Masih jam pelajaran pertama mata Kayra sudah mengantuk. Ini akibat dia tak bisa tidur memikirkan wajah tampan pemuda beriris emas yang berkenalan dengannya kemarin.
Baru saja ia hendak merebahkan kepalanya ke atas meja, gadis beriris hitam pekat itu di kejutkan dengan suara guntur yang bergemuruh.
"Suara apa itu?" Tanya Gladys.
Kayra melihat ke luar jendela. Cerah. Tak mungkin ada petir di hari secerah ini. Petir tunggal, kah?
"Entahlah." Jawab Kayra akhirnya.
"Kantung matamu menghitam. Kamu gak tidur tadi malam?" Gladys memperhatikan wajah Kayra.
"Hm," jawab Kayra mengangguk.
"Bermimpi buruk lagi?"
"Bukan." Tiba-tiba sudut bibir Kayra tertarik dengan sendirinya.
Gladys menghela napasnya. Temannya sudah mulai menunjukkan tanda-tanda ketidakwarasan. Sebenarnya tadi malam ia mendengar suara Kayra yang berbicara sendiri. Tapi saking ngantuknya ia tak memperdulikan Kayra yang tidur di kamar sebelah kamarnya itu. Satu yang ia ingat. Kayra terus menyebut nama 'El'.
Gladys sudah tau kalau El adalah siswa ASA Class yang berkenalan dengan Kayra kemarin. Kayra yang menceritakannya.
Mungkin Kayra benar-benar jatuh cinta. Pikirnya.
"Kamu benar-benar jatuh cinta dengan adik kelas itu?" Gladys menopang dagunya.
"Apa salahnya? Dia terlihat lebih dewasa daripada aku."
"Kukira kamu gak sadar kalau kamu itu kekanakan."
Kayra menaikkan bibirnya. Pembicaraan merekapun terhenti saat seorang guru masuk ke dalam kelas.
°°°°°
"Kay, ikut aku, ya!"
Kayra menghela nafasnya melihat Gladys. Perutnya padahal tengah meronta minta di isi saat ini.
"Kemana?" Tanya Kayra.
"Ikut aja! Kamu pasti juga ingin ke sana."
"Tapi perutku lapar banget," Kayra mengelus-elus perutnya dengan tampang memelas.
"Kita ke klub elektro. Katanya tadi pagi mereka meluncurkan drone-"
"Ayo!" Layaknya seorang pengembala, Kayra menarik tangan Gladys seperti seekor domba. Padahal yang mengajak ke klub elektro itu adalah Gladys, tapi sepertinya sekarang Kayra yang sangat bersemangat.
Sesampainya di ruang klub elektro yang penuh dengan kabel-kabel dan barang elektronik, Kayra beserta Gladys merasakan ada sesuatu yang buruk terjadi. Terlihat dari wajah empat orang yang ada di sana yang tampak muram.
"Ada apa, Gion?" Tanya Gladys kepada Gion. Ketua klub elektro.
"Pupus sudah harapan kita untuk menyusup ke ASA Class." Gion mendengus.
"Bukan hanya itu. Kami juga rugi sebuah drone." Sahut Rizal.
"Ya. Drone-nya jatuh ke sana dan kami tak bisa mengambilnya kembali." Sambil mengacak rambutnya, Joe menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Aneh. Padahal sebelumnya drone itu baik-baik saja."
Gladys mendekati Derry yang baru saja bicara, diikuti oleh Kayra. "Lalu, apa yang terjadi?" Tanyanya.
"Baru saja drone kami melewati tembok tinggi yang ada di halaman belakang, tiba-tiba drone itu terjatuh ke seberang sana. Kami mencoba membuka pintu besi itu untuk mengambil drone kami kembali, tetapi tak bisa."