Cure 6

63 14 4
                                    

Ini part terpanjang, menembus 3k words 😭
Ingin ku potong, tapi biarkanlah seperti ini

Chanyeol's Side

Aku tidak bisa memejamkan mataku sedetikpun. Bayangan Aeri dan percakapan kami kemarin malam masih terekam dengan rapi dalam pikiranku. Aeri gadis yang aku cari selama 4 tahun, yang membuatku nyaris putus asa karena tidak ku temukan tanda-tanda keberadaannya ternyata masih disini, disekitarku. Terlalu sulit untukku menemukannya, karena keterbatasanku dengan dunia luar membuatku tak bisa berbuat lebih.

Dan keparat itu yang telah menghancurkan masa depannya, kini terlihat begitu bersemangat. Seolah tidak pernah melakukan dosa besar di masa lalunya.

“Chan, lihat komentar penggemarmu lucu sekali.” Dia memperlihatkan ponselnya ke arahku sambil tertawa, sampai membuatku benci. Tapi sebenci apapun, kenyataan dia tidak tahu apa-apa selama ini sedikit membuatku tidak tega.

Aku hanya mengguman dengan tetap membelakanginya. Aku memang sekamar dengannya di asrama. Dan aku menyesal kenapa hari ini tidak pulang saja ke apartemen.

“Apa yang terjadi padamu?”

“Tidak ada, jangan ganggu aku mengantuk.”

“Cihh tidak asyik. Tidurlah, tidurlah. Sialan!”

Aku tidak peduli, dia menggerutu di belakangku. Mataku terpejam tapi pikiranku masih melayang pada Aeri. Air matanya, isakannya sungguh membuat hatiku hancur. Siapa yang harus dipersalahkan? Aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri tidak bisa menyelamatkan hidupnya, dulu.

“Kau pasti sudah sangat penasaran tentang anak itu.” Dia melirik bocah yang masih damai dalam tidurnya. “Dia anakku, anak kandungku. Dan jangan khawatir, dia juga punya ayah.”

Aku hanya menatapnya, “Berapa usianya?”

“Tiga tahun.”

“Apa kau hamil ketika masih di agensi?” Entah kenapa, aku terpancing untuk terus mengorek ceritanya. Dan aku semakin terbelalak ketika dia mengangguk.

Aku menunduk, ada rasa sakit yang tiba-tiba menjalari hatiku. Kami dilanda kebisuan. Aku tidak tega bertanya lebih jauh, jika dia ingin menutupinya, maka aku akan menyimpan sendiri rasa penasaranku. Sampai aku mendengarnya terisak, aku memberanikan diriku menggenggam tangannya.

“Jika tidak bisa, jangan cerita. Aku mengerti. Tolong jangan seperti ini.” Aku ingin sekali mendekap dan memberikan kehangatan untuknya. Tapi aku ragu sehingga hanya bisa menepuk pundaknya. “Jangan menangis, nanti anakmu terbangun.”

“Maafkan aku, Chan.” Aku merasakan genggaman tangannya semakin mengguat.

“Apa yang membuatmu meminta maaf padaku? Aku tidak layak mendapatkannya, maafkan aku tidak menjagamu selama ini. Sampai kau menerima perlakuan tidak benar di agensi pun, aku tidak tahu.”

Aeri menggeleng. “Aku tidak bisa menjaga diriku sendiri. Aku tidak pantas, bahkan untuk tetap menghirup udara disini aku tidak pantas.”

“Apa yang kau katakan? Tidak, jangan berkata seperti itu.”

“Chan, aku tahu kau masih seperti dulu. Aku tahu kau pria baik. Maafkan aku.” Aku memeluknya, mencoba memberikan ketenangan padanya.

“Kau tahu, perasaanku padamu tidak akan hilang dengan mudah. Bahkan sampai detik ini, perasaan itu masih tersimpan baik disini.” Aku menyentuhkan tangannya di dadaku. “Tenangkan dirimu, aku tidak akan memaksamu menceritakan semuanya.”

“Chan, apa kau merasakan sesuatu pada anak itu?” dia menunjuk anaknya yang terlelap. “Apa kau tidak menyadari sesuatu?”

Aku menatap mereka bergantian. “Apa aku melakukan kesalahan itu padamu?”

CureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang