Aku selalu suka bagaimana kita menghabiskan waktu berdua di taman belakang rumah sambil duduk berhadapan di kursi kayu yang menyatu dengan meja. Es kopi di kananmu, es jeruk di kiriku. Tanganmu menggenggam mouse, tanganku menari diatas kertas gambar.
Sesekali kamu melihat hasil gambarku, menanyakan ini-itu atau mencibir yang berakhir dengan mendaratnya ujung pensilku di kepalamu.
"Gambarmu bagus, tapi kok nggak pernah gambar aku ?" Tanyamu dengan wajah kesal yang menggemaskan.
Pernah, kamu hanya tidak tahu. Lagipula, tidak bagus juga hasilnya. Sebab aku tidak tahu bagaimana caranya menggambar keindahan yang persis dengan apa yang digambar Tuhan padamu.
Saat mendengar jawabanku, kamu reflek mengacak-acak rambutku. Tapi yang porak poranda malah hatiku.
"Kamu kok makin jago ngegombal"
"Siapa yang gombal ?" Protesku tidak terima, sambil merapikan rambut. "Itu fakta"
Lalu kamu tersenyum manis, ah maksudku narsis, sambil bertopang dagu menatapku. Aku benci kalau kamu begitu. Kan aku jadi makin terpesona! Tapi alih-alih mengakui, aku malah melemparmu dengan gumpalan tisu bekas yang selalu berhasil kamu elak sambil meleletkan lidah.
"Capek banget" Setiap setengah jam sekali, kamu pasti akan bilang begitu sambil menguap dan meregangkan otot. "Gila, ini kerjaan banyak banget. Mana besok divisiku harus presentasi pula, trus data-datanya belum di kirim sama anak-anak"
Aku tidak menginterupsi omelanmu walaupun aku juga bosan mendengar masalah yang itu-itu lagi; tentang anggota divisimu yang lelet. Apalagi setiap mendekati waktunya presentasi, kamu sebagai kepala divisi selalu seperti bekerja sendiri.
Aku bahkan pernah hampir melabrak para anggotamu yang karena keleletannya, sudah membuat waktu istirahatmu--juga waktu kencanmu--jadi berkurang banyak karena harus menyelesaikan ini-itu sendirian.
Kalau kamu sudah stress begitu, yang terjadi hanya dua. Apabila aku sedang santai, kita akan mengobrol sambil menertawakan apapun untuk melepas penatmu. Apabila aku sedang sibuk, kamu akan menjadi manusia paling jahil, yang mengganggu kerjaku sampai aku menyerah dan memilih untuk berhenti sejenak. Ujung-ujungnya sama, kita mengobrol sambil menertawakan apapun untuk melepas penatmu--dan penatku juga.
"Maaf ya, aku sering mengeluh dan kalau sudah begitu, aku pasti gangguin kerjamu" Katamu merasa bersalah, tumben. "Aku pasti menyebalkan. Tapi kamu kok nggak pernah marah ?"
"Karena aku ada bukan cuma buat menemani kamu waktu kamu lagi senang"
Kamu mengerutkan kening, berpikir. Agak lama, sampai akhirnya kamu menyadari, "Itu kan kata-kataku"
Aku tertawa.
Iya, itu jawabanmu saat aku menanyakan hal yang sama dengan yang kamu tanyakan tadi. Waktu itu aku sedang stress karena desainku ditolak berkali-kali padahal deadline semakin dekat. Kamu sampai harus membereskan rumah dan memesankan makanan lewat ojek online karena berhari-hari yang kulakukan hanya membuat desain dan mengomel.
"Aku beruntung punya kamu" Katamu sambil menatapku mesra, membuatku tersipu. "Tapi kamu deh yang lebih beruntung karena punya aku yang ganteng ini"
Kamu lalu buru-buru memelukku sebelum aku melemparimu dengan apapun yang ada di dekat tanganku karena dongkol setengah mati.
YOU ARE READING
Belum Tidur - Kumpulan Cerita Pendek
Short StoryBerisi sekumpulan cerita pendek yang lahir pada malam menjelang pagi, saat yang saya lakukan seharusnya adalah tidur.