#03

21 2 0
                                    


Pagi ini, adalah bermulanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para orang. Termasuk Della, dia harus bangun pagi-pagi untuk berangkat menuju sekolahnya yang lumayan jauh dari apartemen pemberian papanya. Papanya memang masih mau bertanggung jawab kepada anak-anaknya. Setiap bulan, papa-nya mengirimkan uang kepada Della maupun Daniel. Sebenarnya, Papa nya itu orang baik, andai saja---ah entahlah, semua hanya kata andai.

Tapi kali ini tidak. Della terlambat untuk bangun pagi. Dia kesiangan, gara-gara menunggu mama-nya di rumah sakit, dia harus lembur bergantian dengan Daniel. Ah tidak, dia tidak menyalahkan mama-nya. Dia menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa juga semalam menunggu mama tidak sambil tidur?malah sambil membaca novel.

Dia bergegas untuk membersihkan badannya dan mengenakan seragam lengkap nya. Selanjutnya dia menuju halte untuk menunggu bus, semoga saja tidak telat. Dia berlari dari apartemen menuju halte yang lumayanlah. Keringat bercucuran di tubuhnya, terutama jidatnyam Della mengelapnya dan berusaha berlari secepat mungkin. Dia tidak mau yah, sampai telat seperti dulu saat dia kelas sepuluh. Padahal baru masuk sekolah, eh dihukum gara-gara telat. Kan ngga asik.

Dia berlari. Bukan hanya berlari. Dalam bayangannya, dia mengingat kembali saat-saat dia di hukum gara-gara telat waktu itu.

~
"Yang tadi telat, maju ke depan!" Ucap lelaki yang merupakan senior di SMA Meteor. Saat itu adalah saat-saat MOS peserta didik baru di SMA Meteor.

Para siswa-siswi junior yang telat masuk, seluruhnya maju ke depan. Lumayan banyak yang telat sih, tapi masalahnya Della satu-satunya siswi perempuan yang telat. Semua temannya laki-laki.

Seluruh tubuh Della yang masih polos bergemetar. Dia takut, dia takut seperti kakaknya nanti. Seperti yang di ceritakan oleh Daniel, jika ada kesalahan sedikit saja oleh Junior, maka Seniornya tak segan-segan untuk menghukumnya dengan hukuman berat. Dia sangat takut.

Saat para kakak-kakak senior memeriksa satu persatu juniornya, tiba-tiba semua pandangan menuju ke arah Della. Tiba-tiba handphone Della berdering, pertanda panggilan masuk.

Della menatap mereka dengan panik, dia menelan salivanya dengan kasar. Della mengangkat telepon tersebut.

Saat orang sebrang yang memanggilnya angkat bicara, raut muka Della berubah. Dia terkejut. Entahlah, saat itu dia sangat hancur. Handphone nya saja sampai terjatuh.

Della berlari menjauh dari barisan tersebut. Para senior-seniornya sudah berteriak dan mengejar Della, tapi langkah Della yang terlalu cepat sampai mereka kehilangan Della entah kemana.

Satu siswa lelaki yang melihat Della berlari, dia juga ikut berlari untuk kabur. Entah kenapa, mungkin untuk menghindari hukuman.

Della melangkahkan kakinya entah kemana, saat itu juga ada tangga menuju rooftop. Dia naik dan berniat untuk loncat dari atas ke bawah.

Seperti yang dibayangkan Della saat itu. Ada seseorang pria yang mencegahnya untuk loncat. Entah siapa dia. Devan?
~

Della menambah kecepatannya untuk berlari. Berkali-kali dia mengelap keringatnya. Tubuhnya kini dibasahi oleh keringat. Ya ampun, bau apa nantinya ya.

~

Setelah drama-dramaan tersebut selesai, hendak dela turun ke bawah. Tapi malah dia tertangkap basah oleh kakak senior nya.

Tapi bukannya tadi ada pria ber-hoddie yang barusan dari sini juga ya? Kenapa dia tidak ditangkap?

Della pasrah untuk dihukum. Dan benar saja, hukumannya sangat berat.

Dia disuruh berjalan mengelilingi lapangan dengan cara berjongkok. Bagaimana yang akan terjadi? Ya ampun, Della sangat bodoh. Kenapa dia mau? Memalukan.

DellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang