Mark 3 : Fictional Lover

1.8K 159 24
                                    

"TAAAY! Mana lu?!" Seorang pemuda jangkung berkulit putih datang menerobos pintu masuk ruangan klub Fotografi dengan brutal. Pintu kayu mahoni cokelat itu terbuka dengan lebar.

"Apaan sih lu, Peng!?" Seru tak kalah keras dari pemuda yang dipanggil Tay itu. Ia sedang yang sedang duduk seraya memperhatikan beberapa lembar foto yang ada di atas meja. Memilah foto mana yang akan ia pilih untuk pameran hari sabtu depan.

"Teng-dateng rusuh lu. Heran." Sambungnya sensi karena kegiatan yang sedang ia lakukan terganggu dengan suara keras yang ditimbulkan lawan bicaranya. Heem. Tema pameran besok adalah Secret Love. Kira-kira yang mana ya yang bakal ia pilih. Terlihat membingungkan.

"Lu jangan pura-pura deh!" Pemuda jangkung berkulit putih itu berkata sinis. Jumpol Adulkittiporn, atau sering dipanggil Off, ia merupakan seorang ketua klub Teater dan juga merupakan sohib Tay semenjak Taman Kanak-kanak. Mereka harus berpisah sekolah menengah atas dikarenakan keluarga Off harus pindah kerja ke Jepang. Dan akhirnya mereka bisa bertemu kembali saat sudah kuliah di Universitas yang sama. Off mengambil jurusan Bisnis Menajemen.

"Kenapa proposal pengajuan gue, lu tolak sih!" Seru Off kesal karena berkas yang ia sudah bikin capek-capek sampai harus begadang gitu malah cuma dicorat-coret dengan gambar gunung, matahari dan sawah. "Mana pake lu coret-coret gak jelas lagi dih!" Semburan kasar keluar. Dia tahu Tay itu menyebalkan, tapi ya gak usah sampe gambar hal tidak jelas juga di hasil karya dia itu. Nyebelin emang.

Tay menghela nafas. Dia mengangkat beberapa lembar foto yang menurut dia sesuai dengan tema pameran besok. "Lu tuh ya, Peng." Ucapnya pelan. "Walau pun gue ketua BEM tahun ini. Bukan berarti lu bisa seenaknya ngajuin proposal permohonan dana dadakan kayak gitu."

"Bagaimana pun Universitas kita punya prosedur tersendiri perihal permohonan dana seperti itu." Sambungnya sambil merapihkan kembali beberapa lembar foto yang tidak jadi ia pilih. "Minimal lu kirim proposal pengajuan permohonan dana itu H-1 bulan atau paling mendesak ya H-3 minggu sebelum tanggal pasti acara itu."

Off mendengus mendengar ceramahan Tay. Menurut dia, Tay sedang berceramah saat ini. Off hanya mengangkat kakinya angkuh. Meletakannya di atas meja dengan tidak adanya sopan santun.

"Peng! Kaki lu yak!" Seru Tay menggeplak kaki Off dengan penggaris yang kebetulan berada dekat dengannya tadi.

"Ini bukan ruangan teater. Jadi jangan seenaknya ya!" Kesal lihat gaya sohibnya yang kurang sopan santun di ruangan bukan miliknya. Kalau ini ruangan teater ya terserah dia mau guling-guling juga gak masalah.

Wajah Off hanya mencibir Tay yang sedang mengambil figura hitam di laci buffet kayu dekat dinding. Punya temen kok nyebelin.

"Off lu tuh kalau ngerusuh ya lihat situasi dong." Seorang pemuda berkulit putih dan berwajah tampan duduk dengan anggun di hadapan Off. Tepat di sofa yang tadi Tay gunakan.

Weerayut Chansook, atau bisa dipanggil Arm, pemuda yang merupakan salah satu dari sohib Tay juga. Dia adalah salah satu dari anggota klub Fotografi sama dengan Tay. Ia kenal Tay sudah semenjak semester satu. Ia mengambil jurusan Psikologi dan sudah tingkat tiga. Pemuda berwajah kalem itu mengulurkan sebuah amplop cokelat ke arah Off.

"Nih pesenan lu, Off." Ujar Arm pelan. "Gue udah cetak dengan kualitas terbaik tuh." Ia tersenyum bangga atas hasil terbaik yang ia berikan untuk sohibnya itu.

Off mengambil amplop cokelat itu cepat. "Thanks ya, Arm." Dia membuka sedikit amplop itu dan menarik beberapa lembar foto berukuran 4R dari dalamnya.

"Wow keren sih ini!" Puji Off pada hasil cetakan lembar foto yang tajam dan warna yang bagus.

"Thank you. Seneng gue kalau lu puas, Off." Arm tersenyum bangga seraya menyeruput kopi yang ia bawa tadi.

LOVE MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang