KISAH (1) - BAGIAN (1) : "Kusta Yang Tak Terkendali"

60 2 0
                                    

Wira Putra Kencana. Sebuah nama yang diberikan dari seorang ibu yang tulus merawatnya. Ibu Wira bernama Dewi Kumalasari dan ayahnya bernama Pandya Wiyasa Putra Kencana.

Ia lahir pada hari Selasa, Pon, 16 Juli 1950. Saat ini umurnya 16 tahun, ia bertempat tinggal di Desa Siwalan Pandji, Yogyakarta. Wira tinggal hanya bersama dengan ibu, dan juga paman Yama yang rumahnya tak jauh dari rumah Wira. Konon katanya paman Wira memiliki suatu kelebihan yaitu “menguasai ilmu” dalam pengertian Kejawen.

Semenjak Wira berumur 17 tahun, ia mulai menggantikan pekerjaan ayah sebagai pedagang dan buruh tani, karena ayahnya sudah tiada dan ia ditugaskan untuk meneruskan usaha ayahnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu Wira sudah tidak bekerja lagi dikarenakan faktor usia dan Wira harus bekerja lebih giat lagi untuk memenuhi kebutuhan ia dan juga ibunya. Usaha Wira berjalan dengan lancar dan kebutuhan pun tercukupi.

Seiring dengan bertambahnya waktu, usaha wira semakin lancar dan semakin meningkat. Kebutuhan pun semakin tercukupi. Semua itu berkat usahanya yang konsisten dan tekun. Namun di suatu hari, ibu Wira jatuh sakit. Hati Wira sangat terpukul melihat ibunya dalam kondisi yang tidak baik. Akhirnya Wira pun membawa ibunya ke paman Yama untuk ditanyakan bahwa penyakit apa yang tiba - tiba menyerang tubuh ibunya.

“Bagaimana kondisi ibu paman? Penyakit apa yang ada pada dalam diri ibu?”

“Ibumu dalam kondisi yang cukup parah. Ibumu mengidap penyakit “kusta”. Penyakit tersebut merupakan penyakit yang gejalanya berupa bercak putih atau merah dikulit yang mati rasa. Kamu harus berhati hati dengan penyakit ini, penyakit ini dapat menular dengan cepat melalui percikan air liur, bersin, maupun kontak melalui kulit penderita. Penyakit ini juga dapat menyebabkan cacat permanen jika tidak diobati sejak dini”.

Sedikit informasi dari paman Yama yang benar benar memilukan hati Wira. Ia sedih karena kurang bisa menjaga ibunya dirumah, ia terlalu sibuk dengan pekerjaan yang diberikan ayahnya sehingga ia melupakan kesehatan ibunya.

“Lalu...tunggu apalagi paman, kau kan sakti? Mengapa tidak langsung sembuhkan ibu saya? Mau kalau saya sampai ditinggalkan lagi?”

“Tenang Wira...ibumu hanya perlu beristirahat sebentar, nanti juga bercak merah dikulitnya hilang sendiri, mungkin dalam beberapa hari ibumu sehat kembali”

“Apakah benar paman? Kalau memang benar begitu saya akan antar ibu kerumah dan langsung mengistirahatkannya”

“Kemungkinan besar Wira, yang penting ibumu jangan sampai lupa makan teratur dan banyak minum air putih”

"Iya paman"

Wira menunggu sampai satu hari, dua hari, tiga hari. Namun kondisi yang dialami ibunya tetap tidak ada kemajuan. Melainkan bercak merah pada kulitnya semakin bertambah parah. Ia pun tetap bersabar menunggu hingga satu minggu.

Ia terkejut saat mendengar kabar bahwa beberapa tetangganya mengidap penyakit yang sama dengan penyakit ibunya. Seiring dengan bertambahnya waktu warga yang mengidap penyakit kusta semakin banyak hampir seluruh warga di Desa Siwalan Pandji mengidap penyakit kusta. Lalu tanpa pikir panjang Wira pun langsung mendatangi paman Yama dan langsung bertanya.

"Ada apakah sebenarnya yang terjadi paman? Apa menurutmu semua kejadian di desa ini tidak aneh. Pertama yang terkena penyakit adalah ibuku, lalu dengan cepat menular ke seluruh warga?”

"Hmm...kenapa bisa jadi semakin cepat menular ke seluruh warga ya?"

****************

Wira Samseng Siwalan PandjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang