Malam ini Kinan pergi menuju alun-alun kota untuk membeli nasi goreng favoritnya. Dijalan Kinan menemukan banyak sekali manusia-manusia yang bergandengan, bercengkrama dipinggir jalanan. Apa ini efek hari minggu? jadi alun-alun kota penuh dengan orang-orang yang sedang berpacaran.
Dan sialnya nasi goreng yang ia idam-idamkan sudah habis. Untung saja Kinan membawa uang lebih jadi ia memilih makan bebek goreng didekat masjid yang bersebrangan dengan alun-alun kota.
Saat pesanan sudah datang, pundaknya ditepuk seseorang. Kinan menoleh kebelakang disambut senyuman oleh sang Juang. "Mau makan bareng?" tawarnya, Kinan hanya mengangguk kan kepala. Dan malam minggu kali ini, ia tak jadi sendiri.
"Malem-malem jangan keluar sendiri."
"Emang kenapa? suka-suka dong"
"Yaudah"
Haha, Juang. Kenapa malah dijawab 'yaudah' kasih alasan kenapa kek. Kinan sudah berharap dikhawatirkan eh nyatanya malah Juang acuhkan. Emang berharap sesuatu darimu hanya menambah kekecewaan
Sudah sejam lebih mereka berada ditempat ini. Makanan merekapun juga sudah habis. Dan sejam itu pula mereka hanya diam saja, tak ada satupun dari dua insan ini yang memecahkan keheningan. seolah-olah mereka menunggu salah satu dari mereka yang bersuara lebih dulu
"Kamu mau kuliah dimana? kok aku gatau"
"Aku? gak dulu. mau berkelana"
"Berkelana kemana lagi?"
"Kemana pun yang aku mampu"
Kenapa Juang sangat betah jauh darinya, Kinan saja tidak mampu jauh jauh dari Juang. Dasar bucin kamu, Kin!
tapi faktanya seperti itu. Dalam lubuk hatinya ia tak ingin Juang pergi meninggalkan, apa ia akan kembali lagi pada pelukannya? atau ia lebih memilih menghilang selamanya? atau alasan 'berkelana' ini hanya dijadikannya alasan untuk menjauh darinya?Kinan tak tahu jawaban dari semua pertanyaan yang memenuhi otaknya. Semua itu hanya Tuhan yang tahu. Jika Juang sebenar-benarnya takdirnya sejauh apapun langkahnya membawa lari ia pasti akan kembali
"Kalau gak suka nunggu, . ."
"Menyerah?"
"Jika itu maumu, kenapa tidak?"
"Sepertinya kamu ingin aku menyerah ya, Juang?"
"Jika dihadapanku kamu tiada arti, aku sudah memaksamu menyerah dijauh hari."
Juang membelai paras Kinara. Seseorang yang akan ditinggalkan nya, ia tak tahu ini pilihan yang benar atau salah. Tapi yang pasti, ia ingin pergi menjelajahi negri ini. Ia akan kembali, jika Kinan memang tempatnya untuk berpulang, ia pasti akan datang
Mereka pergi menyusuri jalanan yang penuh keramaian, tangan mereka saling menggenggam. Debaran jantung mulai tak senormal awalnya. Malam yang indah dengan seseorang yang mampu mengubah segala rencananya
"Kalau sudah pergi dariku. Ingat tempatmu pulang, karena disana aku berada"
"Masih lama, Kin."
"Itu gak lama buat aku, Juang."
"Lagipula aku cuma sebentar,"
"Sebentar bagiku dan sebentar bagimu itu beda tipis!"
Kinan melepas genggaman Juang secara paksa. Entah mengapa hatinya terasa terluka. Juang akan lama pergi meninggalkannya, perasaannya mengatakan hal itu.
Juang tersenyum ia merangkul pundak Kinan, "Kalau suatu saat kamu rindu tatap saja langit yang biru, karena disana aku titipkan rinduku padanya. Dan sayang sekali sekarang langit sudah gelap, ayo pulang"
"Gak mau,"
"Besok mau jalan?"
"Mau."
Entah sampai kapan kau terus ingin pergi dari hadapanku disaat aku benar-benar mencintaimu. Sampai kapan kau terus menerus membuatku menaruh harap padamu, Juang? sampai kapan aku mampu bertahan, dan sampai kapan kau tak memberiku sebuah kepastian. Jangan menghilang lagi dari hadapanku, tolong jangan.
──────────────────────
tbc.
maaf baru up wkwk
sedang malas untuk berfikir

KAMU SEDANG MEMBACA
certainty
Teen FictionTentang Kinara yang menunggu kepastian seorang Juangga. Seseorang yang mampu mengubah cara pandangnya tentang kehidupan, tentang cinta dimasa depan. Apa Juang akan terus mengantung hati Kinan?