7

1.6K 54 1
                                    

"Kalau cinta itu dihati aja jangan di jiwa,
Biar kalau putus sakit hati aja jangan sampai sakit jiwa"

💣

pagi ini hujan turun dengan deras. Membuat murid sejagat raya malas untuk berangkat sekolah.

"Yailah pake hujan segala lagi" keluh Nadia

"Kak Reyhan berangkat bareng ya?" pinta Nadia kepada Reyhan yang sedang sibuk memakai sepatu

"Gak boleh!" larang Reyhan
"Kenapa?"
"Mau berangkat bareng cewek gua" jawab Reyhan ketus
"Dih emang ada yang mau pacaran sama lo?" Nadia malah meledek Reyhan

Reyhan tidak mengubris ucapan sang adik, Reyhan mengambil kunci mobil dan melangkah menuju pintu garasi.

"KAK REYHAN NADIA BARENG" teriak Nadia yang melihat Reyhan sudah masuk kedalam mobil.

Mobil Reyhan keluar dari garasi rumah dan mulai membelah jalan yang penuh dengan genangan air.

Di dalam mobil hanya terdengar suara yang terputar dari radio, baik Nadia maupun Reyhan memilih untuk diam dan sibuk dengan kesibukkannya masing-masing.

Setelah 15 menit berlalu sampailah Reyhan dan Nadia di sekolah, memasuki gerbang sekolah yang ramai dengan siswa siswi yang baru saja keluar dari kendaraannya masing-masing.

"Kak, lu bawa payung?" Tanya nadia seraya melepas sabuk pengaman

"Coba cari di jok belakang ada atau gak" suruh Reyhan yang masih sibuk dengan stir mobil.

Nadia mencoba mencari payung yang dimaksud Reyhan namun tidak berhasil menemukannya.

"Gak ada kak" ucap Nadia yang masih sibuk mencari payung di jok belakang.

"Cari dulu yang bener" perintah Reyhan

"Ini udah di cari gak ada, trus gimana dong?" Nadia kembali keposisi awal dan menatap Reyhan dengan ekspresi wajah seperti bertanya

Reyhan membuka jaket yang sedari tadi ia gunakan dan memberikannya kepada Nadia. "Nih lu pake jaket gua"

"Trus lu gimana?"

"Udah yang penting lu dulu" Reyhan mendorong tubuh Nadia menyuruhnya keluar dari mobil

"Really?"
"Hm, udah cepetan" lagi dan lagi Reyhan mendorong tubuh Nadia untuk keluar dari mobil dan meninggalkannya sendiri didalam.

Nadia membuka pintu mobil dan menggunakan jaket Reyhan sebagai payung untuk menuju koridor sekolah.

Sampai di koridor Nadia merapikan rambutnya yang sedikit basah dan tidak sadar kibasan rambutnya mengenai orang yang berada di sampingnya.

"Eh cewek reseh" sapa Vano yang kini berada di hadapan Nadia

Nadia melangkah mundur melihat Vano yang berada dihadapannya.
"Mau apa lo?" Tanya Nadia waspada

"Enggak, cuma mau ngasih tau kalau kibasan rambut lo tadi kena muka gue" ujar Vano seraya tersenyum penuh arti

Muka Nadia yang tadinya sok galak kini berubah jadi merah karna malu atas perilakunya yang sangat konyol.

"Kok diem? Gerogi ya deket sama cowok ganteng kaya gue?" Vano menaik turunkan alis meledek Nadia

"Yeh, jangan kepedean deh lo" emosi Nadia kini memuncak kembali

"Cantik tapi sayangnya galak, nanti cowok-cowok pada ga mau loh" Vano senang melihat wajah emosi Nadia

"Masalah? Lagian jangan sok tau deh jadi orang" api dalam tubuh Nadia semakin besar

"Gak deh kayaknya, soalnya suatu saat lo bakal jadi milik gue" Ucap Vano dengan PDnya

"Gue saranin buat lo ya, kalau mengahayal jangan tinggi-tinggi nanti kalau jatuh sakit" ucap Nadia seraya mengutuk Vano di dalam hatinya

"Cie khawatir sama gue" ucap Vano sambil mencolek-colek bahu Nadia

"Serah lo"

Dari pada masalahnya gak selesai-selesai sama si cowok gak waras itu lebih baik dia pergi meninggalkannya dan bergegas masuk ke kelas.

Sampai dikelas Nadia langsung duduk di bangkunya dan menaruh tas di atas meja.
Keadaan kelas masih sepi hanya ada beberapa orang yang ada di dalam kelas dan sedang sibuk membersihkan diri sehabis terkena hujan saat berangkat tadi.

Nadia membuka novel yang sedari tadi di genggamnya dan mulai masuk dalam cerita yang ada di dalam novel.

"Hai Nad!" sapa Vara yang baru saja kembali dari kantin untuk membeli roti

Nadia hanya menoleh dan kembali membaca buku yang ada dihadapannya.

"Hai Nadia apa kabar?" Tika berdiri tepat dihadapan Nadia.

"Gak usah sok baik deh, bilang aja 'Nadia minjem buku fisika dong gue mau nyalin' yakan?" cecar Vara yang sudah hafal dengan sifat temennya, untuk apalagi kalau bukan meminjam buku fisika milik Nadia.

Tika tersenyum malu disusul anggukan kepala.

Nadia merogoh laci mejanya dan mendapatkan buku berwarna hijau miliknya, tanpa pikir panjang Nadia langsung memberikan buku fisikanya ke Tika.

"Gue pinjem dulu ya" ucap Tika yang sudah pergi untuk menyalin tugas fisika.

"Untung gue udah" ucap Vara bangga.
"Lu udah ra? Liat dong" Citra menadahkan tangan kepada Vara
"Udah lah"

"Untung gua pap ke lu ra" sindir Nadia yang masih sibuk di dunia bacanya.

"Yeh gue kira lu usaha sendiri ngerjain tugas fisika, gak taunya minta pap ke Nadia" Citra yang tadinya ingin memuji Vara kini keinginannya ia tarik kembali.

"Yaelah gue minta ke Nadia juga butuh usaha"
"Alah ngeles aja lo, yaudah sini gue liat"

"NADIA!!" Teriak rian dengan nafas terengah-engah seperti habis di kejar setan.

Rian melihat sekeliling kelasnya dan mendapatkan teman-temannya sedang berkumpul di barisan pojok, sedang apalagi kalau bukan menyalin jawaban fisika milik Nadia.

Nadia langsung membuka tas dan menaruhnya sembarangan.

"EH PINJEM PULPEN DONG" Teriak rian

"Woy rian jangan teriak-teriak mulu dong, nih tangkep" Citra melempar pulpen kearah rian dan mendarat dengan sempurna.

Sudah tidak aneh bagi Nadia, mengerjakan tugas dan besok akan di salin oleh teman-temannya kecuali Aldy.

Bisa dibilang nilai fisika Nadia dan Aldy selalu main kejar-kajaran, terkadang nilai Nadia lebih besar dan kadang nilai Aldy yang lebih besar. Selalu begitu.

Tapi jika Nadia disuruh pilih 20 soal sejarah dan 40 soal fisika maka Nadia akan memilih fisika walaupun soalnya lebih banyak dibandingkan soal sejarah, tak apa dari pada ia pusing dengan soal sejarah.

Nadia lebih sering memberikan jawaban fisikanya di banding Aldy yang terkesan pelit dengan jawaban.

Peringkat gak penting, yang penting kita lulus bareng-bareng.
Itulah kata-kata yang sering di lontarkan oleh anak X IPA 2 untuk Aldy yang pelit dengan ilmu.

Bel sudah berbunyi 3 menit yang lalu, tak lama pun bu Ana sudah memasuki kelas yang ada Nadia di dalamnya.

Buku fisika milik Nadia sudah berada di meja Nadia yang menandakan bahwa teman-temannya sudah selesai menyalin jawabannya.

"Ya, kumpulkan buku tugas kalian di meja terdepan dan ibu mau kalian jujur, siapa yang tidak mengerjakan tugas yang ibu beri? Angkat tangan" jelas bu Ana untuk memulai pelajaran.

Ya jelas tidak ada lah, mereka kan sudah mengerjakannya sebelum bu Ana masuk kelas.

Update lagi nih..

Happy reading guys...
See you...

Khairunnisa
Next ga?

151219

kakak kelasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang