17 days

62 16 11
                                    

Dengan perlahan mentari mulai menampakkan diri. Dari ufuk timur, ia menerangi bagian bumi. Tak terasa hari telah berganti. Itu artinya hari ini Nana akan membuat suatu kenangan, kenangan manis sebelum ia benar-benar pergi.

Senyuman tak pernah pudar dari sudut bibir milik Nana. Tak pernah ia rasa sebahagia ini sebelumnya. Bahkan setelah memasuki area rumah sakit, senyumannya tak pernah hilang, bagai anak remaja yang sedang jatuh cinta. Dengan semangat ia menuju kamar inap Biru.

"Biru..." sebelum masuk ia mengetuk terlebih dahulu. Daripada salah kamar kan.

"Masuk" seruan dari dalam menginstruksi Nana untuk membuka pintu.

Pertama kali yang ia lihat adalah Biru yang tengah duduk di atas bangsal. Ia nampak sangat tampan dengan kemeja putih, dipadukan dengan celana jens hitam. Sejenak Nana mematung di depan pintu. Hingga tawa Biru membuyarkan lamunannya.

"Ke-kenapa ketawa?" gugup dan panas. Nana ingin menghilang saja dari muka bumi ini.

"Kamu baru pertama kali liat cogan ya?" pertanyaan Biru membuat pipi Nana memerah. Hebat sekali ia membuat anak orang terbawa perasaan.

Nana pun mendelik, lantas melengos. Sudah tak peduli dengan manusia menyebalkan dihadapannya. Ia pun heran, mengapa laki-laki senang sekali ngebaperin anak orang.

"Cepetan, panas nih" ucap Nana sembari mengibaskan tangan.

"Pake ac kok panas" Biru memang hobi ya membuat orang lain kesal.

"Panas di gombalin mulu"

Bisa diibaratkan roda kehidupan. Ada saatnya di baperin, ada pula saatnya ngebaperin. Dasar anak muda.

Merasa tak ada lagi yang perlu di bahas, mereka berdua pergi menuju kamar pasien lain. Tentunya pasien anak kecil, karena Jaemin suka sekali dengan anak kecil yang lucu dan menggemaskan. Kalau Nana sih terserah saja.

Sebelum menggetuk pintu di kamar yang tertera '101' itu. Jaemin memberikan sedikit informasi.

"Pertama ini namanya Echan. Orangnya gak bisa diem. Dia punya masalah sama ginjalnya gitu. Orang tuanya kejam, jarang ngasih dia makan. Untuk detailnya sih aku juga gak tau"

"Terus sekarang gimana?" Nana menatap sendu ke arah pintu didepannya.

"Sekarang dia di urus sama kakaknya, orang tuanya gak tau kemana. Yuk masuk"

Mereka pun masuk ke dalam, tak lupa mengucapkan salam. Mata Ecan berbinar-binar melihat teman bermainnya datang, ya teman bermain prajurit-prajuritan dengannya.

"Kak Ru!!!" Echan turun dari sofa lantas berlari kecil. Tak lupa dengan kakaknya yang ikut berlari dengan membawa botol infusan.

"Jangan lari-lari dong. Nanti kalau jatuh gimana?" Biru berjongkok menyamakan tingginya dengan Echan.

Echan pun hanya tersenyum simpul, lalu mengalihkan pandangan ke arah gadis di belakang Biru.

"Halo, kakak cantik!" sapa Echan sembari melambaikan tangan. Tak heran lagi kalau Echan jago ngalus. Soalnya Biru yang ngajarin. Katanya sih biar bisa gantiin iqbal buat meranin dilan.

"Halo, nama kamu siapa?" basa-basi Nana.

"Nama aku Haechan, kak. Kembarannya haechan ensiti derim. Panggilannya Echan ganteng, umur 5 tahun. Masih jomblo. Keahlian ngebucin. Kekuatan ngerdusin. Kegunaan belum di temukan. Ini poto aku. Ganteng kan kak? Di simpan ya buat kenang-kenangan. hehe" Balita itu terus saja mengoceh, lalu memberikan selembar fotonya.

 hehe" Balita itu terus saja mengoceh, lalu memberikan selembar fotonya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Echan lucu banget sih..." Nana pun mencubit gemas pipi gembul anak itu, yang bahkan tak sampai pinggangnya. Dengan watadosnya, Echan memeluk kaki Nana lantas lanjut mengoceh.

"Iya dong dari lahir. Oh iya, ini kakak aku, kak Jeje" Nana pun berkenalan dengan kak Jeje, umur mereka kurang lebih berbeda lima tahun.

"Maaf ya, adik saya emang rada aktif, apalagi kalau ketemu orang baru" kak Jeje tersenyum, Nana kira dia orangnya dingin dan kaku. Tapi setelah senyum, ramah dan manis juga.

"Iya gak apa-apa kok, kak" Nana pun mencoba membalas tersenyum ramah.

"Biru sama Nana, pacaran?" pertanyaan kak Jeje sukses membuatnya kedua insan itu mendelik.

"Nggak kak" jawab mereka serempak. Biasanya kalau berbarengan sih pertanda jodoh.

Untuk mengalihkan pembicaraan, Nana mengeluarkan mainan mobil-mobilan kecil.

"Nih buat Echan. Mau warna biru, merah atau kuning?" gadis berkuncir kuda itu mengeluarkan tiga mainan, yang hanya sebesar setengah telapak tangannya.

"Kuning. Karena aku suka pombob"

"Spongebob, Echan..." ralat kak Jeje.

"Nah iy-" sebelum Echan menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba ia memengangi perutnya yang sedikit buncit. Lantas sedikit meringis, menahan sakit yang menghantam tubuhnya.

"Echan kenapa?" Biru yang ada masalah dengan penglihatannya pun heran. Tubuh gempal Echan mulai melemas, kakinya pun bergetar. Tak lama, pandanganya membuyar, dan jatuh tak sadarkan diri.

"ECHAN!!!"























"ECHAN!!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

He is very cute and funny:"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

He is very cute and funny:"

𝐒𝐮𝐤𝐚𝐫 𝐓𝐞𝐫𝐠𝐚𝐩𝐚𝐢『√』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang