Sementara itu, Intan Kemuning terus berlari cepat mempergunakan ilmu meringankan tubuh. Tidak jauh di belakangnya, tampak Pendekar Rajawali Sakti. Jarak satu sama lain semakin dekat saja. Begitu tinggal berjarak beberapa depa lagi, Rangga melentingkan tubuhnya ke udara, dan berputaran beberapa kali. Tanpa menimbulkan suara sedikit pun juga, Pendekar Rajawali Sakti mendarat tepat di depan Intan Kemuning. Gadis berbaju hitam itu langsung menghentikan larinya.
“Berhenti dulu, Intan...!” agak tertahan suara Rangga.
“Aku harus membalas kematian ayah, Kakang,” tegas Intan Kemuning dengan napas memburu.
“Aku tahu, tapi tidak dengan amarah yang meluap. Kau harus kendalikan diri, Intan. Berpikirlah secara jernih. Carilah bukti-bukti nyata dulu, baru melakukan tindakan,” ujar Rangga lembut.
“Ini buktinya, Kakang!” sentak Intan Kemuning seraya menunjukkan bintang emas berlumuran darah.
“Sebuah senjata bukan jaminan untuk suatu bukti, Intan. Mungkin itu senjata Jaka Keling. Tapi, bisa juga digunakan orang lain untuk menutupi perbuatannya,” terdengar lembut suara Rangga.
Intan Kemuning terdiam. Kata-kata Rangga yang begitu lembut, rupanya merasuk juga ke dalam hatinya. Dan memang, kata-kata itu tidak dapat disangkal kebenarannya. Di dalam dunia persilatan, cara-cara seperti ini sudah sering terjadi. Cara licik yang sering dilakukan tokoh beraliran sesat untuk mengelabui orang lain.
“Percayalah padaku, Intan. Aku juga tidak akan tinggal diam begitu saja. Patih Giling Wesi sudah kuanggap sebagai ayahku sendiri,” tegas Rangga.
“Lalu, apa yang harus kulakukan, Kakang?” tanya Intan Kemuning, mulai melemah suaranya.
“Banyak. Tapi yang paling utama adalah membebaskan Prabu Galung dan keluarganya terlebih dahulu,” sahut Rangga.
“Berarti kita harus ke istana dulu?”
“Itu kalau Prabu Galung dan keluarganya ditawan di sana,” sahut Rangga lagi.
“Kalau begitu, kita harus cepat, Kakang.”
Rangga tersenyum melihat gadis ini begitu bersemangat. Dan kini hawa amarah yang tadi meluap-luap, mulai kelihatan mereda. Mereka kemudian melanjutkan perjalanan kembali. Tapi baru beberapa langkah berjalan, Rangga menghentikan ayunan kakinya.
“Ada yang mengikuti kita, Intan,” bisik Rangga pelan.
Selesai berkata demikian, Pendekar Rajawali Sakti langsung melentingkan tubuhnya ke belakang, tanpa membalikkan tubuhnya lagi. Begitu cepatnya gerakan pemuda berbaju rompi putih itu, sampai-sampai Intan Kemuning tidak sempat lagi bersuara sedikit pun. Dan kini Rangga sudah lenyap di balik pepohonan yang menyemak rimbun. Tak berapa lama kemudian...
“Akh...!”
Terdengar pekikan keras yang disusul terpentalnya sesosok tubuh merah ke udara. Tubuh berbaju merah itu berputaran beberapa kali, lalu mendarat lunak di tanah. Bersamaan dengan itu, Rangga melesat cepat bagai kilat, lalu manis sekali menjejakkan kakinya sekitar lima langkah di depan orang berbaju merah itu.
“Manggala.... Apa maksudmu mengikuti kami?!” sentak Rangga begitu mengenali orang yang mengikutinya.
“Aku hanya ingin tahu orang yang telah memfitnahku,” sahut Manggala kalem.
“Ini bukan urusanmu, Manggala. Dan kau jangan ikut campur!” sentak Intan Kemuning yang sudah berada di samping Pendekar Rajawali Sakti.
“Siapa bilang...?! Kau masih punya urusan denganku, Intan. Sebelum Putri Ratna Kumala diserahkan, kau tetap berurusan denganku,” kali ini suara Manggala terdengar tajam.
“Sudah kukatakan, aku tidak tahu di mana Putri Ratna Kumala berada!” dengus Intan Kemuning mulai berang.
“Ha ha ha...! Semua orang sudah tahu, Intan. Prabu Galung dan keluarganya berhasil membebaskan diri, dan orang yang membebaskan mereka pasti kau!”
Intan Kemuning menatap Rangga yang saat itu juga sama memandang pada gadis di sampingnya ini. Mereka sama-sama terkejut mendengarnya. Ternyata Prabu Galung dan keluarganya berhasil bebas dari tawanan Empat Dewa Keadilan dari Selatan.
“Banyak yang lihat kalau orang yang membebaskan Prabu Galung adalah wanita. Dan itu pasti kau, karena tidak ada lagi orang yang mengetahui seluk beluk tempat tawanan mereka,” sambung Manggala.
“Kau jangan coba-coba mengelabuiku, Manggala,” desis Intan Kemuning tidak percaya.
“Kalau tidak percaya, pergi saja ke istana. Paling juga kau akan mampus dirajang Empat Dewa Keadilan dari Selatan,” dingin sekali suara Manggala.
“Dengar, Manggala. Aku akan ke sana. Dan jika kau mengada-ada, maka urusanmu padaku menjadi lebih berat!” geram Intan Kemuning.
Selesai berkata demikian, Intan Kemuning langsung cepat melesat pergi. Rangga bergegas mengikuti. Sementara Manggala malah tertawa terbahak-bahak.
“Ha ha ha...! Kau akan mati di sana, Intan...! Ha ha ha...!”
KAMU SEDANG MEMBACA
50. Pendekar Rajawali Sakti : Gerhana Kembang Kedaton
ActionSerial ke 50. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.