Pria misterius itu menulis catatan kecil di bukunya sebelum pergi meninggalkan Ron.
7 Juli 2019
Untuk pertama kalinya aku membunuh seseorang, sukacita yang kurasakan saat aku membunuh seseorang, tidak bisa dibandingkan dengan perasaan lain. Saat aku mendengar suara dia memohon ampun, benar benar hal yang menggembirakan. Terlebih lagi saat nafasnya menghilang dan tubuhnya menjadi dingin. Walaupun pada akhirnya aku harus membersihan kamar mandi.
...........
"AAAAAAAAAAAAAAA....." Teriakan Emily di markas TheCR sampai terdengar ke halaman luar.
Semua orang berbondong-bondong lari menghampiri asal teriakan itu.
"Em.. kenapa lo teriak? Ada apa hah?" Tanya Peter
"Itu... Ituu... Pet, Ron, itu di kamar mandi, di bathub" balas Emily terbata bata sambil menangis
"Ada apa sih" timpal James sambil melangkahkan kaki ke kamar mandi
Dan betapa terkejutnya mereka saat melihat Ron sudah terkujur kaku lengkap dengan seragamnya di dalam bathub dengan air yang masih menyala. Semua siswa SMA Primadona sangat terkejut, mengapa Ron bisa tewas mengenaskan seperti itu.
Guru-guru datang mengkondisikan para siswa dan memanggil ambulan serta polisi untuk menyelidiki kematian Ron. Untuk sementara sekolah di liburkan.
Dilansir dari TKP polisi tidak menemukan tindak kekerasaan atau pun hal-hal yang mencurigakan, CCTV juga di periksa dan tidak ada apa apa, karena jalan menuju ruangan itu tidak terekam CCTV, polisi hanya menemukan catatan kecil berisi :
Maafkan aku, aku ingin pergi jauh.
Dengan begitu, dugaan sementara polisi menyatakan bahwa penyebab kematian Ron adalah bunuh diri, dengan indikasi Ron sengaja menenggelamkan dirinya di bathub sehingga mengalami Hipotermia sampai kehilangan nyawanya. Polisi juga memintai keterangan supir pribadi, dan sudah jelas tidak ada hubungannya.
Kepala sekolah segera menghubungi orang tua Ron yang sedang berada di Jerman, Ron memang hidup sendiri, orang tuanya bekerja di Jerman.
Orang tua Ron menolak untuk melakukan otopsi, dan akan segera mengurus pemakaman untuk Ron.
Semua siswa hadir ke pemakaman Ron, Fred dan Dave terlihat biasa saja tidak ada tanda kesedihan di wajah mereka, mungkin Fred merasa dendamnya sudah terbalaskan, dan Dave memang anaknya seperti itu tidak bisa berekspresi, sementara Marrie terisak isak menangis di samping Fred.
"Udah jangan banyak nangis" tenang Fred sambil menepuk pundak Marrie
Marrie tidak menjawab, dan hanya terus menangis. Saat Marrie melihat ke belakang, ia melihat Dave pergi meninggalkan pemakaman, namun Marrie hanya mengabaikannya.
Dua minggu setelah kematian Ron.
.........
Semuanya kembali normal, kecuali Emily, ia terlihat selalu murung setelah kejadian itu, menurut rumor yang beredar Ron dan Emily itu sedang menjalin hubungan asmara, pantas saja kalau ia terlihat sangat terpukul. Ia menghabiskan waktunya dengan menyendiri, sesekali Marrie menghampiri Emily untuk menghiburnya.
"Em, sudah, kamu harus ikhlas, kamu harus kuat, gak boleh kaya gini, jangan berpikiran macam-macam ya, aku disini siap bantu kamu, aku siap dengerin curhatan kamu, jangan kamu pendem sendiri, ok" kata Marrie
"Nggak Mar, aku tuh gak kuat, aku gak sanggup kehilangan Ron, selama ini dia orang yang bener bener ngertiin aku, orang tua aku hanya sibuk bertengkar dan tidak memperdulikan aku." jawab Emily disertai isak tangis
Marrie tidak menjawab dan hanya segera merangkulnya.
Percakapan Peter, James, dan Luke
"Bro, kok bisa ya si Ron pergi gitu aja, gua merasa ada yang gak beres" James membuka pembicaraan
"Gak beres apa maksud lo, udahlah gak usah bahas dia, lagian polisi udah beres investigasi dan nyatain kalo itu bunuh diri" balas Peter
"Iya itu udah jadi kemauannya dia, sekarang gua ada kesempatan nih buat deketin si Emily" tambah Luke sambil cengengesan
"Bgsd lo, temen sendiri di jadiin candaan. Tapi gini loh, kalian pikir aja ya, si Ron sebelum kejadian baik-baik saja kan?" balas James
"Ya kita kan gak tau gimana perasaan sebenernya si Ron. Halah udahlah, balik yo, pusing gua. Oh iya mulai sekarang kita berhenti bully anak anak" timpal Peter sambil bergegas pulang.
Di rumah Emily
Seperti biasa sepi, hening, dan sunyi. Hanya ada 2 orang yang tinggal di rumah Emily, yaitu dirinya dan ART, dan sekarang ia hanya sendiri, karena ART nya pergi pulang kampung.
"Hffft, selalu seperti ini, membosankan, aku lelah, Ron aku kangen kamu" ucap Emily, menghela nafas lalu minum seteguk air
Emily masuk ke kamarnya, tiba-tiba seseorang menarik keras tangannya masuk kedalam kamar, dan melemparnya ke lantai.
"Hey, siapa kamu? Kenapa kamu bisa masuk kesini? Apa yang kamu mau?"
"Em, bukankah hidupmu cukup melelahkan dan membosankan? Kau merindukan Ron?" Balas pria misterius itu
"Jawab aku, siapa kamu, berani-beraninya kamu masuk tanpa izin, darimana kau mengenalku?"
"Pertanyaan yang tidak perlu, aku disini untuk membantumu Em, membuat hidupmu menjadi lebih menyenangkan, untuk membuatmu tidak bosan hahaha"
"Dasar orang gila, TOLONG, TOLONG" teriak Emily sambil lari berusaha keluar dari kamarnya, namun itu semua sia-sia karena pria itu sudah mengunci pintu dan mengambil kuncinya.
"Hmmmm, perkataanmu sama seperti Ron, menyebutku orang gila, ayo sini, minum ini" tawar pria itu
"Jadi Ron tidak bunuh diri? Kamu menghabisinya? Dasar biadab, gak aku gak akan nurutin permintaanmu, cuih"
"Uuupsss, kamu sudah tau sekarang. Hmmm dasar keras kepala, aku sudah minta baik-baik, sekarang rasakan akibatnya" balas pria itu dengan menyeret Emiliy ke pojok pintu.
Tidak tinggal diam Emily berontak dan mengigit tangan pria itu, pria itu melepaskan cengkramannya, Emily bangkit, menarik masker yang menutupi wajah pria itu, ia terkejut atas apa yang dilihatnya. Pria itu kembali mencengkram tangan emily dan mengikatnya. Emily terpojok dan meronta-ronta.
"Kenapa kau lakukan ini, apa salahku, apa mau mu?, Kumohon lepaskan aku, jangan sakiti aku, aku janji aku gak akan lapor siapa-siapa aku akan pergi dari sini, aku akan pergi seakan-akan aku tidak hidup." Pinta Emily
"Sekarang lebih menyenangkan karena kau tau siapa aku sebenarnya, sama dengan pacarmu itu, dia tau siapa aku disaat saat terakhirnya. Nggak, kamu gak salah. Disini aku hanya ingin membantumu Em, bukankah kau sudah lelah?. Lalu kalau kau akan pergi seakan-akan gak hidup, kenapa gak mati aja sekalian, simple kan hahahaha" timpal pria itu
"Kumohon lepaskan aku, jangan sakiti aku, kumohon" pintanya disertai dengan tangisan
"Kenapa kau tadi tidak ikuti keinginanku untuk meminum ini hah?, Sekarang kau membuatku repot saja, kalau kau tadi minum ini, sakitnya gak seberapa, dan kau bisa cepat menyusul pacarmu itu. Huh! Sekarang aku bisa marah hahahaha" Bentak pria itu
Emily hanya menangis, pria itu pergi mengambil sesuatu dari bawah ranjang.
Apa yang pria itu ambil?
Nantikan kelanjutannya ya!
Ayo Review gimana nih ceritanya?
