3

29 7 2
                                    


¤

   Mentari indah pagi ini, sudah siap ke sekolah tinggal turun terus pamit sama mama.

"Ma jeana berangkat dulu ya", ucapku sambil mencium tangan mama.

"Oh iya, hari ini kamu nggak berangkat sama mang diman"

Lah pikirku kalau tidak sama mang diman jadi ke sekolah bareng siapa,pikirku heran.

"Terus jeana berangkata bareng siapa"

"Itu sama temen kamu udah nungguin di depan"

Setelah itu aku langsung pergi kedepan, karena penasaran. Kira-kira siapa gerangan yang sudah datang.

"Ayo berangkat", ucap seseorang itu.

Oh astaga, mau apalagi si gila ini. Ya orang gila yang aku sebut siapa lagi kalau bukan Gwala Sadewa.

"Jeana, mau sampai kapan bengong disini", tegurnya.

Ia menarik tanganku dan pergi ke sekolah bersamanya. Setiba di sekolah, semua mata tertuju pada kami berdua. Sudah kukira ini pasti akan menjadi pusat perhatian. Karena baru pertama kali sejarahnya di sma aksara. Seorang bintang lugu berangkat bersama es batu.

"Makasih", ucapku berlalu pergi meninggalkannya disana.

Kukira dia tidak akan mengikutiku, tapi ternyata aku salah. Dengan tanpa dosa dia menggandeng tanganku lalu berjalan bersama.

"Apa yang sedang kamu lakukan, lepasin", bisikku padanya kesal.

Tapi ia malah menuli, dan memilih untuk tidak perduli. Tetap berjalan sambil mendengarkan ocehan orang-orang, dan tetap berjalan tegak menggenggam tanganku lebih erat.

Tiba di depan kelas dia melepaskan tautan tangan kami berdua.

"Aku sudah membawamu masuk ke dalam opini orang-orang. Jadi sekarang aku akan melindungimu bila nanti ada cibiran", ucapnya berubah dingin, dan berlalu meninggalkanku yang masih terpaku.

"Cuk!jeana oey!pr mana cuy", teriak Arin membuyarkan lamunanku.

Aku langsung menghampirinya, lalu menyodorkan tugas rumahku pada Arin.

"Kenapa tadi sama Gwala", tanya Arin.

"Nggak"

Jam istirahat tiba, Aku dan arin menuju kantin. Di sepanjang perjalanan, banyak sekali bisikan dari orang-orang.

"Kayanya harus ada yang kamu jelasin deh", ucap Arin penuh selidik.

"Iya"

"Terus jadi kenapa", tanya Arin.

"Jadi tadi berangkat bareng Gwala, terus jadi heboh gini"

"Jeana", teriak Arin histeris. Ya taulah suara Arin yang melengking membuat kuping seiisi kantin lari dari tempatnya.

"Jangan teriak Arin", ucapku kesal.

"Udah pacaran belum", goda Arin.

"Pacaran apa"

Jeana RachelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang