H iruplah

18 3 0
                                    

Pria itu membawa tabung gas bertuliskan Helium dan selang, serta mengeluarkan kantong plastik di sakunya.

"Kau pasti tau gas ini. Gas yang suka kalian mainkan di sekolah agar membuat suara menjadi melengking, tapi taukah kamu, apa yang terjadi jika terlalu banyak menghirup gas ini?, Kau akan merasakan pusing, mual, iritasi tenggorokan, penglihatan kabur, kejang-kejang, dan kau tau akhirnya akan seperti apa" jelas pria itu dengan berlagak mondar mandir seperti seorang guru.

Emily hanya bisa terus menangis dan memohon ampun untuk dilepaskan.

"Kumohon jangan lakukan ini, jangan sakiti aku, jika kau melepaskanku, aku akan turuti semua keinginanmu, kau juga akan aman, aku janji aku akan benar-benar pergi jauh" pinta Emily

"Aku sudah melangkah sejauh ini sayang, keinginanku cuma satu, ka-mu hi-rup gas i-ni, baiklah aku akan penuhi janjimu, kamu akan segera pergi jauh." ucapnya berbisik di telinga Emily seraya tersenyum

Emily semakin ketakutan, ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Em, mari kita lihat apakah gejala yang aku sebutkan tadi benar?"

Dengan santai pria itu memasang selang ke tabung, menyambungkannya ke kantong pelastik dan perlahan lahan memasukkannya ke kepala Emily hingga menutupi mulutnya. Emily sudah tak mampu lagi berkata kata, dia hanya pasrah.

Setelah beberapa menit, Emily mulai bereaksi, penglihatannya mulai kabur, nafasnya terlihat sesak, pusing, dan mulai kejang-kejang, seluruh tubuhnya mengeras, badannya meronta ronta, matanya membelalak, mulutnya terbuka, tangannya mengepal dengan keras, sampai sampai urat uratnya terlihat. Pria itu hanya duduk menatap Emily dengan tatapan senang dan senyuman puas di bibirnya. Tak lama kemudian, Emily pun tak sadarkan diri.

Pria itu pergi meninggalkan Emily. Selama tadi memperhatikan Emily, Ia menulis catatan kecil di bukunya.

21 Juli 2019

Aku kembali membunuh seseorang, ia seorang wanita, sebenarnya aku telah membantunya untuk pergi menemui kekasihnya itu hahaha. Sedikit berbeda dari sebelumnya, kali ini aku sedikit marah tidak hanya senang, tapi untunglah saat melihat matanya membelalak tubuhnya kejang kejang mulutnya terbuka, seakan akan minta di selamatkan, karena menghirup gas pengubah suara itu, telah mengembalikan rasa senangku, hari ini cukup memuaskan.

.................

Marrie sedang duduk di bangku taman dekat panti asuhan, rupanya tadi sepulang sekolah Marrie mengajak Fred untuk bertemu, ada sesuatu hal yang ingin Marrie bicarakan.

Di bangku taman (malam hari)

"Aduh kenapa dia lama sekali sih, apa dia lupa, aku kan udah minta dia buat datang

Tiba-tiba dari belakang Fred datang, bukan dari dalam panti, dengan membawa 2 botol kaleng minuman bersoda, dia membuka minuman itu, seketika suara khas minuman soda terdengar, terdengar sangat menyegarkan.

"Ini minum dulu, maaf membuatmu menunggu" ucapnya disertai senyuman manis yang belum pernah Marrie lihat sebelumnya, lalu duduk di sampingnya.

"Oh iya, terima kasih, gapapa kok, santai aja"

"Apa sebenarnya yang mau kamu bicarakan?" Tanya Fred setelah meneguk minumannya tanpa basa-basi

Marrie bingung dari mana dia harus mulai bicara.

"Hmmm ini, akhir-akhir ini aku kepikiran terus sama kejadian kemaren, apalagi setelah melihat Emily yang sangat terpukul, jadi...." belum sempat Marrie selesai bicara, Fred memotong ucapannya

"Jadi, apa hubungannya denganku?"

Marrie terdiam sejenak, memegang botol kaleng itu dengan erat, berpikir apa yang harus ia katakan.

"Mmm, aku...., Mengkhawatirkanmu. Karena kamu itu anak yang misterius, pendiam, jarang bersosialisasi, tapi di sisi lain kamu juga sering membantu anak-anak yang kesulitan, tapi aku heran kenapa kamu selalu menyendiri, seakan-akan ada yang kamu sembunyikan, jadi aku takut, aku takut kamu salah langkah, aku takut kehilanganmu, aku ingin selalu ada di sampingmu, karena aku...." belum juga selesai dengan ucapannya yang tanpa titik koma itu, tiba-tiba Fred menarik tangannya dan mengecup bibir Marrie dengan halus, Marrie terkejut seperti tersengat listrik dengan apa yang sedang terjadi, pipinya memerah, jantungnya berdegup kencang, matanya perlahan lahan ia tutup, menikmati kecupan yang diberikan Fred, yang dia lakukan hanya diam mematung.

Fred berhenti, dan meminta maaf.

"Aaah, maafkan aku Mar. aku, aku tidak bermaksud seperti itu" ucapnya gugup

"Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, sebenarnya ada sesuatu hal yang akhir-akhir ini menggangguku" sambungnya

Marrie masih terdiam, tatapannya kosong, dia masih tidak percaya perihal kejadian tadi.

"Oh oh iya apa itu?" tiba tiba ia sadar dari lamunannya.

"Aku menyukaimu Mar" ucap Fred

"Ah, apa yang benar saja, kau menyukaiku?" Jawab Marrie sambil tertawa kecil

Fred memegang kedua pundak Marrie, mengajaknya berdiri, menatap dalam matanya, dan..

"Iya, aku menyukaimu Mar, aku mencintaimu" jelas Fred, lalu kembali mencium bibir Marrie, dan tangan Fred turun merangkul pinggang ramping itu.

Sekarang Marrie tidak hanya diam, dia membalas ciuman Fred, dan melingkarkan tangannya di leher pria itu.

Ternyata dari kejauhan Dave melihat kejadian itu, matanya membelalak, wajahnya memerah, menahan amarah, lalu pergi begitu saja.

Fred dan Marrie menghentikan ciuman mereka.

"Aku juga mencintaimu Fred" balas Marrie, mereka pun berpelukan

*Ponsel Marrie berdering

Pesan broadcast masuk mengabarkan bahwa Emily telah meninggal dunia

Marrie hanya terdiam dengan tangan menutup mulut dan mata yang berkaca-kaca, menahan air matanya. Pria di depannya juga dia mematung karena bingung apa yang sebenarnya telah terjadi?

"Ada apa Mar?"
"Fred, Em, Emily meninggal" jawabnya dengan menatap matanya

"Ayo kita kesana!" Ajak Fred

Mereka berdua berangkat menuju rumah Emily.
Sesampainya disana betapa terkejutnya mereka, saat melihat jenazah Emily yang sedang dimasukan ke mobil ambulance.
Dan yang tak kalah mengejutkannya lagi, ada Luke keluar dari dalam rumah Emily digiring masuk ke mobil polisi

Marrie bertanya kepada polisi tentang apa yang sebenarnya telah terjadi disini, dan polisi menjelaskan bahwa pria tadi (Luke) sementara ini ditetapkan sebagai saksi sekaligus tersangka pembunuh Emily, karena hanya ada dia di TKP, polisi akan menyelidiki kasus ini lebih lanjut untuk mengetahui kebenarannya.

Gadis itu (marrie) sungguh tak percaya atas apa yang telah menimpa temannya itu, baru saja tadi sore dia berbicara dengannya. Lalu Luke? Kenapa dia bisa terlibat? Apa yang sebenarnya terjadi?

Fred memeluk kekasihnya itu mencoba untuk menenangkannya, dan membiarkannya menangis di pelukannya.

"Jika kau ingin menangis, menangislah, tak perlu kau tahan, tidak ada salahnya jika kau menangis, luapkan saja kesedihanmu" ucap Fred, sambil mengusap kepala gadis itu.

Marrie memeluk erat lelakinya.

"Semuanya pasti akan terungkap, cepat atau lambat, aku janji kebenarannya akan terungkap, kita hanya butuh waktu dan bukti" jelas Fred dengan percaya diri, seakan-akan dia sudah mencurigai seseorang.

Tbc

I'M A ...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang