3. Mengganggu (Nayeon)

90 10 0
                                    

Aku teringat lagi dengan sesuatu yang kurang menyenangkan. Ya... Jungkook. Tatapannya masih menakutkan seperti menyimpan dendam lama. Aku pun cepat-cepat mengalihkan pandangan dan berusaha seperti tidak terjadi apa-apa.

Suara bel istirahat berbunyi....:

"Ayo Nay, kita ke kantin istirahat dulu." Ajak Jisoo.

"O iyaa... nanti aku susul ya.. masih nanggung nih." Jawab ku. Aku masih dalam tahap penyesuaian cara belajar di sekolah. Maka dari itu aku sedikit lambat.

"Gak apa-apa nih kalau kita duluan?" Tanya Wendy yang berjalan dari belakang.

"Gak apa-apa kok. Beneran." Jawabku sambil tersenyum.

Aku merasakan ketulusan hati dari Jisoo dan Wendy. Seperti inikah yang namanya pertemanan. Ah... aku sudah lupa rasanya. Tapi bagaimanapun juga aku harus tetap berhati-hati, agar kejadian lalu tak terulang kembali.

Aku sudah menyelesaikan tugasku dan berniat menyusul Wendy dan Jisoo. Tetapi baru saja akan keluar dari kelas, di depan pintu aku menabrak tangan seseorang yang sepertinya sengaja diulurkan untuk menghadang langkahku.

"Apa mau mu haa?" Tanya laki-laki itu spontan sampai membuatku kaget dan gelagapan. Dia melingkarkan tangannya didada seperti menginterogasi.

"Aku tidak mengerti maksudmu. Biarkan aku pergi." Kataku cuek sambil ingin pergi meninggalkan orang ini. Tapi langkahnya trs mengikuti langkahku. Jika aku kekanan dia kekanan begitu juga sebaliknya. Aishhhh aku belum siap jika harus berurusan dengan orang ini.

"Jangan sok cuek. Kamu sudah mengikuti ku sampai seperti ini jadi aku akan sedikit berbaik hati denganmu." Katanya dengan angkuh.

"Aku benar-benar tidak tahu apa yang kamu maksud." Kataku sambil sedikit menyunggingkan senyum frustrasi.

"Jika kamu ingin mengucapkan 'maaf' cepat katakan. Aku tidak punya banyak waktu." Katanya dengan kepercayaan diri yang tinggi.

"Dasar gila..." kataku sambil cepat-cepat pergi. Langkahku yang cepat mendorong tubuhnya yang sedari tadi menghadang jalanku. Sepertinya dia kaget tapi aku tidak peduli.

Aku melihat toilet dan aku langsung memasukinya. Kuurungkan niatku untuk menemui Wendy dan Jisoo di kantin.

Sambil terduduk lemas aku mencoba mengatasi kegelisahanku, rasanya jantugku berdetak sangat cepat. Keringat membasahi seluruh tubuh. Tanganku juga gemetar. Kini pertahananku akhirnya roboh juga. Seberapa kerasnya aku mencoba kuat dihadapkan orang itu, ternyata kehadirannya masih saja terasa sangat mengganggu.

Rasa takut ini, aku harus bisa mengatasinya. Aku meraba saku ku. Syukurlah aku menemukan obat ku disana. Ibu selalu mengingatkan ku agar selalu membawanya kemanapun. Setelah aku minum rasanya sedikit membaik. Akupun kembali kekelas.

Saat aku tiba dikelas Wendy dan Jisoo sudah berada disana.

"Dari mana kamu, Nay? Kenapa tidak menyusul kami?" Tanya Wendy saat melihatku datang mendekat.

"Tiba-tiba aku sakit perut jadi ke toilet sebentar tadi. Maaf ya..." jawab ku menyesal.

Apakah sekarang sudah membaik?" Tanya Wendy lagi. Sepertinya dia sosok yang sangat perhatian.

"Iya, sudah." Jawabku

Setelah menjawab pertanyaan dari Wendy aku pun duduk. Kepalaku masih sedikit pusing.

"Kenapa kamu berkeringat, Nay? Kamu juga terlihat pucat. Apa kamu sakit?" Tanya Jisoo khawatir.

"Ah tidak... ini karena sakit perut tadi. Sebentar lagi pasti akan membaik." Jawabku. Aku tidak percaya aku harus membohongi teman pertama yang kutemui disekolah baru ini. Aku menyesal dengan semua ini.

Bel tanda pelajaran akan segera dimulai pun berbunyi. Beberapa anak dengan genk nya masing-masing mulai berdatangan. Ada sekelompok anak yang biasa-biasa saja. Ada Jennie dan genk nya yang datang  kemudian yang lain menyingkir memberi jalan. Ada juga Jungkook dan beberapa teman-teman nya semua terlihat exclusive. Dan tidak lupa dia memberikan tatapan dingin yang menakutkan.

Di gerombolan terakhir ada sekitar 5 anak laki-laki datang yang sebelumnya tidak aku lihat di kelas. Mungkin mereka anak-anak yang sering bolos yang dimaksud pak Lee Young Dae tadi. Perhatianku seketika tertuju pada salah satu dari mereka. Sosoknya seperti tidak asing. Bahkan terasa sangat familiar. Tapi aku tidak bisa mengingatnya.

Tanpa kusadari pandanganku mengikuti kemana mereka berjalan. Mereka menuju 5 bangku kosong yang tepat berada disebelahku. Dan sosok yang tak asing tadi duduk tepat disampingku. Aku masih berusaha mengingat sosok itu dan tanpa kusadari aku masih terus menatapnya.

"Apa lihat-lihat?" Bentaknya. Seketika langsung membuatku tersadar.

"Wah anak baru ya.."

"Boleh juga kayaknya"

"Jinyoung, jangan kasar dengan anak baru."

"Tambah lagi penggemarmu, Jinyoung."

Teman-teman nya saling menyahut sambil tertawa cekikikan.

Jisoo menyenggolkan pundaknya ke arahku sambil berbisik.

"Namanya Park Jinyoung. Dia memang sedikit kasar dan cuek. Tapi kalau dilihat-lihat cool juga sih. Dia lumayan punya penggemar juga. Kamu naksir ya?" Bisik Jisoo sambil tersenyum.

"Haa.. tidak! Tidak! Bukan begitu." Bantahku. Jisoo terus tersenyum menggoda. Obrolan kami terhenti saat guru masuk ke kelas.

Jam pelajaran berakhir. Jisoo dan Wendy mengajakku keluar kelas bersama-sama. Kami berjalan santai sambil ngobrol-ngobrol.

"Kamu tinggal dimana, Nay?" Tanya Wendy

"Itu loo kedai kecil masakan tradisional Korea yang didekat lampu lalu lintas." Jawabku.

"Ooo itu punya keluargamu." Kata Jisoo "kita boleh dong kapan-kapan mampir. Diskon yaaa..." Kata Jisoo bersemangat.

"Aduh Nay, mendingan kamu ralat deh tempat tinggalmu dimana. Bisa-bisa Jisoo setiap hari datang kesana dan minta diskon." Aku dan Wendy tertawa dan Jisoo hanya bisa memanyunkan bibirnya.

Saat kami tengah bercanda tiba-tiba ada seseorang yang lewat dan menabrak ku. Badannya yang tinggi membuatku tidak seimbang dan terjatuh ke lantai.

"Kamu nggak punya mata? Cepat minta maaf." Kata orang itu dengan seenaknya.

"Eh Jungkook.. kan kamu yang nabrak. Kamu donk yang harusnya minta maaf." Kata Wendy membela.

Ternyata Jungkook yang menabrakku. Tidak ragu lagi kali ini pasti dia sengaja. Rupanya dendam sekali dia padaku. Untuk ke depannya mungkin dia akan terus mengganggu. Aku harus menyiapkan mentalku.

Jisoo membantuku berdiri dan mengajak Wendy segera pergi dan tidak meladeni Jungkook. Kami pun pergi.

"Kamu nggak apa-apa Nay? Ada yang sakit nggak?" Tanya Jisoo khawatir.

"Nggak kok. Aku baik-baik aja." Jawabku

"Kenapa sih dia? Dia emang anaknya angkuh tp tuh biasanya nggak akan mengganggu rakyat jelata kayak kita. " Kata Wendy masih emosi dan penasaran.

"Iya ya... tapi sudahlah lain kali kita harus berhati-hati lagi agar tidak berurusan dengan Jungkook atau genk-genk yang berkuasa lainnya. Males banget." Kata Jisoo. Wendy pun setuju. Tapi bagiku mungkin ini adalah permulaan. Haaahhhh...

One In A MillionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang