“Khraaaghk...!”
Suara serak, namun cukup menggelegar terdengar memecah angkasa. Tampak di antara gumpalan mega yang berarak, seekor burung rajawali putih keperakan tengah melayang cepat bagai kilat. Burung raksasa itu meluncur deras ke bawah. Begitu cepatnya, sehingga yang terlihat hanya kilatan cahaya keperakan yang meluncur dari angkasa.
Begitu mendarat di sebuah padang rumput yang cukup luas, tampaklah sosok tubuhnya yang tinggi besar. Rajawali raksasa berbulu keperakan itu berkaokan keras, membuat seluruh alam bergetar hebat bagai dilanda gempa. Dari punggungnya, tampak meluncur turun seorang pemuda berwajah tampan, mengenakan baju rompi putih. Sebilah pedang bergagang kepala burung, tampak tersampir di punggungnya.
Pemuda itu adalah Rangga, yang dikenal berjuluk Pendekar Rajawali Sakti. Dia berdiri di depan burung raksasa tunggangannya. Pandangannya beredar ke sekitarnya. Mata Pendekar Rajawali Sakti merayapi bukit memanjang yang mengelilingi lembah padang rumput luas itu.
“Tampaknya kita harus menunggu, Rajawali Putih,” ujar Rangga seraya berputar menghadap burung rajawali raksasa itu.
“Khrrr...!” Rajawali Putih hanya mengkirik saja.
“Kau yakin mereka akan datang hari ini?” tanya Rangga.
Kembali Rajawali Putih mengkirik kecil sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Rangga mengedarkan pandangan kembali ke sekeliling. Kemudian kepalanya mendongak, menatap angkasa luas tak bertepi. Saat ini senja sudah mulai merayap turun. Matahari tampak kemerahan, bergulir ke belahan Barat. Sinarnya tidak lagi terasa terik menyengat. Dan angin yang berhembus di lembah berumput ini juga terasa begitu dingin.
“Khraaaghk...!”
Tiba-tiba saja terdengar suara keras dan serak dari angkasa. Rangga memutar tubuhnya, namun kepalanya masih mendongak ke atas. Tampak di sebelah Selatan, terlihat sebuah titik hitam yang bergerak cepat menuju ke lembah ini.
Semakin lama, titik hitam itu semakin jelas bentuknya. Rangga hanya berdiri tegak menunggu. Titik hitam itu ternyata seekor rajawali raksasa berbulu hitam pekat berkilat. Di punggungnya duduk seorang gadis berbaju serba hitam. Tampak pedangnya yang bergagang kepala burung, menyembul dari punggungnya.
Begitu burung rajawali hitam raksasa itu mendarat, gadis berbaju hitam di punggungnya, segera melompat turun. Dia berjalan beberapa langkah menghampiri Pendekar Rajawali Sakti yang memang sudah menunggunya.
“Lama menungguku, Kakang?” terdengar lembut suara gadis berbaju hitam itu.
“Aku juga baru saja sampai,” sahut Rangga. “Malah seharusnya kau yang sudah lebih dulu sampai, Intan Kemuning.”
“Maaf, ada urusan sedikit,” kilah gadis yang dipanggil Intan Kemuning itu.
Gadis berbaju hitam itu memang Intan Kemuning, yang berjuluk Putri Rajawali Hitam. Seorang gadis yang dulu lemah lembut dan tidak mengenal ilmu olah kanuragan, kini telah menjadi seorang pendekar wanita yang patut diperhitungkan di dalam kancah rimba persilatan (Jika ingin tahu lebih jelas tentang Putri Rajawali Hitam, ikuti serial Pendekar Rajawali Sakti dalam kisah “Sepasang Rajawali” dan “Sabuk Penawar Racun”).
“Kau tetap tinggal di Kerajaan Galung?” tanya Rangga.
“Tidak lagi,” sahut Intan Kemuning.
“Kenapa? Kau tidak suka mengembara, bukan?”
“Itulah sebabnya, kenapa Rajawali Hitam kuminta untuk menemui Rajawali Putih. Aku tidak tahu, di mana harus menemuimu, Kakang,” pelan dan agak lirih suara Intan Kemuning.
“Tampaknya kau memiliki persoalan yang cukup berat, Intan,” Rangga menduga-duga.
“Bisa dikatakan begitu. Yang pasti, aku kewalahan menghadapinya.”
“Oh, ya...?” Rangga tidak percaya.
“Kau jangan mengolokku, Kakang.”
“Aku tidak percaya jika kau kewalahan menyelesaikan suatu persoalan. Aku tahu siapa dirimu, dan sampai di mana tingkat kepandaianmu.”
“Manusia ada batasnya, Kakang.”
Rangga meringis kecil. Kata-kata itu memang pernah diucapkannya pada gadis ini. Dan sekarang kata-katanya sendiri harus ditelannya kembali.
“Teruskan saja, Intan. Apa persoalanmu, sehingga harus memanggilku ke sini?” pinta Rangga tidak ingin melanjutkan olok-oloknya.
Intan Kemuning tidak langsung bicara. Tubuhnya berputar lalu berjalan menghampiri sebatang pohon yang cukup besar. Sambil menghembuskan napas panjang, gadis itu menjatuhkan tubuhnya, duduk bersandar pada pohon itu. Rangga juga duduk bersila di depannya. Sementara dua burung rajawali raksasa, mendekat berdampingan menunggui.
KAMU SEDANG MEMBACA
50. Pendekar Rajawali Sakti : Gerhana Kembang Kedaton
ActionSerial ke 50. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.