Arjuna

2.5K 86 17
                                    

Sudah hampir seharian Reza duduk di depan tenda, sekedar menunggu badai reda dan seseorang pulang.

Hatinya berdegup, senyum tersungging indah di bibirnya. Perasaan seperti ini seakan menghipnotis dia menjadi lebih kuat.

Pucuk dicinta ulam tiba. Sebuah mobil besar dengan aksen hijau gelap berhenti tidak jauh darinya. Suara mesin yang kencang membuat siapa saja langsung melihatnya.

Satu persatu penumpang mobil itu turun, namun orang yang ia tunggu tidak nampak.

"Bukan.. bukan.. bukan" batinnya

Temannya, Bastian datang dengan senjata lengkap ditangannya, berjalan kearah tenda sekedar merebahkan punggungnya dan menghilangkan rasa kram yang menjalar sedari tadi.

"Bas, yang lain mana?" Tanya Reza saat temannya itu melihat kearahnya dan melempar seutas senyum

"Siapa?"

"Sisanya, bukannya kalian berangkat ber dua puluh, tapi kulihat hanya lima belas yang turun" Reza seakan menutup rapat jati diri seseorang yang ia maksud, mencoba mengatur pertanyaannya serapih mungkin.

"Yang lain di pos 5, ada beberapa anak kecil terjebak, setelah Isya kami akan kembali kesana" ucap Bastian yang berlalu masuk kedalam tenda.

Senyum dibibir Reza hilang, digantikan sebuah guratan kekhawatiran. Badai sebentar lagi dimulai.

***

"Loh. Kamu gak ikut pulang?"

Suara pemuda sebayanya mengejutkan Rianna. Dilihatnya pemuda itu membawa secangkir kopi hangat yang mengepul.

Sudah tiga puluh menit sejak dia dan beberapa tim lainnya berhasil mengevakuasi anak-anak yang terjebak. Tinggal menunggu mobil datang dan membawa mereka kembali.

"Belum mas. Lagian disini perempuan saya sendiri, saya tau kalau anak-anak ini masih ketakutan" ucap Rianna sembari memberikan beberapa bungkus biskuit dan membagikannya kepada anak-anak

Pemuda itu mengangguk "Buat kamu" ucapnya sembari menyodorkan cangkir yang tadi ia bawa "Belum diminum, gak usah sungkan"

Untuk beberapa detik Rianna seperti enggan merespon. Tapi dilihatnya pemuda berkaus abu-abu itu seperti menunggu responnya.

"Makasih mas" ucap Rianna sembari mengambil cangkir yang pemuda itu pegang

"Nama saya Arjuna, panggil saja Juna, saya pasukan khusus dari Bandung, sepertinya kamu bukan tentara disini yah"

Juna melihat Rianna dengan seksama. Seragam Rianna sudah ia tanggalkan dari tadi, kini dia hanya memaki kaos berwarna sama dengan Juna pakai.

"Saya bukan tentara mas, saya hanya membantu disini" ucapnya kikuk

"Panggil saja Juna, gak perlu mas mas lagi"

Juna kemudian berlalu meninggalkan Rianna yang terdiam. Entah harus bereaksi seperti apa, tapi Rianna seperti melihat sosok yang ia kenal saat melihat Juna. Tapi siapa.

***

Hujan turun dengar deras, beberapa kali gemuruh bersahutan seakan menakuti siapa saja yang melihatnya.

Kilat pun saling menyambar, angin bertiup dengan kencang, menambah kesan mencekam di kota ini.

"Belum ada tanda-tanda regu 2 pulang, apa tidak sebaiknya kita susul mereka?" Reza yang sedari tadi ikut bergabung dengan beberapa temannya di tenda memecahkan obrolan mereka.

"Mereka sudah buat tenda disana, beberapa anggota juga sudah disana sejak sore, dan medis pun tersedia, tidak akan ada apa-apa"

Tapi tetap saja, Reza merasa khawatir. Mengingat kalau Rianna adalah seorang gadis, dan sendirian.

Mata Reza menerobos lebatnya badai, mencari celah dimana keberadaan gadis yang ia tunggu itu.

***

"Sepertinya hujan akan turun hingga malam, sebaiknya untuk malam ini kita menginap disini" ucap Juna sambil membawakan selimut dan membagikannya kepada anak-anak

"Apa tidak sebaiknya kita menghubungi pos utama dan meminta jatah selimut lebih banyak. Sepertinya selimut yang kita bawa tidak cukup"

Juna melihat tumpukan selimut yang tersusun di dalam dus. "Kamu benar, tapi cuaca seperti ini siapa yang mau menghantarkannya"

Rianna melihat lebatnya badai. Beberapa kali suara petir membuat nyalinya ciut. Rasa bencinya pada hujan kali ini harus ia hilangkan, dia tidak mau semua yang ada disini melihat kelemahannya.

"Kenapa?" Tanya Juna

"Tidak ada apa-apa" Rianna pergi meninggalkan Juna, merapatkan tangannya sekedar mengusir dinginnya malam.

Mata Rianna menatap jauh, mengingat betapa sulitnya dia saat hujan turun. Kenangan pahit itu seakan terputar otomatis di otaknya. Dia sangat benci itu. Ingin rasanya dia menghilang sekedar saat hujan turun.

"Kenapa, nggak baik ngelamun di tengah badai" Juna masuk dan menghampiri Rianna sembari membawa jaket miliknya

"Nggak papa mas, hanya sedang menunggu kapan hujan berhenti"

Juna menyodorkan jaket yang ia pegang "Namamu Rianna kan, maaf tadi saya tidak sengaja melihatnya di buku absen"

Rianna menatap Juna lekat.

"Nama saya..."

"Juna. Arjuna"

"Kirain kamu lupa, tapi bagus deh kalo inget"

Juna menunggu respon gadis di hadapannya. Jaket yang ia pegang masih tergantung di udara.

"Maaf" Seperti kesabarannya habis, Juna dengan sigap langsung memakaikan jaket itu ke tubuh Rianna. Rianna yang kaget langsung menatap Juna tajam.

"Tidak usah mas"

"Gak papa, kamu kelihatan kedinginan. Jadi dari pada jaket saya nganggur, kenapa tidak kamu pakai saja"

Setelah mengatakan itu Juna pergi meninggalkan Rianna seorang diri.

"Sendirian memang membuat kamu nyaman. Dan mencoba melupakan masa lalu memang mudah. Tapi apa tidak sebaiknya berbagi dengan seseorang dan menyimpan memori itu sedikit lebih lama, agar perasaan kamu jadi lebih baik"

Juna melihat Rianna lekat. Seutas senyuman tersungging di bibirnya. Gadis yang ia tatap hanya membalas dengan tatapan bingung, dan kemudian mengacuhkannya.

Kini Juna memilih pergi. Membiarkan gadis itu ditemani kesunyian. Hanya gemuruh serta suara hujan yang beradu dengan atap tenda menjadi temannya.

Mata Rianna menatap jaket yang membalut tubuhnya dengan lekat. Kini dikepalanya sudah ada sosok yang seakan hidup di raga Juna. Seseorang yang sudah menjatuhkan hatinya.

"Mas Naga"

****

TBC

Kira-kira Arjuna ini ada rasa sama Rianna atau nggak yah, atau hanya kasihan.

Seneng deh kalo Rianna bisa nyaman, tapi kayaknya butuh usaha juga Arjuna bisa jatuhin hatinya Rianna. 🤣😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang