❄Lima❄

95 10 0
                                    

Pemuda bersurai hitam-silver tengah berdiri beberapa langkah dari pintu kaca yang terbuka otomatis jika ada yang melewatinya. Manik gold milik El menatap ke delapan teman sekelasnya tak mengerti.

Kenapa sikap mereka begitu dingin dengan ketiga siswi itu? Pikirnya.

Baru saja ia ingin mendekat, manik gold-nya menangkap seorang gadis bersurai hitam pekat sepunggung yang mendekati teman-temannya. El terus memperhatikan. Untungnya, tak ada yang memperhatikan dirinya yang masih berdiri saat ini. Orang-orang kini tengah fokus menatap ke arah teman-temannya.

Tiga orang siswi yang tadinya lebih dulu mendekati teman-temannya, kini sudah pergi. El masih mengerutkan alisnya bingung dengan sikap aneh teman-temannya. Sampai El mendengar ucapan yang keluar dari mulut Niken, "jangan mengusik kami!". Suara Niken seolah menggema di cafetaria yang saat ini mendadak senyap.

Lalu El melihat Leon membisikkan sesuatu kepada seorang gadis yang masih duduk bersama mereka. Setelah itu Leon berdiri, meninggalkan gadis berambut hitam pekat itu diikuti teman-teman lainnya.

°°°°°

Perut El mendadak kenyang. Nafsu makannya hilang. Setelah Leon berdiri dari duduknya saat di cafetaria tadi, El cepat-cepat melangkahkan kakinya menuju ke kelas. Ia benar-benar tak mengerti, kenapa teman-temannya bersikap seperti itu.

Leon beserta teman lainnya masuk ke dalam kelas. El menatap pemuda bermanik dongker itu lekat-lekat, membuat yang di tatap merasa tak nyaman.

"Kenapa?" Tanya Leon setelah duduk di bangkunya--yang ada di depan El.

El menggeleng.

"Serius?" Tanya Leon lagi.

El mengangguk sekali.

"Kamu aneh." Leon menggelengkan kepalanya lalu memutar badannya menghadap depan.

"Kalian yang aneh," ucap El akhirnya, membuat Leon kembali menatap manik gold pria itu.

"Apa maksudmu?" Leon mengerutkan alisnya.

"Bukan apa-apa. Jangan baca pikiranku!" Sambil melebarkan matanya, El memperingati.

Leon tertawa melihat itu. "Iya, iya. Tenang saja. Oh iya, tadi ada cewek aneh di cafetaria."

El masih menatap manik dongker itu. Bukankah mereka yang aneh? Pikirnya.

"Apanya yang aneh?" tanya El akhirnya.

"Ada cewek sok akrab."

"Apanya yang aneh dengan itu?"

"Aku mencoba membaca pikirannya. Tapi aku tak bisa."

El mengerutkan alisnya tak mengerti.

"Maksudku, aku tak bisa membaca pikiran cewek itu."

°°°°°

Raut muka yang selalu riang itu kini berubah menekuk.

"Mereka membuatku kesal!" Gadis berambut hitam pekat berjalan di koridor tanpa memperdulikan orang-orang yang melihatnya.

Hanya satu yang ada di pikiran orang-orang yang melihat raut wajah gadis itu. "Anak kecil sedang merajuk. Jangan di ganggu."

Kayra sampai ke tempat duduknya. Gladys yang sejak tak mengikutinya sedang mengatur nafasnya karena mengejar langkah Kayra yang terlalu cepat.

"Sudahlah, Kayra." Pujuk Gladys.

"Apa ada orang semacam mereka?"

"Apa mereka manusia?"

"Hah! Lihatlah rambut mereka yang warna-warni. Sok keren."

A Secret Academy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang