Jeki adalah orang yang cukup aku kenal dengan baik. Dulu kami pernah satu sekolah saat SMP. Rumahnya juga tak terlalu jauh dari sekolah.
Julian : Jek lo dimana?
Dan tak butuh waktu lama untuk menunggu balasan.
Jeki : di rmh, knp Jul?
Julian : gue Jenbin, gue bisa minta tlg ga? Penting bgt ini, plisss
Jeki : oh lo Jen, tolong apaan?
Julian : lo bisa ke sklh ga? Hp gue ketinggalan di kelas
Jeki : oh yauda tunggu, gue jalan dulu
Julian : duhh makasi banyak yak
Tak ada balasan dari Jeki. Aku rasa ia sedang bersiap.
Sekitar 10 menit ponsel bang Julian berdering. Ada telpon dari Jeki.
"Halo Jek, gimana? Ada ga hp gue?"
"Kata temen lo ga ada. Disini ada Yasa sama Rafan"
"Hah? Serius lo? Ihhh coba kasih hp lo ke mereka"
"Woy jen, hp lo dimana emang tadi?"
"Fan, cariin dulu kek. Gue letakin di meja guru"
"Ga ada nih suer dah. Lo sih, ceroboh banget orangnya"
"Ish gue lupa anjir. Yauda dah kasih hp nya ke Jeki"
"Jadi gimana?"
"Hm yauda deh emang ga ada. Makasi banyak loh yaa Jek"
"Mungkin udah dibawa temen lo yang sebelumnya kali. Besok juga ketemu itu"
"Iya Jek iya. Makasi sekali lagi dahh"
"Yoi Jen"
Aku mematikan sambungan dan menyerahkan ponsel bang Julian. Aku merasa tak semangat sekarang.
"Gimana hp lo, udah ketemu?" tanya bang Julian
"Gatau, ilang"
Aku berjalan masuk ke kamarku. "Makanya jangan bego!!" teriak bang Julian
"Diem lo babi!"
Aku mengambil handuk serta pakaian ganti dan berjalan menuju kamar mandi. Aku sudah merasa sangat gerah sekarang.
***
Malam ini aku merasa benar-benar hampa tanpa ponsel. Aku mencoba untuk menonton televisi tapi tak ada acara yang bagus. Akhirnya aku memutuskan untuk tidur di kamar. Ini masih jam 8 dan belum waktuku untuk tidur.
Aku berbaring sambil menatap langit-langit kamarku. Benar-benar bosan.
"Argh," erangku
Mendadak aku mengubah posisiku menjadi duduk. Aku menatap ke depan dengan kosong. Percayalah aku memang sehampa ini tanpa ponsel.
Aku berjalan menuju cermin dan melihat pantulan diriku di sana. Tanganku menyelipkan ujung rambut ke telinga. Aku membenarkan sedikit rambutku yang berantakan. Sesekali aku membalikkan badan masih sambil melihat ke cermin.
Aku mengerucutkan bibirku, kemudian berjalan ke kasur dan duduk. Aku berbaring sambil melamun sampai tertidur.
***
15 Agustus 2019
Aku berangkat ke sekolah mengenakan pakaian olahraga. Hari ini sekolahku mengadakan kegiatan gerak jalan. Jujur aku sekarang merasa tak bersemangat.
Aku bingung ketika baru sampai sekolah, pasalnya semua siswa siswi sudah baris di lapangan.
"Lah gue telat?" tanyaku pada diri sendiri. Aku melirik jam tangan yang bertengger manis di tangan kiriku. Ternyata benar, ini sudah pukul 7.42 WIB. Aku sudah telat 12 menit.
Setelah selesai meletakkan tas di kelas aku berjalan menuju barisan kelasku, 12 Ipa 4. Aku berdiri di belakang Discha. Discha yang melihat aku baru sampai langsung memburuku dengan pertanyaan.
"Jen, kok lo lama banget sih?"
"Macet," ucapku. Aku menatap sepatuku lama.
"Gimana hp lo? Udah ketemu belum?"
"Belum," jawabku lesu. Tapi.. tunggu dulu.
"Kok lo tau?" tanyaku. Kenapa dia bisa tau ponselku hilang.
"Yasa sama Rafan yang kasih tau ke grup kelas," jawab Discha
"Hmm gitu," ucapku lesu
Yasa tiba-tiba menepuk pundakku, membuatku menoleh padanya.
"Emang lo letak dimana terakhir? Gue semalem belakangan pulang sama Rafan, beresin alat-alat tapi ga liat hp lo," ucap Yasa
"Gue letakin di meja guru," ucapku. Tanpa kusadari ternyata air mataku sudah turun.
Aku menunduk karena malu telah menangis. Aku segera mengusap wajahku kasar untuk menghilangkan jejak air mata di pipiku. Kemudian yang kulakukan selanjutnya hanya berpura-pura fokus mendengar penjelasan dari guru di depan.
Guruku sedang menjelaskan rute yang akan kami lewatin nantinya. Aku merasa haus sekarang ini. Aku berjalan masuk ke dalam kelas yang tak jauh dari posisi barisan kelasku. Aku harap tak ada yang melihat, terkhususnya guru.
Jangan lupa vote!
Pencet bintang disini
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu dan Bandung
Teen FictionIni tentang dia yang datang bersama Bandung, kotanya. Bandung, aku suka kamu. Seperti kata Pidi Baiq," Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi." Aku setuju.