DELAPAN

14.3K 1.6K 167
                                    

Mara, Edna, dan Alwin akan banyak muncul di cerita ini pada bab-bab yang akan datang. Itu artinya, kamu harus banget baca cerita mereka, dalam buku The Game of Love dari penerbit Elex Media. Karena cerita mereka bertiga yang manis dan romantis ada di sana. Tersedia di seluruh toko buku atau kamu bisa baca melalui aplikasi ipusnas, Gramedia.com, atau Google Play.

***

Klien terakhir Alesha hari ini adalah seorang remaja berusia enam belas tahun, selebgram yang sudah merambah dunia pertelevisian, dan mengidap eating disorder. Ada kekosongan dalam hidup gadis muda tersebut dan dia mengisinya dengan makan. Namun setelah makan, dia didera perasaan bersalah, takut mengecewakan orang-orang yang selama ini mengagumi kecantikan dan bentuk badannya. Berat badannya tidak boleh naik. Satu kilo pun tidak boleh. Karena tuntutan profesinya itu, tanpa bisa dikendalikan, tubuhnya memuntahkan kembali semua makanan yang telah ditelan.

Ketika tadi Alesha memintanya mendaftar nama-nama orang yang dia sayangi, gadis muda itu tidak menuliskan namanya. Orangtua ada pada urutan teratas. Lalu adiknya, sahabatnya, dan bahkan penggemarnya ada di sana. Memprihatinkan sekali, gadis itu tidak terpikir untuk menyayangi dirinya sendiri. Memprioritaskan kepentingannya sendiri lebih dulu.

Betapa mudah orang mengungkapkan sayang dan cinta kepada orang lain, meski kadang tidak dengan langsung mengatakan. Tersenyum, memeluk, memberi hadiah, dan banyak lagi cara digunakan untuk menyampaikan. Ada kecenderungan dalam diri setiap manusia untuk melakukan segalanya, yang terbaik yang mereka bisa, untuk membahagiakan orang yang mereka cintai. Pertanyaan besarnya adalah, kenapa manusia tidak ingat untuk mencintai diri sendiri lebih dulu? Kenapa kita tidak melakukan segala cara untuk membuat diri sendiri bahagia? Kenapa tidak menjadikan kesehatan mental kita sebagai prioritas utama?

Bukankah diri kita adalah orang yang paling layak dicintai dan dibahagiakan, oleh kita sendiri? Sebab siapa lagi yang akan membahagiakan kita? No one else can make us happy. Our family, our friends, and other people only want us to be happy. Mereka ingin kita bahagia. Tetapi apa mereka tahu apa yang sebenarnya membuat kita bahagia? Tidak. Karena mereka hanya berasumsi. Menebak-nebak. Jika sesuatu atau melakukan sesuatu membuat mereka bahagia, mereka pikir itu juga akan membuat kita bahagia. Padahal tidak selamanya seperti itu.

Alesha mengetik beberapa catatan dan menyimpan file tersebut pada folder berjudul nama klien. Seandainya Alesha bisa membuat semua manusia mengerti bahwa, jika ada seseorang yang harus dihujani perhatian dan kasih sayang, maka yang paling berhak adalah dirinya sendiri, dunia ini pasti akan menjadi lebih baik. Jauh lebih baik.

Pintu ruangan Alesha diketuk tiga kali. Tidak ada asisten yang mengantarkan klien. Karena memang klien Alesha sudah habis hari ini. Tanpa melepas lab coat, Alesha membuka pintu.

"Hai, El." Alesha tidak sadar hari ini hari Selasa. Jadwal Elmar mengantar Kaisla terapi. "Kalau yang ini Tante tahu siapa. Genius kecil." Sambil tersenyum lebar, Alesha berjongkok di depan Kaisla. Seperti biasa, boneka Kaisla ada di pelukannya. "Halo, Kaisla. Selamat sore, Bella."

Kaisla melingkarkan lengannya di leher Alesha, kemudian mencium kedua pipi Alesha. Seperti yang biasa dia lakukan setiap kali bertemu Alesha. Tiga bulan terakhir—karena Alesha sibuk sekali—pertemuan mereka hanya terjadi setiap hari Selasa, setelah Kaisla bertemu dengan Dokter Laura.

Alesha menggandeng Kaisla masuk ke ruangannya dan membiarkan Elmar menutup pintu.

"Pink, huh?" Elmar duduk di kursi di depan meja Alesha dan mengomentari lab coat yang dipakai Alesha hari ini. "Dokter-dokter yang lain memilih warna putih."

"Ini kan warna peach, favoritku. Nggak ingat?" Alesha duduk memangku Kaisla. "Kamu tahu, Sebelum pertengahan abad sembilan belas, hanya peneliti di laboratorium memakai lab coat seperti ini. Warnanya merah muda atau kuning."

A Wedding Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang