#01

35 3 0
                                    


Gadis itu berlari dengan nafas yang terengah-engah. Dari satu tangga bawah hingga tangga menuju lantai atas. Sembari menitihkan air matanya, ia berusaha mengusap air matanya kasar.

Saat dia sampai di rooftop sebuah gedung tinggi, langkahnya memelan. Dia mengusap air matanya dan berusaha menetralkan degup jantungnya. Dia melangkah maju menuju pagar pembatas. Gadis itu menghela nafasnya kasar. Lalu, dia mengangkat kakinya menaiki pagar pembatas yang di bawahnya sangat mengerikan. Lihat saja, kini dia tengah berada di gedung yang sangat tinggi. Dan jika ada kesalahan sedikitpun, hilanglah nyawanya.

Tapi itu memang yang ia inginkan.

Menghilangkan nyawanya.

Ia berdiri di pagar pembatas. Dia siap-siap untuk loncat sekarang juga. Tapi dia takut.

Sungguh. Dia sangat takut.

Apa ini pilihan yang baik? Atau justru buruk.

Ya ampun... Sungguh dia bingung sekali.

"Ma..pa..ayah..nek..kak.."

Ah entahlah. Entah siapa yang harus ia panggil saat ini. Semua tidak ada yang peduli juga.

Mama, Papa, Ayahnya, Nenek, ataupun Kakaknya. Tidak ada yang peduli dengannya. Semua sibuk dengan hidup masing-masing. Dia sangat bingung.

"Ya Tuhan..." Gadis itu menatap bawah sekejap. Lalu mengedipkan matanya beberapa kali. Kemudian dia menatap langit yang cuacanya sedikit mendung saat ini. "Maafin Della Tuhann..."

Dia memejamkan matanya dan berancang-ancang untuk loncat. Tapi dia takut. Sangat takut.

"Kalo mau loncat, loncat aja mba!"

Suara itu membuat Della membuka matanya dan mengurungkan niatnya untuk loncat. Dia mencari sumber suara yang berbicara tadi.

"Kenapa? Takut hm?" Ternyata, seorang pria seumurannya yang berucap tadi. Yang membuat Della tidak jadi mengakhiri hidupnya saat ini juga. "Apa perlu gue dorong biar Lo jatuh ke bawah? Dengan siap gue bakal dorong"

Pria itu berjalan mendekat ke arah Della. Tapi Della tidak tahu siapa dia. Karena saat itu, dia masih kelas sepuluh yang belum tahu apa-apa. Lagian pria itu juga tidak terlihat wajahnya. Wajahnya tertutup oleh topi hitam dan hoddie biru yang dikenakannya.

"Sini!!" Pria itu menarik Della.

"Eh eh lepasin!!" Della meronta dan menghempaskan tubuh pria tersebut. Yang benar saja, memang siapa yang mau di dorong ke bawah dari ketinggian setinggi ini?

Ya memang sih, Della mau loncat dari gedung itu. Tapi ya mikir-mikir dulu lah.

"Jangan dorong gue!"

"Kenapa? Tadi mau loncat bukan?"

"Ya---ya tapi loncat sendiri. Bukan di dorong!"

"Kalo loncat sendiri lama. Biar gue dorong sekalian biar jatuh. Kan mampus!!"

"Ishh"

Pria itu terkekeh pelan. "Percuma aja Lo bunuh diri. Emang urusan Lo bakal kelar?"

Pandangan Della lurus ke depan tanpa menatap objek apapun. "Percuma juga kalo gue hidup di sini" Gumamnya pelan.

"Gue emang ngga tau masalah Lo gimana, gue juga ngga peduli Lo mau mati atau gimana. Tapi gue cuma ngingetin aja. Lo loncat emang bakalan mati? Ya kali kalo ngga mati. Kan mampus!"

DellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang