Mark 4 : Fanatic Fans

2K 158 31
                                    

"Jadi angkatan kita nih yang tahun ini harus jadi panitia acara HIMTI?"

Tanya seorang pemuda berkulit agak gelap. Iya membaca kembali surat yang ada di tangannya dengan seksama. Memastikan ulang apakah benar yang ia baca tadi.

"Ugh harus banget dari kelasan kita gituuuuu!"

Keluh seorang pemuda putih berwajah sendu. Wajahnya yang tampan menekuk tidak suka dengan isi pemberitahuan dari surat itu. Bibirnya maju membentuk tiruan bibir bebek.

"Gua males ah jadi perwakilan kelas kita! New aja dah!"

Dengan seenaknya dia menyuruh teman yang berada disebelahnya itu untuk menggantikan posisi miliknya.

"Harus banget gue heh. Skip aja skip."

Balas New yang sedang asik memainkan Mobile Game kesukaannya. Manik cokelat indah itu masih setia di layar ponsel sentuh berwarna hitam metalik. Harus fokus dia kalau mau menang.

"Gak bisa."

Singto atau Prachaya Ruangroj, pemuda yang dari tadi dengan cermat membaca surat pemberitahuan itu mulai mengangkat bicara.

"Minimal ada tiga orang perwakilan dari setiap kelas dalam satu angkatan."

Singto mengulurkan lembaran itu kepada pemuda yang tengah menaruh kepalanya di pinggiran meja dengan wajah teraniaya. Kepala miring, mata menyipit, alis menekuk turun, hidung dilebarin, dan mulut yang mengkerut tidak jelas. Aneh banget emang dia.

Luke Ishikawa Plowden. Cowok keturunan jepang-amerika-jakarta ini memang kadang suka bertingkah aneh. Atau kata Singto mah dia gak pernah waras. Makanya tingkahnya gitu terus.

"Ya mau gak mau. Gue, Lu sama New yang ikutan."

Singto melipat kembali kertas yang ia dapatkan dari Luke tadi. Dia sudah mendapatkan titah dari Ketua Mahasiswa (KM) kelasnya tadi via Chat.

"Iiiish males banget guaaaa!"

Luke menjerit dengan tidak elitnya. Dia masih berjongkok di pinggiran meja yang ada di hadapannya. Anyway, itu meja dosen sebenarnya. Dan New sedang duduk di kursi khusus Dosen.

"Gak bisa ganti aja apa, Simbat?"

Luke menengadah mukanya ke arah Singto yang sedang mengecek isi ponselnya. Mengusap pelan apa yang ada di layar ponsel pintar itu.

"Ganti aja gua ma anak lain dah. Males gua jadi panitia acara gituaaaan~"

Sambungnya dengan wajah nelangsa. Emang cocok Luke masuk klub teater sih. Mukanya lebay kalau kata Singto mah.

"Gak bisa."

Singto menunjukkan layar ponselnya yang berisi persetujuan anggota tim perwakilan dari kelas mereka. Di sana tertulis nama New, Luke dan Singto. Daftar tersebut sudah diserahkan pada bagian humas BEM dan akan disetujui langsung oleh Ketua BEM setelah daftar anggota perwakilan lain sudah selesai. Tapi sayangnya. Kelas mereka adalah yang paling akhir mengirimkan daftar nama anggota perwakilan kelas. Jadi yah tidak bisa revisi.

"Kita tetap harus jadi perwakilan kelas. Kita bertiga."

Singto memasukkan ponsel pintarnya kembali ke dalam saku celananya. Menatap New yang sedari tadi tidak memberikan respon apapun.

"Jadi menurut lu gimana, New?"

Toelan pelan mendarat ke bahu lebar New yang masih saja asik memainkan mobile game miliknya. Bersikap acuh terhadap keributan yang Luke buat.

New mengangkat alis pelan. Merasa terganggu karena kegiatannya terusik sebentar.

"Ya udah, kalau begitu mau gimana lagi, Sing."

LOVE MARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang