Saat ini para siswa-siswi SMA Meteor sedang berkumpul di lapangan untuk melaksanakan kegiatan kokurikuler seperti biasa. Biasanya kokurikuler disini, dilaksanakan sebelum dimulainya jam pelajaran. Dan jadwalnya sendiri, dibagi-bagi setiap harinya. Jadwal kokurikuler hari ini adalah gotong-royong. Yang artinya semua warga sekolah wajib untuk ber-gotong royong.Bukannya gotong-royong membersihkan lingkungan sekolah, ini malah pada lari-larian gajelas. Ada yang main bola, basket, lari-lari, makan, duduk, sampai yang ghibah juga ada.
Memang sudah biasa.
Sebagus-bagusnya sekolah,
Setinggi-tingginya sekolah,
Seterkenalnya sekolah,
Tetep aja siswanya kaya gitu. Ada aja pasti.
Lain dengan gadis manis yang tengah bersender di salah satu saka dinding di pinggir lapangan. Ia diam, dan berkali-kali menghela nafas karena kebisingan yang di akibatkan oleh para siswa-siswi lain. Dia benci kebisingan, benci keramaian. Yang dia inginkan hanya kesunyian dan ketenangan.
Maka dari itu, dia lebih memilih untuk memasang hadset ke telinganya. Sembari membaca buku tebal salah satu kesukaannya. Ia membaca satu persatu huruf yang tertera pada buku novel yang dibacanya sekarang. Dengan music yang ia setel, ia nyaman akan itu. Sangat nyaman.
Namun...
Siapa sangka(?)
Dukkk...
"Awww.." Gadis itu meringis kesakitan saat ada bola garis-garis berwarna oranye itu mendarat di kepalanya secara tiba-tiba.
"Dell!!" Semua mata tertuju pada gadis bernama Della itu. Namun entah kenapa tidak ada satupun yang menghampiri atau menolongnya.
"Dasar goblo!Main bola aja ngga bisa!" Teriak siswa lelaki itu nampak membela Della. Pria itu menarik kerah baju sang pelaku yang entah disengaja atau tidak melempar bolanya kearah Della.
"Nyantai Davv!!" Salah satu temannya melerai agar tidak terjadi pertengkaran diantara mereka.
"Diem lu!biar gue hajar ni orang!!" Dava mengarahkan kepalan tangannya pada sang pelaku. Nampak seperti hendak memberi hantaman pada pelakunya.
Namun sebagai pelaku, pria itu malah diam dan menatap datar teman-temannya itu. Tangannya yang diletakkan di saku celananya, dan muka datar serta dingin membuat semua bergidik ngeri. Karena tatapannya yang seakan membunuh.
Devan, namanya adalah Devan. Dia anak dari kepala sekolah disini. Sekaligus sebagai donatur terbesar di sekolahannya. Itu yang membuatnya semua siswa tunduk pada Devan. Dengan sifatnya yang dingin serta sulit untuk berbaur dengan teman-temannya, banyak yang berniat menjauhinya agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Bisa-bisa di cutik dari sekolahan.
"Della!!" Dava melepas cekalannya dari kerah baju milik Devan. Saat ia melihat gadis bernama Della itu terjatuh sungkur sembari memijat pelipisnya, Dava lebih memilih untuk menghampiri gadis itu.
"Lo ngga papa Del?" Tanya Dava dengan panik.
"Eng--engga kok. Ngga papa"
"Tapi jidat Lo sampe berdarah gitu Del. Beneran Lo ngga papa?" Tanyanya meyakinkan.
Della menggeleng, "Ngga papa beneran"
"Weh bego! Tolol Lo ya! Liat nih si Della, sampe berdarah gini!!" Teriak Dava menggelegar.
"Udah Dav, gue ngga papa!" Della bangkit dan melangkahkan kakinya. "Gue ke UKS dulu ya"
"Gue anterin"
"Ngga papa, gausah!"
Della berjalan sempoyongan menjauhi area lapangan. Tapi, wajahnya berubah menjadi pucat. Tubuhnya berubah drastis. Kepalanya pusing seperti di putar-putar. Dan penglihatannya sedikit demi sedikit makin buram. Hingga saatnya dia terjatuh pingsan.
Dava yang melihat Della, sahabatnya terjatuh pingsan sontak kaget lalu mendekat ke arah Della berada. "Del ya ampun!"
Semua masih sama.
Keadaannya masih sama. Semua bungkam.
"Tolongin bego, ngapain kalian diem aja hah!?" Teriak Dava.
Para siswa-siswi menghampiri ke tempat Della berada sekarang. Semuanya mengerubung.
"Sini biar gue yang angkat!" Siswa lelaki yang merupakan kakak kelasnya mengangkat tubuh Della dan mengantarnya ke UKS dengan segera. Iya, Della memang masih menjadi adik kelas. Begitu juga dengan Dava dan Devan. Saat ini mereka duduk di bangku kelas sebelas. Hanya menghitung hari saja mereka naik ke kelas dua belas.
"Apa lo!?" Dava melirik ke arah Devan yang masih diam dengan muka datarnya. "Ngga liat lo? Si Della sampe pingsan gitu bego!!"
"Dav..Dav udah!" Lerai salah satu temannya.
"Minggir Lo!" Dava mengalihkan teman yang menahannya. "Biar gue kasih pelajaran sama anak ini!"
"Berani Lo sama gue hah! Berani Lo sama mamas Dava!!" Kini Dava tengah menunjukkan gayanya yang sok jago dengan hal-hal bergelut seperti itu.
"Apa Lo melotot gitu?! Ngga suka!?"
"Sini ayo gelut! Takut Lo?!"
"Dasar oon!"
Dukkk...
"Awhhh" Dava meringis sembari menunjukkan wajahnya dengan ekspresi kesakitan. Ya ampun... Seorang Dava ditendang anu-nya oleh Devan?
Sebuah pelecehan kepada seorang Mamas Dava. Ngga Sudi Dava digituin. Harus balas dengan jurus apa dia?
"Heh sini lo! Belum kelar masalah kita ya!!" Teriak Dava saat Devan melangkah pergi dari posisi Dava saat ini. "Dasar Cemen!!"
"Uuu Cemen uuu!!!" Teriak Dava ke arah Devan yang semakin menjauh. Giliran Devan balik pasti abis tuh anak.
Sedangkan Aldi, teman Dava. Hanya bisa menggeleng menatap temannya yang Oneng bin oon itu.
Dasar edan!!
"Eh ke UKS yuk! Liat mabebihhh"
---
// Welcome//
Welcome di perjalanan hidup gue. Dimana hidup gue, Adita Adella, penuh kebohongan.
Semua yang ada di hidup gue bukan cuma mimpi. Di hidup gue juga ada kata kebohongan. Bukan hanya kata, melainkan kenyataan.
Semua hanya mimpi. Semua hanya kebohongan.
Gue benci semuanya!!Salam--Della.
KAMU SEDANG MEMBACA
Della
Teen FictionAdella, gadis cantik yang selalu ingin mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup menjalani hidupnya lagi. Tapi pada suatu saat dimana pria misterius mengenakan hoddie tertutup yang menyelamatkan dan menghidupkan kembali jiwa Della. Sampai saat ini, d...