal di asrama yang terletak di kanan dan kiri sekolah. Karena memang mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda. Sebelah kanan asrama laki-laki, sebelah kiri asrama perwmpuan. Walaupun tempat itu lebih layak di katakan sebuah apartemen, karena setiap kamar memiliki satu kamar mandi, ruang tv, sebuah dapur dan dua buah kamar yang masing-masing di isi oleh satu orang.

"Kayra, ada yang mencarimu. Tuh, dia di luar."

Mendengar perkataan teman sekelasnya, Kayra memandang Gladys lalu mengedikkan bahunya. Tak tau siapa yang mencarinya pagi-pagi begini.

"Udah, sana!" Gladys menolak bahu Kayra pelan agar gadis itu cepat keluar kelas dan menemui sang pencari.

°°°°°

"Apa kamu yang mencariku, kak?" Senyuman telah terukir kembali pada wajah Kayra.

"Iya." Jawab pria di depan Kayra. Joandra. Seorang kapten tim basket yang banyak di minati para gadis Crystal School.

"Ada apa?" Tanya Kayra lagi. Mereka berdua kini menjadi pusat perhatian. Joandra hampir setiap hari mendekati gadis itu, mencoba mendapatkan hati sang gadis, namun sang gadis tak pernah peka terhadap dirinya.

"Ini, aku cuma ingin memberimu ini," Joandra memberi sekotak susu coklat kepada Kayra.

"Wah! Terimakasih, kak! Kamu memang yang terbaik!" Sambil mengacungkang jempol kirinya, Kayra mengambil susu itu dengan tangan kanannya.

A Secret Academy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang