3. Reynaldo Dan Bunda

8 1 0
                                    

Rasa sakit yang nyata adalah ketika kita melihat, orang yang kita sayangi benar-benar terluka.

🌛🌛🌛

Reyna sudah keluar dari ruangan Pak Tommy, ia berfikir Pak Tommy mengetahui dirinya yang bolos. Ternyata tidak, Pak Tommy berfikir Reyna tidak masuk saat jam matkul nya karena ada hal yang mendesak. Jadi di maklumi, walaupun nyatanya tidak seperti itu.

Setelah mata kuliah terakhir selsai ia bergegas menuju indomaret dan menjenguk sang Bunda. Setiap kali ingin berjumpa dengan Bunda, jantung nya mendadak tidak normal. Berdetak lebih kencang dari biasanya.

Setiap kali ia menjenguk sang Bunda, hal buruk selalu saja terjadi. Tetapi harapnya saat ini tidak akan terjadi hal buruk. Walaupun ia tahu, berharap sesuatu itu akan menyakitkan.

Di sela perjalanan menuju rumah sakit tiba-tiba ponsel yang sedari tadi diacuhkan Reyna bergetar hebat.

"Hollaaa my twin, how are youu?" Sapa penelpon disebelah sana.

"Hm, baik." Jawab Reyna singkat.

"Besok pagi gue bakalan ke bogor, gue akan pindah kesana. Gimana? Kaget gak?" Tanya nya lagi.

"Lo serius do? Tante sama om memangnya ngizinin lo pindah gitu aja?" Tanya Reyna cukup terkejut.

Penelpon itu adalah kembarannya yang tinggal di Amerika, mereka lahir hanya berbeda 5 menit saja. Nama nya Reynaldo Ardhino. Sikap nya yang jelas bertolak belakang dengan kembaran nya. Mereka dipisahkan karena Reynal ingin melanjutkan sekolah di negeri asing itu. Tetapi kenapa saat ini ia tiba-tiba mendadak ingin pindah ke kota kelahirannya. Bahkan dulu saat kecil ia ingin sekali menetap disana.

"Tante sama om ngizin reyn, gue udah pesen tiket buat balik ke bogor. Gue juga mau jagain lo kali disana, oya btw kabar bunda gimana?" Jelas Reynal.

"Masih sama, belum ada yang berubah." Jawab Reyna dengan lesu.

Perihal masalah bundanya ia sangat sensitif.

"Yasudah biarkan seperti ini dulu. Lo belum mau tinggal dirumah?" Tanya Reynal dengan hati-hati.

"Gak akan pernah kalau bunda belum ada dirumah," ucap Reyna sembari terisak.

"Jangan diinget yang buruk nya Reyn, inget yang baiknya. Bunda pasti sembuh percaya deh," ujar Reynal sembari menenangkan. Jujur alasan Reynal pindah hanya karena khawatir dengan Reyna.

Disaat kejadian mengenaskan 5 tahun lalu Reynal dan Reyna masih berada disatu atap yang sama. Bahkan dengan jelas kedua nya melihat kejadian itu bersama.

Tetapi Reynal sudah mengurus pindahan nya ke Amerika, melanjutkan sekolah menengah atas di sana. Jadi mau tidak mau ia harus berangkat kesana, meninggalkan adik kembar nya seorang diri. Bukan hanya Reyna yang terpuruk, Reynal juga sama terpuruknya dengan Reyna. Hanya saja Reynal mampu menutupi itu semua. Seolah-olah tetap tegar, demi sang Bunda.

Awalnya Reynal sangat takut meninggalkan Reyna sendirian, apa lagi dengan keadaan seperti ini. Untung saja Reyna menyemangati nya. Ia bilang, "Lo pergi aja Reynal, gue disini baik-baik aja. Kan katanya lo mau ketemu captain amerika disana, gue tunggu lo pulang. Tapi pulangnya bawa captain amerika ya," ujar Reyna saat ia masih menduduki bangku kelas 3 SMP.

Dengan berat hati, ia akhir nya pergi. Tentu saja membawa kenangan buruk yang sampai saat ini terekam jelas dalam otaknya.

"Iya gue percaya, hari ini gue mau kerumah bunda. Doain ya biar gak diusir lagi," ujar Reyna penuh harap.

"Pasti dong, lo jangan sedih terus. Gue jadi ikutan nangis nih, lo kan tau kita kembar. Ikatan batin nya kuat banget," kata Reynal sembari mengusap air mata nya yang tiba-tiba mengalir begitu saja dipipinya. Jelas sekali bahwa Reyna sedang menangis.

"Iya maaf,"

"Padahal gue sama lo udah jauh banget ya, tapi tetep aja anak kembar gak bisa boong. Lo nangis, gue juga ikutan. Jadi cengeng kan gue," ledek Reynal sembari menyeka air matanya yang terus turun.

"Jangan lupa pulangnya bawa captain amerika," ujar Reyna.

Reynal diujung sana tersenyum, adik nya masih sama. Menyukai captain Amerika, ia pikir dia akan membenci captain Amerika. Karena saat itu juga ia pergi ingin bertemu captain Amerika. Padahal ia tahu itu hanya di film-film saja.

"Ahsiap my twin,"

"REYNALDO LO GAK KANGEN NAPA SAMA GUE," teriak gadis disebelah Reyna.

"Reyn lo ngajak nenek lampir? Astaga kuat banget lo temenan sama nenek lampir." Ledek Reynal sembari terkekeh.

"REYNALDO SIALAN, MASA CEWEK CANTIK BADAY GINI DI BILANG NENEK LAMPIR."

"whahahaha, cantik dari hongkong kali. Ngapain amat gue kangen sama nenek lampir kayak lo, eh btw cewek disini banyak yang lebih cantik ketimbang lo." Ucap Reynal membuat Keyra memanyunkan bibirnya.

"Reyna kembaran lo kenapa sih ngeselin mulu," tanya Keyra kepada Reyna namun hanya dijawab gelengan.

"Ngeselin juga tapi ngangenin kan?" Celetuk Reynal membuat Keyra ingin menonjok kepalanya.

"GAK USAH PULANG AJA SEKALIAN, REYNA GUE BAWA KABUR. LIATIN AJA LO," teriak Keyra lalu mematikan panggilan telpon.

Reyna hanya menggelengkan kepalanya, sudah biasa kalau Keyra dan Reynal bertengkar. Mereka tidak pernah akur, padahal ia berteman sejak bayi. Reynal yang suka nya mengganggu Keyra, dan Keyra yang suka memancing Reynal. Kompak sekali bukan mereka berdua?

"Jangan kebanyakan berantem, nanti suka." Celetuk Reyna yang sedari tadi hanya diam.

"Gue? Suka sama dia? Helooooo gak mungkin!!!!" Tegas Keyra.

****

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan cukup jauh sekitar satu jam. Akhirnya mereka berdua sampai disebuah rumah sakit gangguan jiwa. RSJ, tentu saja membuat Reyna merasakan sesak didadanya. Ia bertemu bunda sama saja mengingat hal-hal yang lalu.

"Bunda, reyna datang." Ujar Reyna saat memasuki ruang khusus Bundanya.

"Mbak Reyna, sedari tadi bu Ninda mengamuk hebat. Sepertinya memori yang dulu terputar lagi dalam benaknya, sampai saat ini ia belum makan." Ujar Suster Yunita, perawat yang merawat Bunda.

"Tapi bunda gak ada yang luka kan sus?" Tanya Reyna sangat khawatir. Pasalnya setiap kali Bunda nya mengamuk itu menyakiti dirinya sendiri.

"Alhamdulilah nggak mbak, kalau begitu saya permisi dulu ya mbak. Kalau ada apa-apa sama bu Ninda bisa cari saya," ucap Suster Yunita lalu meninggalkan Reyna dan Keyra.

"Ayok masuk," ajak Keyra, ia tahu sahabatnya lagi merasakan ketakutan. Terlihat jelas dari wajahnya, "semua akan baik-baik aja reyn," lanjutnya lagi.

Dengan langkah kaki yang berat ia menghampiri orangtua nya.

"Bundaaa, reyna kangen." Ucap Reyna sembari terisak. Ninda yang merasa terpanggil menoleh.

"SIAPA KAMU? SIAPA? KAMU PASTI MAU JAHATIN AKU KAN? PERGI SANA KAMU PERGI, KAMU BUKAN REYNA ANAK KU. ANAKU MASIH KECIL, PERGI KAMU PERGI. PERI TOLONG AKU PERI, ADA YANG MAU JAHATIN AKU. TOLONG PERI," teriak histeris Ninda membuat hati Reyna teriris.

"Bunda ini Reyna, putri bunda." Ucap Reyna sembari memeluk Ninda.

Namun dengan kasar Ninda mendorong Reyna hingga terbentur ujung tempat tidur.

"Arghhh,"

🌬🌬🌬

HUAH AUTHOR SENDIRI SEDIH BACANYA:(

HAPPY READING ENJOY😭

14 Desember 2019

Heart, Are You Okey? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang