Seoul 2015
Sudah hampir 2 bulan Aeri menginap di apartemen Taemin. Dia belum mempunyai cukup uang untuk menyewa apartemennya sendiri. Beruntung karena Taemin seorang dokter, dia jarang pulang dan lebih sering menghabiskan waktu dirumah sakit daripada di apartemen.
Aeri sebenarnya tahu diri untuk tidak merepotkan orang lain, namun mengingat kondisinya yang tengah hamil muda dia terpaksa menyanggupi laki-laki itu untuk tinggal di apartemennya sementara. Penghasilanya hanya dari menjadi seorang editor dan pelayan cafe. Dia sudah mulai menabung, mungkin bulan depan baru bisa menyewa apartemen murah.
Aeri sedang membaca majalah yang ditemukannya dalam rak buku milik Taemin ketika laki-laki itu membuka pintu.
“Kau pulang cepat?” Aeri menutup majalahnya.
“Hanya mengambil berkas, aku harus kembali lagi ke rumah sakit. Kau sudah makan?” Aeri menggeleng.
“Belakangan ini aku sering mual dan tidak nafsu makan.”
“Sudah berapa lama?” Taemin masih sibuk memilah beberapa berkas di meja kerja nya.
“Mual? Dari awal bertemu denganmu juga aku sering merasakannya, hanya 3 minggu ini ku rasa lebih dari biasanya.”
“Kenapa tidak mengatakan padaku? Bersiaplah kita ke rumah sakit!”
Aeri menggeleng lagi dan mengusap perutnya yang masih sedikit rata. “Aku ingin di rumah saja.”
“Tidak. Kau harus diperiksa.”
“Oppa aku sudah sangat merepotkan.” Taemin menghentikan aktivitasnya lalu beralih menatap Aeri.
“Apa aku merasa direpotkan? Sudahlah aku tidak suka menerima penolakan dari pasien. Cepat bersiap!”
“Tapi oppa,”
“Kau selalu menolak setiap kali aku mengajak mu ke rumah sakit. Kali ini aku akan sedikit memaksa. Ini bukan hanya tentangmu, tapi untuk bayimu. Jika kau tidak bersiap dalam waktu 5 menit aku akan membawamu dalam kondisi seperti itu.” Dia menunjuk ke arah Aeri dengan dagunya.
Aeri memandang tubuhnya sendiri yang hanya memakai kaos putih polos dengan celana training. “Aku tidak masalah berpakaian apapun selama aku masih cantik.”
“Ya Tuhan.” Taemin tertawa renyah. “Kalau begitu kita berangkat sekarang.”
“Tunggu, 5 menit.” Setelahnya Aeri berlari kecil menuju kamar mandi.
“Kau bilang tidak masalah.”
“Aku tidak masalah, hanya mungkin kau akan malu oppa.” Teriaknya dari dalam kamar mandi.
“Baiklah, 5 menit.”
Hampir 15 menit Taemin menunggu Aeri selesai dengan riasannya. Tidak banyak yang ia pakai, namun cukup lama untuk seseorang yang menunggu.
“Kau bilang selama masih cantik kau tidak masalah memakai apapun.” Ucapnya begitu mereka berada di dalam mobil dan meninggalkan apartemen menuju rumah sakit.
“Aku tetap harus mandi.”
“5 menit mu bisa 3 kali lipat.” Taemin terkekeh dan mendapat tatapan tajam dari Aeri.
“Oppa aku bahkan hanya memakai sedikit riasan, lihat.”
“Ya, meskipun begitu kau memang cantik.” Taemin mengatakannya sangat lirih, sampai Aeri disampingnya tidak mendengar sama sekali.
“Kau bilang apa?”
“Tidak ada.”
Aeri melanjutkan aktivitasnya memandangi jalanan di depannya. Mereka kembali dalam keheningan, Aeri tidak canggung karena dia terbiasa mudah akrab dengan orang lain. Hanya ia merasa tidak ada lagi yang harus dibicarakan sampai tiba di rumah sakit. Aeri takut terlalu banyak bicara akan membuat Taemin terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cure
FanfictionSebagaimana daun yang gugur mengikuti arah angin Layaknya rindu yang terhampar menjalari laju hati