“Pak, ini berkas-berkas yang anda minta.” Liora meletakkan setumpuk berkas diatas meja Sergio.
“Jika ada hal yang bapak perlukan. Silahkan beritahu saya.” ujarnya dengan suara tertahan menahan amarah meski wajahnya nampak datar.
Bagaimana tidak? Sejak tadi sudah lebih dari sepuluh kali Liora diminta bolak-balik melakukan ini dan mengerjakan itu.
Pertama ia disuruh mengecek ulang arsip yang sudah tidak dipakai selama dua tahun yang lalu. Kedua ia disuruh mengarsipkan ulang semua arsip-arsip tak terpakai tersebut.
Mungkin itu semua memang masih dalam batas lingkup kerjaannya. Ia tak masalah karena memang tugasnya sebagai seorang sekretaris akan selalu berurusan dengan surat-surat dan berkas-berkas.
Tapi ini. Saat ia tengah mengerjakan semua pekerjaannya. Sergio yang notabene kini menjadi bosnya. Tiba-tiba saja minta dibuatkan secangkir kopi.
Itu ‘kan tugas seorang office boy. Mengapa harus dirinya yang diminta?!
Jika bukan karena ancaman yang tak pernah ia duga tercetus dari bibir pria itu. Yang mengatakan akan memotong sepuluh persen gajinya jika ia tidak menuruti segala perintahnya. Ia tidak akan sudi menjalakan perintah yang bukan termasuk ke dalam pekerjaannya.
Dan saat sudah ia buatkan, kopi tersebut ternyata tidak cocok untuknya. Katanya terlalu manis, terlalu kental, terlalu cair, terlalu panas, terlalu pahit...
Oh sungguh terlalu memang bosnya itu!
Mana ada kopi hitam tidak pahit?
Cih. Dasar bos gendeng!
Liora sungguh jengkel dengannya. Namun apalah dayanya yang hanya sekedar remahan keripik singkong yang dijual di pasaran.
Oiya satu lagi. Jangan lupakan ia tidak boleh istirahat sebelum menyelesaikan arsip yang sempat tertunda tadi.
Kembali lagi saat ia tengah mengerjakan arsip itu. Bos nya kembali menunda kegiatannya dengan menyuruhnya membuat laporan bulanan hasil kinerja kantor. Setelah itu menyuruhnya mencari berkas arsip satu tahun lalu dan kini, berkas tersebut telah ia pajang diatas meja bosnya yang menyebalkan itu.
Meski wajahnya terkesan datar. Namun percayalah, sejuta kekesalan sudah menggunung dalam otaknya. Mungkin jika dalam kartun spons kotak kuning berlubang. Otaknya sudah dipastikan akan mengepul dan mengeluarkan asap hitam, karena hawa panas yang berangsur-angsur memasuki kinerja otaknya.
Sergio menatap setumpuk berkas itu sekilas lalu kembali menatap laptop bermerek apel digigit dihadapnya. Tanpa mengucap sepatah dua patah pada Liora yang sejak tadi menahan dirinya sendiri untuk tidak mencekik bosnya itu.
Liora mendengus kasar. “Baiklah kalau begitu saya permisi masih banyak tugas yang belum selesai, karena sejak tadi terus tertunda” ujar nya menekan kata 'tertunda' sebagai sindiran telak untuk Sergio yang kini sudah meliriknya saat ia mengatakan kata itu.
“Hmm,” Sergio berdehem santai.
Liora berjalan dengan menghentak kakinya yang mengenakan sepatu pantofel tanpa hak dengan keras agar mengganggu konsentrasi bosnya yang sungguh menyebalkan itu.
Tanpa Liora tahu. Sergio kini tengah menahan tawanya agar tidak lepas akibat melihat kemarahan Liora yang sangat lucu menurutnya. Sebab sehabis kejadian kemarin, Liora kembali menjadi dingin lagi. Ia pikir setelah kejadian itu Liora akan kembali seperti dulu. Tapi ternyata tidak berhasil.
Dan sejak tadi Sergio memang sengaja mengerjai Liora. Karena ia ingin Liora kesal dan memarahinya.
Namun apa? lagi-lagi Liora menutup kekesalan itu lewat tampang datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Ex-friends
Romance⚠ WARNING 16+ cerita ini dapat membuat kalian kesal dan baper secara bergantian. #SMITHSSERIES 1 #Rank 1 In Boss #Rank 1 In Sekretaris #Rank 2 In Dewasa #Rank 3 In Fiksi ~~~ Liora Adhilla Hilaria. Wanita cantik bersifat dingin yang kini berusi...